Rian tersenyum. “Apa kabar kamu, Vi? Boleh aku ikut gabung dengan kalian?” tanyanya. Emir melipat kedua tangannya didepan dadanya. “Maaf, ya. Saat ini aku dan Olivia sedang kencan. Aku harap kamu gak akan mengganggu kencan kami.” Olivia membulatkan kedua matanya mendengar apa yang Emir katakan. Tapi, itu lebih baik, daripada dirinya harus kembali berada satu meja dengan Rian—pria dari masa lalunya yang sudah menorehkan luka di hatinya. Rian mengernyitkan dahinya. ‘Kencan? Apa pria ini kekasih Olivia?’ gumamnya dalam hati. “Vi ....” “Apa yang dikatakan Emir memang benar. Lebih baik lo pergi dari sini. Masih banyak meja yang kosongkan? Selain itu sudah tak ada lagi yang harus lo dan gue bicarakan,” ucap Olivia dengan memberanikan diri untuk menatap Rian—mantan suaminya. Lo dan gue? ta