52. Berdoa

1210 Kata
Bisa dibilang, Melvin tertangkap basah oleh Tristan yang sudah terlebih dahulu melihat video babak belur Darel, sebelum ia sempat menunjukkan video itu secara sukarela kepada Tristan. Tentu saja Tristan terkejut bukan main melihat sang kakak yang kini menghilang tidak ada kabar, justru terlihat babak belur dalam video yang ada di ponsel Melvin. Wajar jika Tristan terkejut, apa lagi marah, dan bertanya dengan nada menuduh pada Melvin. "You better explain everything to me, Melv. Karena sekarang gue punya banyak asumsi di kepala gue tentang video yang ada di HP lo itu." Melvin memberikan isyarat pada Tristan untuk tidak bicara terlalu keras. "Gue bakal jelasin semuanya ke lo, tapi please kecilin suara lo. Gue rasa ada baiknya Om dan Tante nggak tau soal ini." Tristan terlihat tidak setuju dengan gagasan itu. Ia menatap Melvin penuh curiga. "Ada sesuatu yang lo sembunyiin kan? Lo tau kenapa Darel hilang, iya kan?" "Gue bakal kasih tau lo semuanya, tapi please jangan sampai Om dan Tante tau, setidaknya untuk sekarang. Dan gue berani jamin, gue sama sekali nggak terlibat dengan babak belurnya Darel. Ada nomor asing yang baru aja ngirimin video tadi." Meski masih terlihat marah, akhirnya Tristan memilih untuk percaya pada perkataan Melvin. Ia pun menurut ketika Melvin mengajaknya pergi dari rumah. Melvin merasa kalau ada baiknya jika mereka tidak membahas masalah ini di rumah karena ada orang tua Darel dan Tristan. Terlalu risky, sebab mereka bisa saja secara tidak sengaja mendengar cerita Melvin. Akhirnya, Melvin memilih membawa Tristan pergi dengan memberi alasan kepada para orang tua bahwa mereka hendak menyusul Adsel untuk mencari Darel. Padahal, Melvin justru hanya mengajak Tristan berjalan mengelilingi kota dengan mobilnya tanpa ada tujuan jelas, semata agar dia bisa menceritakan beberapa hal yang ingin diketahui oleh Tristan. Sekaligus juga, menunggu kabar lanjutan dari para anggota Kahraman. Sebelum pergi tadi, Abby memberi Melvin sebuah tatapan peringatan. Mereka sudah saling mengerti satu sama lain sehingga Abby pun bisa merasakan bahwa Melvin berniat untuk memberitahu Tristan kebenarannya. Oleh sebab itu, Melvin memilah-milah ceritanya. Ia hanya menceritakan sebagian kebenaran saja kepada Tristan, sementara sisanya masih ia simpan. Termasuk tentang Savero yang dicurigai dan kini dijadikan suspect yang diawasi para anggota Kahraman. Melvin hanya menceritakan bagian terror-terror yang telah didapat oleh keluarganya kemarin-kemarin, serta kebenaran bahwa ayahnya tidak meninggal karena serangan jantung, melainkan karena diracun. Melvin juga bilang bahwa karena itu, belakangan ini ia jadi sangat was-was dan memperketat keamanan anggota keluarganya. Ia turut menjelaskan bahwa ia pikir, hanya keluarga intinya saja yang menjadi incaran oleh siapa pun dalang di balik semua terror tersebut, dan sama sekali tidak menyangka jika Darel akan ikut kena. Tristan terkejut bukan main mendengar cerita dari Melvin itu. Bahkan, cukup lama ia tidak sanggup mengatakan apa pun dan hanya terdiam dengan kepala tertunduk. "I'm sorry. Harusnya dari awal gue kasih tau kalian semua tentang ini, supaya kalian juga bisa lebih was-was, dan memperketat penjagaan." Tristan menggelengkan kepala. "Bukan itu yang gue permasalahin, Melv. Harusnya lo dari awal bilang ke kita, supaya kita bisa ikut bantu masalah lo. Terlebih lagi tentang penyebab kematian Om Arthur, gimana bisa lo baru bilang sekarang? s**t, Melv, kalau Papa sampai tahu, mungkin Papa bakal pingsan." "Gue cuma nggak mau kalian terlibat, dan nggak mau juga masalah ini jadi heboh." "Terus, sekarang gimana? Lo udah tau siapa pelakunya? Lo tau siapa yang udah nyulik Darel? Kita harus apa supaya Darel bisa selamat?" Semua pertanyaan itu disampaikan oleh Tristan dengan nada yang terdengar frustasi. Napasnya terhela berat. "Jujur aja, Melv, setelah dengar cerita lo itu, gue nggak bisa mikir lurus lagi. Darel...keadaannya sekarang gimana? Ada kemungkinan...dia nggak selamat? Gitu?" Melvin merangkul Tristan untuk menguatkannya. "Lo tenang aja, gue udah suruh orang-orang gue untuk cari tau dimana Darel sekarang. Kita tinggal tunggu kabar dari mereka aja." "Tapi Darel bakal selamat, kan?" "..." "Kalau sampai Darel nggak selamat, sampai mati gue bakal cari siapa pelakunya, Melv. Dan gue sendiri yang bakal bunuh dia." "Believe me, that's what I wanna do too." *** "Apa? Darel di Bantar Gebang?" Setelah setengah jam Melvin dan Tristan hanya berjalan memutari kota tanpa tujuan, Melvin akhirnya mendapat telepon dari Selatan. Dan yang pertama kali disampaikan oleh Selatan adalah kemungkinan posisi Darel yang sepertinya ada di Bantar Gebang. Tentu saja Melvin kaget, kenapa bisa Darel bisa sampai ke kecamatan yang terkenal dengan gunung sampah itu? "Kita udah coba nge-track mobil yang bawa sepupu lo kemarin lewat CCTV di jalan. Dan terakhir kali mobilnya terlihat ngarah ke Bantar Gebang, dan setelahnya hilang karena nggak dalam jangkauan jalan yang punya CCTV lagi." "Masuk ke sana?" "Probably yes." "Lo udah liat video yang gue kirim tadi, kan? Kayaknya Darel dipukulin di ruangan remang-remang. Emangnya di sana ada ruangan begitu?" "Ada banyak rumah di sana. Bisa aja, Darel disembunyikan di salah satu rumah yang ada di sana." "Oh, gue nggak tau. Gue pikir Bantar Gebang nggak lebih dari gunung sampah." "Well, that's so stupid of you." Melvin mendengus karena ejekan dari Selatan. Ia ingin merasa kesal, tapi sekarang bukan waktunya untuk merasa terganggu akan sikap Selatan yang seperti itu. Ada yang jauh lebih penting. "Lo udah ngirim orang-orang lo ke sana, kan?" "Iya, gue dan yang lain lagi jalan ke sana sekarang." "Send loc. Gue mau nyusul." Tawa Selatan terdengar di seberang sana. "Serius lo mau menginjakkan kaki ke Bantar Gebang?" "Send loc sekarang." Melvin mengulang sekali lagi dengan lebih tegas. "Oke. Siap-siap aja bau sampah." Melvin memilih mengabaikan perkataan Selatan itu dan memilih untuk langsung mengakhiri telepon mereka. Kemudian, baru lah dia beralih pada Tristan yang sedari tadi memerhatikannya bicara lewat telepon dengan Selatan. "Itu tadi orang-orang lo yang nelepon?" Tristan bertanya penasaran. "Gimana? Mereka udah berhasil ketemu Darel?" "Iya dan belum. Mereka emang udah berhasil nge-track mobil yang bawa Darel, dan katanya terakhir kali mobil itu terlihat ngarah ke daerah Bantar Gebang. Sekarang mereka lagi menuju ke sana buat nyari Darel." Tristan menganggukkan kepala. "Thank God," gumamnya. Melvin agak merasa bersyukur karena Tristan tidak bertanya banyak perihal orang-orang yang disebutkan oleh Melvin sejak tadi. Dia seperti tidak ingin tahu siapa orang-orang yang disuruh-suruh Melvin untuk membantu mereka, apa tugas mereka, dan sebagainya. Dan hal itu cukup Melvin syukuri karena ia jadi tidak perlu menjelaskan apa pun tentang Kahraman. Tidak sembarang orang boleh tau mengenai Kahraman. Kalau pun mereka ingin tahu, mereka harus mengetahuinya secara langsung dari Kahraman, karena mereka yang berhak menentukan siapa yang patut mereka percaya untuk mengetahui rahasia mereka. Meski Melvin bisa dibilang sudah jadi bagian dari keluarga Sadajiwa, namun ia tetap tidak punya kuasa untuk itu. Melvin pun memberikan live location yang dikirimkan oleh Selatan kepada supirnya dan menyuruh sang supir untuk mengikuti titik live location para anggota Kahraman itu. Lalu, begitu ia kembali menoleh pada Tristan, ia melihat sepupunya itu sudah menundukkan kepala dan menautkan keduanya dengan rapat. Yang Melvin tahu, selama ini Tristan bukan lah seseorang yang religius. None of them are, actually. Jangan kan untuk berdoa, beribadah ke gereja pun sering kali dilewati. Tapi, sekarang Tristan sedang berdoa dengan begitu serius. Mengharapkan kondisi kakaknya bisa baik-baik saja ketika ditemukan nanti. Melvin juga bukan seseorang yang religius dan sangat jarang sekali berdoa. Namun, melihat Tristan yang berdoa begitu serius, ia pun ikut menundukkan kepala dan merapalkan doa dalam hati. Berharap Darel tetap baik-baik saja dan bisa kembali kepada mereka dalam keadaan selamat. Semoga saja, Tuhan masih mau mengabulkan doa mereka itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN