1. James Howard

988 Kata
Dialah James Howard, lelaki keturunan Belanda yang sudah tinggal menetap di Indonesia sejak dirinya dilahirkan. Bahkan dia juga sudah mengantongi kewarganegaraan Indonesia sejak lahir. Tampang boleh bule, tapi jiwanya tetap Indonesia. Karena dia juga hidup dan dibesarkan di Indonesia. Hanya saja sewaktu dia lulus SMA, bapaknya mengirim James untuk kuliah di Belanda, negara asal bapaknya. Hanya lima tahun James menetap di Belanda, dan setelahnya lelaki itu kembali lagi ke Indonesia. Lebih memilih menjadi wiraswasta daripada menjadi seorang karyawan kantoran atau bekerja di perusahaan milik bapaknya. Kata James, apapun usaha yang sedang dia geluti, tetap saja dirinya adalah bos untuk semua orang yang membantu dirinya mengelola usaha. Sementara jika menjadi karyawan, dirinya akan tetap menjadi bawahan dari bosnya. Dan Jika bekerja di perusahaan bapaknya, James tidak mau mendompleng nama besar yang disandang oleh Thomas Howard. Ah, rumit memang, tapi begitulah James. "James ... !" teriak Mami Isma yang tak lain adalah ibu kandung dari James Howard. "Ya, Mam," jawab James lalu menoleh menatap sang mami tercinta. "Mau ke mana pagi-pagi sudah rapi?" tanya Mami Isma sembari meneliti penampilan putranya yang sudah rapi dan wangi. Putranya ini memang tampan. Mewarisi gen sang suami. "Eum ... James ada sedikit pekerjaan di luar kota, Mam,“ jawab James sekenanya. “Jadi … kamu mau ke luar kota? Lha, ngopo kowe ndak bilang dari kemarin nek mau pergi [Kenapa kamu tidak mengatakan sejak kemarin jika akan pergi]," gerutu Mami Isma begitu mendapati James yang sesuka hati mau pergi ke luar kota tanpa sepengetahuan sang mami. Begitulah James. Meski sudah dewasa akan tetapi Mami Isma masih saja suka mengawasi semua kegiatan putranya. Bukan tanpa sebab Mami Isma bersikap demikian. Hanya saja, Mami Isma ini terlalu menyayangi putranya. Maklumlah, James ini adalah putra tunggalnya. Satu-satunya pewaris kekayaaan keluarga Howard. Jadi, Mami Isma harus menjaga James dengan sebaik-baiknya. Selain itu, Mami Isma ini hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki banyak pekerjaan. Sehingga, dengan mengurus James, maka bisa menjadi rutinitasnya sehari – hari. Jadi sudah tahu, kan, kenapa Mami Isma begitu sedih begitu tidak ada James di rumah. “Mam, aku ada jadwal mengunjungi salah satu daerah yang terkenal dengan keberadaan warung kopinya. Ya, begitulah kira-kira. Dari hasil browsing di Internet, ada sebuah kampung yang memang terkenal dengan terdapatnya banyak warung kopi di sana. Karena banyaknya hingga tak terhitung berapa jumlah warung kopi yang terdapat di kampung itu. Sampai viral, loh, Mam. Oleh karena itulah James penasaran. Ingin melihat langsung seperti apa mereka mengolah biji kopi hingga bisa seviral itu." James sampai ngos-ngosan karena panjangnya penjelasan yang dia jabarkan untuk sang ibu tercinta. "Gawe opo kowe repot-repot tekan kono pisan. Bukane kafe-mu ki wes laris to, James. [Buat apa kamu repot-repot pergi ke sana. Bukankah coffe shop-mu sudah rame, James.]" "Mam, please …! bisakah Mami tak menggunakan bahasa planet itu jika berbicara denganku," protes James dengan wajah kesalnya. Mami Isma terkekeh merasa lucu melihat muka kesal anaknya yang paling tampan sedunia. James, meskipun wajah bule tulen, tapi dia sangat fasih berbahasa Indonesia. Itu semua karena dalam keseharian keluarganya, mereka selalu menggunakan Bahasa Indonesia. Isma, yang tak lain adalah ibunda James adalah wanita keturunan Jawa Timur. Sedangkan Thomas Howard adalah Bapak dari James yang merupakan seorang Bule yang berasal dari Belanda. Panjang ceritanya tentang bagaimana Isma dan Thomas pada saat awal bertemu hingga mereka memutuskan menikah dan berakhir memiliki seorang putra. Siapa lagi jika bukan James. "James, bahkan sudah berpuluh tahun kamu hidup bersama Mami, tapi kenapa kamu sangat benci sekali jika mendengar Mami berbahasa Jawa." Isma menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa aneh saja dengan sang putra. Selalu saja merasa tidak suka acapkali ia berbahasa jawa. Padahal Mami Isma berkeinginan menciptakan sosok James sebagai Bule Jawa. Yaitu bule yang pandai berbahasa jawa. Sayang sekali harapannya sia-sia karena pada kenyataannya James sangat anti dengan yang namanya bahasa jawa. "Bukan James benci, tapi James tidak suka Mami mengobrol dengan bahasa planet itu. Mami, kan, tahu aku paling anti dengan bahasa jawa mami itu. James tidak paham Mami. Please deh, Mam! jangan mengerjai James seperti itu." James berdecak sebal. Isma kembali tergelak mendapat protes dari sang putra. "Okay, Mami minta maaf. Berapa lama kamu akan pergi, James?" "Satu minggu mungkin." "Lama sekali." "Hanya seminggu, Mami. Bukan sebulan." "Tetap saja bagi Mami itu sangat lama. Mami pasti merindukanmu, sayang." "Mami ... jangan lebay." "Sorry ..." "James pergi dulu. Salam buat papi." "Kamu tak mau menunggu, Papi?" "Papi masih lama dan James bisa telat jika harus menunggu papi selesai mandi." Begitulah kebiasaan Thomas yang suka berlama-lama berada di dalam kamar mandi setiap pagi hari. Dan semua kebiasaan sang papi sudah diketahui dengan jelas oleh James. James mencium pipi Mami Isma sebelum lelaki itu pergi. "Ati-ati nang dalan. Lek nyopir ojo ngebut. Terus ojo lali lek pas wayah mulih mami gawakno jajan. Mami sayang kowe cah bagus. [Hati-hati di jalan. Kalau bawa mobil jangan ngebut. Dan jangan lupa kalau pulang bawakan mami oleh-oleh. Mami sayang kamu anak tampan.]" "Whatever, lah, Mam." James keluar rumah dengan diikuti oleh Mami Isma. Sungguh, Mami Isma merasa berat harus berpisah dengan James. Meski hanya satu minggu, akan tetapi hal itu akan membuat Mami Isma merasa kesepian. Thomas Howard, suami Isma jarang sekali berada di rumah karena kesibukannya bekerja di luar rumah. Dan otomatis Isma tak ada lagi teman berdebat. Setiap hari ada saja yang diributkan oleh James dan juga Isma. Ibu dan anak yang begitu kompak meski kadang kala keduanya juga sering terlibat adu mulut. Sesaat setelah memasuki mobilnya, James menurunkan kaca mobil lalu membunyikan klakson. Melambaikan tangan pada Mami Isma, lalu setelahnya James benar-benar menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah keluarganya. Perjalanan jauh yang akan ia tempuh kali ini bisa memakan waktu sampai dua jam lamanya. Hanya dengan berbekal google map, James berharap agar nantinya ia tidak kesasar. Sebelumnya, James memang belum pernah menginjakkan kaki di kampung kopi, sebutan untuk daerah yang akan ia kunjungi kali ini. Bukan tanpa sebab James nekat melakukan ini. Semua hanya karena sebuah misi dan ambisi yang harus James jalani. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN