3 - Tyler Steve Pranomo

1218 Kata
Meski anak orang terkaya ke-3 di Indonesia, seorang Tyler Steve Pramono nyatanya tidak terlalu terkenal. Seharian di kampus, lebih banyak Faira habiskan untuk mencari tahu mengenai calon suaminya berbekal nama yang diberikan Anton tadi pagi. Sayangnya, jangankan berita, akun media sosial atas nama Tyler Steve Pramono juga tidak ada. Ini sungguhan? Pemuda elite keturunan Pramono, satu-satunya penerus Monovers Group, tidak memiliki akun media sosial? Sungguh? Di kantin, Faira melampiaskan rasa bosannya dengan menopang sisi kiri kepala menggunakan telapak tangan. Menunggu Adin menjadi salah satu penyebab kesuntukan gadis berparas ayu itu. Memiliki wajah oval yang termasuk imut, membuatnya mudah mendapat perhatian para lelaki. Tambahan kesan tajam dari mata naiknya, membuat Faira dielu-elukan sebagai gadis sempurna. Plus sempurna untuknya adalah bibir mungil merah muda yang selalu menyegarkan. Gadis itu sepenuhnya adalah idaman para pria. Namun, percaya atau tidak, dia kesulitan menemukan kekasih kerena butuh standar tinggi, yang menyebabkan Faira jomlo hingga sekarang. Adin muncul dengan membawa setumpuk buku, yang langsung dipindahkan ke atas meja, disusul tubuh berisinya duduk di kursi yang berseberangan dengan Faira. Napas Adin masih ngos-ngosan ketika mengangkat sebelah tangannya. Saat sudah mendapatkan perhatian dari ibu kantin, ia segera menyerukan pesanannya yang berupa semangkuk bakso, serta es teh manis sebagai bentuk penghematan. “Kenapa kamu, lesu gitu?” tanya Adin. Padahal, dirinya lah yang lebih bersemangat belajar, sampai mati-matian mengejar semua jam pelajaran. Namun, sahabatnya yang setengah peduli dengan pendidikan itu, malah menggantikan posisi Adin. “Aku lagi merana, Din ....” Faira lalu memanjangkan lengannya ke tengah-tengah meja, kemudian menjadikannya sebagai bantalan kepala. Inilah akibat optimis di awal, tanpa rencana pertengahan, dan bablas di akhir. Faira buntu! “Masalah calon suami ....” “Hah? Kamu udah mau nikah?” Jeritan tanpa diminta itu keluar otomatis dari mulut Adin. “Kok kamu nggak pernah ngabarin pacaran atau deket sama seseorang? Parah, kamu, Fai! Sama temen sendiri nggak bilang-bilang!” Posisi malas-malasan terpaksa diubah oleh Faira. Bergantian, kini dagunya yang bertumpu pada meja yang terbuat dari kayu jati itu. “Aku bahkan baru tau kemarin juga, Din. Ayah yang bilang,” jawab Faira, setengah bersemangat. “Kamu pasti bakalan lebih kaget lagi, kalau aku bilang siapa calon suami aku.” “Siapa?” Adin bertanya, tampaknya begitu penasaran dengan matanya memicing tipis. “Tyler Steve Pramono ....” Dibandingkan kaget, Adin malah semakin kebingungan. Ia memandang ke langit-langit ruangan agar memorinya bisa fokus mengabsen setiap nama yang berdekatan dengan ucapan Faira tadi. Namun, sejak 20 tahun lalu, Adin sama sekali tidak pernah mendengar nama tersebut. Faira sudah menduga. Ia segera menegakkan tubuhnya, lalu maju agar bisa mendapatkan akses berbisik dengan sahabat baiknya. “Anak dari Anton Pramono, CEO Monovers Group!” Seperti dugaan. Adin langsung memundurkan kepalanya dengan mulut terbuka lebar menarik banyak udara untuk mengisi kekosongan paru-parunya akibat kekagetan luar biasa. “SERIUSAN KAMU?” pekik Adin, lebih heboh dari sebelumnya. “Yoi! Sorry banget, kamu kurang beruntung ketemu langsung sama beliau. Soalnya, kemarin, ternyata yang bertamu kemarin ke rumah aku itu Pak Anton! Gila banget, nggak, sih?” balas Faira, yang langsung dapat pendaratan sempurna dari jemari-jemari mungil Adin di kepalanya dengan kasar. “Aww!” “Makanya! Kan! Kan! Tamu itu pembawa rezeki. Kalau ada tamu, bukain pintu! Gara-gara kamu nggak buka pintu, aku jadi nggak kebagian rezeki!” sahut Adin, yang Faira tahu pura-pura kesal. “Ah ... seandainya Pak Anton liat aku kemarin, pasti langsung pilih aku buat jadi calon mantunya.” “Tentu saja tidak bisa ... karena Pak Anton sama Ayah sudah janjian perjodohan sejak mereka masih SMP!” “Widih, keberuntungan seumur hidup kamu!” ujar Adin, lalu ia dengan semangat menerima pesanannya. “Cuman ... masalahnya ini, aku bahkan nggak tau anaknya ini di mana, lagi ngapain. Dia bahkan nggak punya sosial media! Gila nggak, tuh!” Desah berat Faira keluar, menunjukkan sedalam apa kegelisahan yang gadis itu alami sekarang. “Ada fotonya?” Adin tampak tertarik untuk memberikan solusi. Smartphone Faira berpindah tangan pada Adin. Gadis berambut pendek itu seketika mengerutkan kening, sebagai respon pertama ketika ia melihat foto pria berseragam putih abu-abu di layar ponsel sang sahabat. “Ini seriusan? Dia masih SMA?” Adin menanyakan hal tersebut tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel sahabatnya. Ketika ia menyadari bahwa Faira tengah menumpuk kedua lengan di atas meja, lalu meletakkan keningnya di bagian paling atas, Adin segera mengotak-atik ponsel di tangannya. “Nggak. Itu foto yang Papanya ambil terakhir kali. Dia udah 25 tahun sekarang,” jawab Faira lesu. “Foto terakhir kali?” Adin tidak bisa menyembunyikan keheranan dari ekspresinya. Maka, Faira menjelaskan hubungan papa-anak itu pada Adin, sama seperti bagaimana Anton menjelaskan kemarin. Setelah istri Anton: Layla, meninggal dunia, Anton jadi sangat sibuk bekerja—bahkan 24 jamnya lebih sering dihabiskan untuk mempermaju perusahaan. Jadi, tidak perlu kaget kenapa Monovers Group bisa menguasai pasar online Indonesia dengan cepat, bahkan sudah mencapai berbagai belahan dunia. Untuk Tyler yang berusia 9 tahun kala itu, Anton hanya perlu memberikan jajan lebih dari seharusnya, dan menyiapkan beberapa pengasuh. Namun, sejak SMA, Tyler tidak lagi menerima uang pemberian sang Papa. Anton pikir, sang anak mulai mandiri, sehingga ia tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Barulah, setelah menyadari usianya semakin tua, dan butuh penerus untuk usahanya, Anton ingin menemui Tyler pertama kali. Sayangnya, si anak enggan bertemu dengan papanya karena atas dasar kekecewaan terhadap pembuangan Anton. Sejak itu, Anton juga mencari tahu mengenai pekerjaan si anak. Cukup terkejut, Tyler ternyata melakukan pekerjaan liar yang Faira tidak diizinkan untuk mengetahui. Hanya bermodalkan pas foto untuk ijazah SMA, gadis itu diminta untuk mencari Tyler sendiri. “Kurang beruntung apalagi, coba?” keluh Faira, lalu bersuara seolah menangis, hanya untuk menambah kesan menyedihkan dalam dirinya. “Oke, deh! Aku bantu cariin!” “Seriusan?” Faira yang semula menenggelamkan wajah di antara lengannya dan d**a langsung mendongak bahagia. Adin tersenyum, bersama dengan sebuah kedipan diberikan sang sahabat. * Kegiatan selfie asik ala Faira menjadi rusak ketika panggilan telepon mengisi bagian atas layar ponsel berponi milik gadis itu. Sebuah decak kesal meluncur dari bibir, sebelum Faira menekan ‘terima’, lalu menempelkan layar di telinga kanan. “Kenapa?” tanya Faira cepat. “Ada kabar tentang calon suami kamu ....” “Eh, seriusan?” Segala jenis sebal, kesal, dan anak-anaknya yang lain seketika sirna dari wajah Faira. Ia menegakkan punggung untuk mendengarkan dengan saksama ucapan sang sahabat. “Ho'oh! Coba kamu liat pesan terbaru aku, udah aku kirimi fotonya!” Faira buru-buru mematuhi perintah Adin, dan seketika mulutnya membuka dengan bentuk O, dengan mata sama keadaannya—membulat lebar. “Keren anjir! Kamu kok cepet dapat infonya?” tanya Faira, kembali ke topik obrolan! Dia masih memandangi dua foto yang dikirimkan Adin. Zoom in, zoom out—sampai senyum cengengesan dari Faira sulit disirnakan. Pasalnya, pria yang akan ehhem ... jadi calon suami Faira ini kelewat tampan, dan panas! Mengenakan setelan hitam, duduk di atas motor gede yang didominasi warna hitam dengan beberapa garis merah. Meski separuh wajah Tyler tertutupi helm, Faira masih bisa merasakan kesan panas dari si pria. Uh! “Pencarian orang hilang,” jawab Adin. “Eh?” Seketika Faira meninggalkan segala kekagumannya sejenak. “Gila kamu! Jenius ....” “Jelas!” balas Adin penuh percaya diri. Namun selanjutnya, suara gadis di seberang sambungan berangsur memelan bersama dengan sebuah berita buruk. “Sayangnya, Faira. Dia dikabarkan ... belok! Nggak suka perempuan.” Lah? *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN