Surat Wasiat Kakek yang ke dua.
"Ini,Wasiat Kakekmu yang kedua. Sekarang waktu yang tepat."
Kai mengerutkan keningnya menanggapi ucapan Pengacara Kakeknya yang membuatnya kurang paham.
"Maksudnya, pak?"
"Wasiat yang ke tiga di kasih tau nya nanti, saat kamu udah siap.."
"Kenapa harus gitu?"
"Nggak tau. Coba tanya kakek kamu?"
"Bapak ini ngelawak ya? Masa saya harus hidupin kakek lagi supaya Kakek balik hidup cuma buat nanya itu," kesal Kai ke arah pengacara kakek.
"Saya sih nggak tau. Kakek kamu dulu bilangnya gitu, ya kan saya nurut aja. Kata dia, yang penting surat yang pertama dan kedua.."
"Saya siap kok, pak. Sekarang pun saya siap baca semua surat dari Kakek.."
"Belom, kamu belom siap. Saya akan memberikan surat itu di waktu yang tepat.."
"Tapi,"
"Ini perintah Kakek kamu,"
"Baiklah," jawab Kai dengan lesu.
"Nduk, terimakasih sudah mau membaca surat dari kakek.
Semoga, kamu juga mau menuruti keinginan Kakek.
Kakek hanya ingin tenang saat kakek pergi meninggalkan kamu. Kakek hanya ingin melihat kamu bahagia di dunia ini dengan seseorang yang mencintai kamu seperti kakek dan nenek. Nduk, selama ini Kakek selalu berusaha memberikan yang terbaik, meskipun kurang.
Kakek ingin kamu menuruti permintaan terakhir Kakek. Kamu harus janji sama Kakek, kamu harus lakukan tugas mu sebagai cucu mantan TNI yang selalu tunduk dan patuh ini. Jadilah orang yang berpendirian dengan hati nurani.
Nduk, maaf kalau keputusan Kakek menyakitimu. Tapi, Kakek pikir ini adalah keputusan yang terbaik. Kakek tau kamu belum siap. Kakek tau, mungkin usia mu belum matang. Kamu masih kekanakan dan membutuhkan pendamping orang dewasa di samping kamu.
Tapi, Kakek sudah menitipkan kamu pada anak teman Kakek dulu. Namanya Reno. Dan Pak Reno mempunyai satu anak laki-laki, namanya Aska. Maaf kalau keputusan kami memberatkan kamu. Yang jelas, Kakek dan Pak Reno setuju untuk menjodohkan kamu dengan Aska. Nduk, jangan salah paham. Biar pak Reno juga menjaga kamu dan menjadi orang tua kamu selagi kakek pergi. Kakek mohon jangan benci Kakek karena keputusan ini."
Seketika itu jantung Kai berhenti berdetak. Bagaimana bisa Kakeknya merencanakan keputusan ini secara sepihak. Kai merasakan sakit yang begitu mendalam. Pukulan keras menggoncang tubuhnya, bahkan saat ia masih berkabung dengan kejadian kemarin. Dengan tega si Kakek menjodohkan dia dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Lengkap sudah penderitaannya selama ini. Kebahagiaan semu yang Kakeknya ciptakan tidak bertahan lama, dan itu semua hanya ilusi semata.
Deg deg deg
Nafas Kai berhembus cepat. Membaca surat yang belum ia tuntaskan itu membuatnya sedikit takut. Takut menghadapi kenyataan yang harus ia hadapi nanti. Sendirian, hanya sendiri..
"Kai,"
"Kakek..tega.." gumamnya sendiri.
"Itu yang terbaik, Kai.."
"Itu menurut Kakek! Tidak menurutku! Aku lebih baik hidup sendiri dari pada harus menikah di usia muda!" kata Kai sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Kakek kamu tidak sembarang membuat keputusan, Kai. Beliau sudah mempertimbangkannya dengan matang.."
"Tapi, kenapa harus perjodohan? Aku bisa jaga diriku baik baik. Kenapa aku harus di rawat orang lain? Sementara orang tuaku sendiri aja aku nggak tau siapa! Aku masih punya orang tua, pak. Lebih baik aku mencari mereka dari pada memilih jalan ini.."
"Kai, kamu sudah berjanji pada Kakek kamu. Kamu lupa bagaimana isi surat itu pada bagian pertama? Kakek kamu hanya ingin tenang di sana. Beri dia alasan untuk tenang di sana. Ini adalah permintaan terakhirnya, Kai. Tolonglah kamu mengerti, untuk kebaikanmu sendiri.."
Kai meletakkan selembar kertas putih itu di atas meja tanpa membaca sisa isinya.
"Kai,kamu belom selesai membaca semuanya.."
"Tapi, Saya nggak mau pak!"
"Ini adalah bagian terpenting dari surat yang kedua, Kai. Tentang Kakek kamu.."
Kai masih tetap keras kepala. Gadis itu terdiam. Terlihat memberontak, padahal hatinya sakit, otaknya berpikir keras bagaimana ia bisa mempertimbangkan keputusan Kakeknya ini. Rasanya sayang dan kecewa bercampur menjadi satu.
"Kai sayang Kakek, tapi kenapa Kakek ambil keputusan yang berat buat Kai?"
"Tolong, kamu baca isi suratnya lagi, Kai."
Kai memejamkan matanya kuat- kuat. Kemudian menghela napas panjang. Tangannya kembali bergerak ter ulur untuk mengambil selembar surat itu lagi.
"Kai, Kakek tau kamu marah besar. Kakek tau kamu kecewa dan tidak terima dengan keputusan kakek ini. Maaf Kai. Tolong, turuti permintaan Kakek. Ini untuk yang terakhir kalinya. Nduk, ini adalah jalan kamu bertemu kedua orang tua kamu. Ini adalah jalan kamu, supaya kamu bisa tau siapa mereka sebenarnya.."
Kai kembali mengacak rambutnya kebelakang. "Tapi, tidak dengan cara menikah muda, Kek. Aku bakal tau siapa orang tuaku sebenarnya tanpa cara ini.." katanya lagi.
"Percaya sama Kakek, ini adalah jalan yang terbaik, nduk. Jangan pernah menyesal dengan keputusan ini. Lakukan dengan lapang d**a. Lakukan dengan keikhlasan. Jangan dengan setengah hati atau berat hati. Kakek ingin kamu mempersiapkan diri.
Dulu, Kakekmu ini punya sahabat yang bernama Anto. Dia sama-sama prajurit Bangsa. Namun, dia gugur di medan perang saat kami sama-sama berjuang untuk Negara. Sebelumnya, kami sangat dekat seperti saudara. Bahkan kami pernah sama- sama berniat untuk menjodohkan anak kami. Ibumu dan pak Reno. Tapi, takdir berkata lain. Pak Reno mendapatkan beasiswa ke luar Negri untuk sekolah di sana. Dan sebelum meninggal, Anto pernah berkata kepada Kakek. Bahwa cucu kita harus di pertemukan, bahwa cucu ku akan di jaga oleh cucu dia kelak.
Kakek masih tidak memahami ucapan Anto saat itu. Di tengah tubuhnya yang melemah karena tertembak peluru musuh. Dia kembali mengingatkan perkataannya itu kepada Kakek. Setelah selesai dengan tugas Kakek. Setelah Kakek pensiun dan ibumu melahirkan kamu. Kakek mencari Pak Reno. Dia adalah pengusaha sukses karena kepintarannya. Pak Reno, dia mendengar semua cerita Kakek tentang bapaknya. Pak Reno juga pernah mendengar cerita tentang Kakek dari Anto.
Sampai akhirnya Pak Reno setuju untuk menjodohkan kamu dengan Aksa. Nduk, ini bukan suatu kebetulan. Tapi, ini adalah takdir dari Tuhan. Semanjak meninggalnya Anto, dia sudah tau apa yang akan terjadi pada anak cucunya.
Dan pada saat ibumu melahirkan anak perempuan. Disitu Kakek tau, apa maksut ucapan Anto saat itu. Kamu akan di jaga oleh cucu dia. Nduk, kakek punya alasan untuk ini semua. Jalanilah takdirmu sesuai kehendak yang Kuasa. Sekali lagi, Kakek minta maaf.."
Kai menangis dalam diamnya membaca surat dari Kakeknya. Begitulah penjelasannya. Kai harus berusaha berlapang d**a untuk menerima keputusan ini. Mungkin ini yang terbaik, dia tidak boleh memikirkan egonya sendiri. Ini adalah jalan kebahagiaan Kakek, jalan ketenangan Kakek dan Nenek. Lagi pula, Kai bisa membantu Kakeknya menepati janji pada sahabatnya dulu. Kai harus bersyukur, setidaknya Kakeknya masih sangat peduli meskipun Beliau sudah pergi untuk selamanya.
"Kai.." panggil pengacara Kakek lagi.
"Saya nggak papa, Pak. Saya terima keputusan Kakek.." jawab Kai dengan tatapan kosongnya. Kemudian segera menoleh ke arah pak pengacara yang masih dengan wajah terkejutnya.
"Jadi? Kamu mau?" tanyanya lagi untuk memastikan.
Kai menganggukan kepalanya.
"Demi kebaikan, Pak. Saya akan ikhlas menjalaninya.."