44. Kabar Bahagia

2107 Kata
"You look so pretty tonight." Lea tidak bisa menahan kekehannya mendengar pujian yang baru saja dilontarkan oleh Melvin. Ia sedang sibuk memasang anting-anting di depan meja rias, sementara Melvin berdiri di belakangnya dan ikut mematut diri di cermin meja rias itu. Keduanya kini sudah sama-sama berpenampilan formal dengan warna yang senada. Melvin terlihat rapi dan tentu saja menawan dengan setelan jas hitamnya, sementara Lea pun sudah berpenampilan cantik dengan dress bewarna sama yang kini membalut tubuhnya. Dari cermin di depannya, Lea memandang Melvin jenaka. "You look so stunning too, Melvin baby." Ia balas memuji. Berbeda dengan Lea yang sebelumnya terkekeh, Melvin justru diam saja. Dengan ekspresi kaku seperti itu, terlihat jelas bahwa Melvin sedang sangat tegang. Dan Lea sendiri tahu apa alasannya. Beberapa minggu sudah berlalu sejak pembicaraan mereka waktu itu. Kini, Lea sudah sepenuhnya pulih pasca operasi luka tembaknya waktu itu, dan sudah tidak perlu lagi mengonsumsi obat apapun, begitu juga dengan kontrol ke dokter karena ia sudah dinyatakan benar-benar pulih. Dan sesuai dengan yang mereka bicarakan waktu itu, ada rencana yang harus mereka jalankan setelah Lea sembuh. Malam ini lah rencana itu akan berlangsung, karenanya Melvin terlihat begitu tegang. Takut rencananya tidak berjalan mulus, juga takut jika sandiwara yang akan mereka lakukan nanti tidak akan berjalan dengan lancar. Melvin selalu berpikir jika dia bukan lah seseorang yang pandai berakting, karena itu Melvin khawatir jika dirinya lah yang akan membuat sandiwara mereka nantinya jadi ketahuan. Lea pun menoleh pada Melvin, membuat dirinya tidak lagi memandang ke arah Melvin lewat cermin. Disentuhnya lengan Melvin dan ditepuk-tepuknya pelan. "Jangan tegang banget lah," ujarnya. "Kalau kamu setegang itu justru semuanya bisa jadi kacau. Just act normal." Melvin menghembuskan napas berat. "Gimana bisa act normal di saat mau bohongin orang banyak?" "I told you, emang harusnya kita realisasikan aja sekalian, supaya nggak perlu bohong. Right?" "Oh, jangan bilang gitu di saat kamu sendiri belum jawab permintaan aku waktu itu." Lea meringis karena Melvin bilang begitu. Ia tahu betul jika yang dimaksud oleh Melvin adalah percakapan mereka malam itu, ketika Melvin memintanya untuk berhenti dari Kahraman dan jadi seorang istri full time. Melvin memang memberi Lea waktu untuk menjawab, dan sampai sekarang memang Lea belum memberikan jawabannya. Bahkan, ia pun sengaja tidak membahas perihal itu sama sekali. At least, tidak sekarang. "Pokoknya kamu tenang aja dan sebisa mungkin jangan terlihat gugup apa lagi tegang. Santai aja dan harus kelihatan happy. Dengan begitu, orang-orang bakal percaya dengan kabar bahagia yang nanti kita bagi ke mereka." Melvin kembali menghembuskan napas, kali ini untuk menenangkan dirinya sendiri dan membuang rasa gugup itu jauh-jauh. "Lagian, kemampuan akting kamu nggak seburuk itu kok. Aku pikir, kamu cukup jago akting." Lea menambahkan. Melvin menggelengkan kepala tidak setuju. "Kamu jelas lebih jago." "Kalau aku memang harus begitu," balas Lea santai. Ia pun kembali menoleh ke arah cermin, sekali lagi memeriksa penampilannya mulai dari pakaian, riasan, hingga tata rambutnya. Setelah merasa semuanya on point, Lea tersenyum untuk dirinya sendiri dan juga untuk Melvin yang sedari tadi memerhatikannya. "Are you ready?" Melvin mengangguk. Dan anggukan Melvin itu jadi aba-aba bagi Lea untuk berdiri, lalu mengamit lengan suaminya itu. Mereka pun siap untuk keluar dari kamar, menemui para tamu yang mereka undang pada pesta malam ini. *** Sebenarnya, pesta yang direncanakan oleh Melvin ini sudah dipersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Meskipun pesta ini bisa dibilang hanya pesta kecil dan yang diundang pun hanya keluarga besar mereka serta orang-orang terdekat saja, namun Melvin benar-benar mengatur semuanya sedemikian rupa dan ia ingin semua yang ada di dalam pestanya sempurna. Tidak hanya dari segi pestanya saja, tapi juga dari sisi keamanannya, Melvin juga ingin semuanya sempurna. Ia tidak ingin ada sesuatu yang membahayakan terjadi di pesta ini, terlebih pada keluarganya. Karena itu, ia benar-benar memperketat keamanan rumahnya yang menjadi lokasi pesta malam ini dengan dibantu oleh Kahraman. Mereka semua menyebar di lokasi pesta. Dan tidak hanya terlihat sebagai petugas keamanan saja, Melvin juga meminta beberapa di antara mereka untuk berkamuflase menjadi pelayan dan petugas katering. Mengingat apa yang terjadi pada ayahnya, Melvin tentu tidak mau hal yang sama terjadi dua kali, sehingga makanan yang terhidang di pestanya kali ini pun harus dipastikan aman dan bebas dari racun yang bisa membahayakan mereka. Selama beberapa minggu ini, sebenarnya Melvin dan keluarganya tidak pernah mendapat serangan maupun terror lagi. Entah ini karena tingkat keamanan mereka yang sudah diperketat, atau karena sang pelaku sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerang lagi. Yang pasti, Melvin tidak bisa benar-benar merasa aman meskipun hari-harinya mulai terasa kembali aman dan normal. It feels like the calm before the storm. Dan jika rencana Melvin dalam pesta ini berhasil, ia pun yakin jika serangan itu akan kembali muncul.  Kini halaman belakang rumah Melvin dan Lea sudah disulap menjadi sebuah lokasi pesta yang fancy. Para tamu mereka malam ini sudah berdatangan, memenuhi area pesta di halaman belakang itu. Melvin dan Lea pun sedari tadi berkeliling untuk menyapa mereka semua dengan penuh senyuman. Terlihat begitu serasi dengan setelan serba hitam mereka, serta lengan kekar Melvin yang setia merangkul pinggang Lea ketika mereka berjalan menemui para tamu yang datang. Mereka semua yang melihat pasti akan berpikir jika keduanya jadi terlihat semakin mesra. Dan yah, tujuannya memang seperti itu. Melvin dan Lea harus terlihat begitu mesra di depan mereka semua, tidak terkecuali Savero. Karena pada acara kali ini, Savero yang biasanya selalu jadi wadah Melvin menceritakan semua yang terjadi dalam hidupnya, kini justru harus ikut ditipu. Melvin masih merasa sangat buruk untuk itu, tapi mau bagaimana lagi? Ia tetap harus melakukan ini untuk memastikan siapa sebenarnya sang musuh dalam selimut. "Yo, Melvin! Sering-sering ya lo bikin pesta kayak begini." Melvin tertawa saja menanggapi celetukan yang disampaikan oleh Darel padanya ketika ia dan Lea menghampiri meja sepupunya itu. Darel duduk bersama dengan saudara-saudaranya. "Kalian kan tau sendiri, Melvin sebenarnya bukan party people banget. Jadi, nikmatin aja pesta hari ini ya, Darel. Karena entah kapan lagi Melvin mau ngadain party begini," ujar Lea pada Darel. Laki-laki itu terkekeh. "Of course we'll enjoy it so much. Momen langka sih." "Bukan momen langka lagi, tapi langka banget." Tristan ikut menimpali. "Eh, tapi kalian ngadain pesta ini dalam rangka apa deh? Karena nggak mungkin kan cuma ngadain pesta aja tanpa ada tujuannya?" Melvin dan Lea berpandangan, lalu Melvin berujar sok misterius, "Nanti kalian juga bakal tau." Kedua kakak beradik itu pun langsung heboh. "Wow, bakalan ada surprise nih ceritanya?" Lea hanya mengedipkan sebelah mata pada dua sepupu Melvin itu, lalu Melvin membawanya pergi dari sana. Melvin justru membawa Lea untuk menghampiri meja yang ditempati oleh keluarga Sadajiwa. Saudara-saudara Lea ada di sana, minus Hermadi yang kini tengah mengobrol dengan Mayana, juga om dan tante Melvin yang turut hadir ke pesta ini. Melvin memang mengundang keluarga besarnya malam ini, baik dari sisi Arthur maupun Mayana. Selain itu, Melvin juga mengundang beberapa teman-temannya seperti Lakeswara bersaudara, rekan-rekan bisnis mendiang sang ayah yang Melvin tahu menjalin hubungan dekat dengannya, dan tentu saja keluarga Sadajiwa juga turut diundang. Hanya saja, keluarga Sadajiwa datang untuk bekerja di pesta ini. "Gimana? Ada sesuatu yang mencurigakan?" Adalah yang pertama kali Melvin tanyakan pada para saudara-saudara Lea ketika ia sampai di meja mereka. Hubungan Melvin dan ketiga saudara Lea itu tidak bisa dikatakan sepenuhnya akrab sekarang, namun bisa dibilang sudah sedikit membaik setelah Lea sepenuhnya pulih, dan Melvin juga tidak bersikap like a total jerk lagi terhadap mereka. Si bungsu Poppy menggelengkan kepala dan jadi yang menjawab pertanyaan itu. "Semua aman," katanya. Baik Melvin maupun Lea sama-sama menghembuskan napas lega, terutama Melvin yang memang agak merasa anxious sejak pesta ini dimulai. Dan tidak bisa dipungkiri, Melvin merasa cukup lelah harus berpura-pura bahagia di depan mereka semua. Di saat ia sebenarnya merasa sangat buruk karena memikirkan jika salah satu dari anggota keluarganya bisa saja adalah dalang yang ingin menjatuhkan keluarganya. Melvin pun memandangi satu per satu para tamunya yang hadir di sini. Mereka semua tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Mengobrol dan bercengkerama seperti biasanya saja dan terlihat berbahagia berada di pesta yang diadakan oleh Melvin ini. Pandangan Melvin pun jatuh pada Savero yang sedang mengobrol bersama Abby dan Hanna, ibunya, di salah satu meja yang letaknya cukup jauh dari tempat Melvin berada sekarang. Savero tidak terlihat begitu senang berada di dekat ibunya saat ini. Oh, mungkin juga, Savero sama sekali tidak senang berada di pesta ini. Dikelilingi anggota keluarga besar Wiratmaja memang tidak pernah membuatnya nyaman. Melvin jadi agak merasa bersalah karena sedari tadi, ia tidak berada di sisi Savero untuk menemaninya. Padahal, biasanya ia selalu berada di dekat Savero setiap kali acara kumpul keluarga seperti ini terjadi. Savero sama sekali tidak tahu maksud dan tujuan Melvin mengadakan pesta ini. Yang tahu kebenarannya hanya lah dirinya dan Lea, Abby dan Mayana, keluarga Sadajiwa, serta para anggota Kahraman. Untuk itu, Melvin agak merasa bersalah. "Oh come on, Melvin, don't look at him like you're looking at your ex." Ella yang menyadari tatapan Melvin pada Savero pun memberikan celetukan seperti itu, membuat Melvin langsung melengos dan mendengus. "Aku nggak ngeliatin dia begitu." "Tapi, kelihatannya memang begitu." Poppy menimpali. "Kayak pasangan homo yang sedih karena harus putus secara terpaksa." Letta yang sebelumnya hanya diam pun tertawa kecil. "Putusnya karena harus nikah sama perempuan." Lea ikut tertawa karena gurauan saudara-saudaranya itu, sementara Melvin sudah terlihat begitu sebal. "Nggak usah dengerin mereka," bisik Lea pada Melvin. "Mending sekarang kita mulai semuanya." And here it is...highlight dari pesta malam ini. Melvin menurut ketika Lea kembali mengamit lengannya dan membawanya berjalan ke tengah-tengah area pesta, sehingga mereka langsung jadi pusat perhatian semua orang yang datang malam ini. Semua tatapan yang kini tertuju pada mereka pun membuat Melvin jadi gugup sendiri. Di balik tulang rusuknya, jantung Melvin berdetak dengan sangat kencang, karena sebentar lagi adalah show time dari sandiwara yang sudah direncanakannya sejak jauh-jauh hari. Para tamu yang semula sibuk mengobrol antara satu sama lain pun langsung diam ketika Melvin dan Lea berdiri di tengah-tengah mereka. Semuanya tahu jika pasangan tuan rumah itu hendak menyampaikan sesuatu. "Smile, Melvin...jangan sampai kelihatan tegang." Bisikan Lea itu hanya bisa didengar oleh Melvin. Senyum Melvin terkembang lebar seperti yang diperintahkan oleh Lea, sementara di dalam hati ia justru merasa gugup bukan main. Tanpa sengaja, tatapan Melvin pun bertemu dengan tatapan Abby dan Mayana. Melvin dan Hermadi sudah menceritakan semua masalah yang tengah keluarga mereka hadapi, juga hubungan antara Arthur dan Kahraman. Karena itu, mereka pun tahu apa yang akan Melvin lakukan sekarang. Samar Melvin melihat kepala Mayana terangguk. Hanya Melvin yang melihat gestur kecil tersebut, sehingga ia menjadikannya sebagai aba-aba untuk memulai sandiwaranya. Melvin mengambil sebuah mikrofon yang akan digunakannya untuk bicara, agar semua orang yang ada di sini bisa mendengar suaranya. "Selamat malam, semuanya..." Melvin menyapa dengan ramah, sama sekali tidak membiarkan kegugupan dan ketegangannya terlihat. Satu tangannya menggenggam mikrofon dengan erat, sementara tangan satunya lagi merangkul pinggang Lea. Melvin tidak bisa melewatkan gestur yang satu itu, karena malam ini mereka harus terlihat sangat mesra. Seperti pasangan suami-istri yang sedang sangat berbahagia. "Sebelumnya, aku mau bilang terima kasih yang sebesar-besarnya ke kalian semua karena sudah mau datang ke pesta malam ini. Bisa dibilang, setelah cukup lama berduka karena kepergian Papi, pesta ini adalah simbol untuk menunjukkan bahwa kami sudah bangkit dari duka kami dan mencoba untuk tetap berbahagia dan baik-baik saja walau sudah nggak ada Papi lagi. And of course, despite all of the happiness tonight, we will never forget his soul." Semuanya benar-benar tidak ada yang bersuara dan fokus mendengarkan Melvin bicara. Beberapa di antara mereka pun tersenyum memandangi Melvin dan Lea. Diam-diam Melvin menghembuskan napas, dan ia terlebih dahulu menoleh pada Lea sebelum melanjutkan perkataannya. "Mungkin kalian kaget karena pesta kami mengadakan pesta malam ini, tanpa memberitahu kalian sebelumnya apa tujuan dari pesta malam ini," lanjut Melvin lagi. Rangkulannya pada Lea pun mengerat hingga keduanya jadi lebih dekat. Bahkan, Melvin pun sempat-sempatnya melayangkan sebuah ciuman di sisi samping kepala Lea, membuat para sepupunya tersenyum menggoda ke arahnya. "Sebenarnya, kami mengadakan pesta ini untuk menyampaikan sebuah kejutan ke kalian semua, sekaligus mengajak kalian untuk merayakan sesuatu yang membuat keluarga kami sangat bahagia belakangan ini." Senyuman Melvin dan Lea semakin lebar ketika mereka berujar secara bersamaan, "We are expecting a baby right now." Riuh tepuk tangan dan sorakan bahagia pun langsung memenuhi area pesta itu. Semuanya terkejut dengan kabar yang baru saja diberikan oleh Melvin dan Lea. Ucapan selamat pun langsung berdatangan, diiringi dengan senyum serta tawa dari para tamu yang datang. Mereka semua terlihat begitu senang mendengar kabar bahwa keluarga Wiratmaja akan kedatangan anggota baru nantinya. Namun, dari semua orang yang bersukacita dengan kabar bahagia itu, Melvin menyadari ada satu orang yang terlihat begitu terkejut dengan kabar itu. Sangat terkejut hingga tidak ikut tersenyum dan bersorak bahagia seperti yang lain. Ia hanya diam dan terlihat berpikir. Dan orang itu adalah...Savero.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN