Bagian Dua (Revisi)

1102 Kata
Pagi mulai menyapa cahaya langit masih terlihat enggan menampakannya. Matahari seolah baru saja datang terlihat dari ujung timur. Nai, gadis cantik itu mulai bangun ia menapakan kakinya di lantai dan menuju jendela. Di sana ia membuka kain yang menjuntai lalu di kaitkan. Mata Nai langsung di sapa cahaya jingga hingga memperlihatkan pupil matanya yang bewarna cokelat. Nai segera pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual pagi. Setelah selesai ia keluar dan meraih handuk lalu di usapkan ke wajah. Apa kebiasaan Nai dengan guling baunya masih ada sampai sekarang? Jawabannya adalah iya. Guling itu senantiasa menemaninya. Jika kalian memiliki boneka kesayangan atau lainnya maka Nai memiliki guling. Nai keluar dari kamarnya. Tiba- tiba saja hidung dan telinganya sudah mencium dan mendengar masakan juga alunan musik hits jaman sekarang. Seperti biasa mamah Nai sedang memasak sedangkan sang papah duduk manis di meja makan, dan Jello? Dirinya masih di kamar. Untuk Jello, jangan berpikir jika anak itu tidak sempurna. Justru ketidak sempurnanya itu membuat dirinya menjadi pelukis muda. Jello mempunyai galleri sendiri hasil jerih payahnya dari hasil bekerja. "Morning kakak.'' Sapa Jello sambil mencubit pipi kakanya lalu duduk di sampingnya. "Morning to Jello." Jawab Nai sekenainya. "Nasi goreng sudah datang.'' Seru Mamah Key. Mamah meletakan semangkuk nasi goreng dan telur dadar. "Ambilin sayang." Rengek Papah ke Mamah. Nai dan Jello hanya menggeleng kepalanya pelan. "Papah ini manja.'' Kata Nai. Nai berdiri lalu mengambilkan sang papah nasi goreng. Papah mencubit pelan pipi anaknya sayang. "Anak papah kok makin cantik sih?, rasanya pengen papah kurung aja." Ujar Papah, Nai duduk kembali setelah selesai. "Nai, jadwal untuk terapi hari ini kan? Mamah gak bisa antar, tau sendiri kan kenapa.'' Mamah duduk di samping papah lalu mengelus perutnya. Selama 14 tahun Mamah dan Papah menunda punya adik baru karena suatu masalah. Masalah dimana Mamah ingin di bunuh oleh temannya setelah menikah. Dulu pernah hamil tapi keguguran karena ada seorang wanita memberikan obat penggugur ke minumannya waktu makan di restoran. Bisa di katakan orsng jahat itu bersekongkol. "Iya mah." Kata Nai. "Baby J, hari ini kamu bisa antar kakakmu kan?" Tanya Mamah. J mengangguk "Ih... mamah Jello sekarang bukan Baby lagi." Protes Jello. Papah tertawa pelan. "Yah gimana dong, mamah kan udah sayang banget sama panggilan itu." Kata Mamah Membuat Nai dan papah tertawa hingga tersedak. Uhuk... Uhuk... Papah dan Nai langsung mengambil minum. Jello berekspresi seolah pedih dengan kenyataan. ** Devian tengah duduk di ruang khusus sepatu. Di sana ia duduk bak raja dan meminta para pelayan untuk mengambilkan sepatu yang ia tunjuk. "Itu..." kata Devian sambil menunjuk sepatu pantofel bewarna hitam. Pelayan yang berada di kaki Devian mengangguk lalu berdiri ia mengambil sepatu yang diinginkan tuannya. Ia kembali lalu memakaikan setelah Devian puas ia langsung berdiri dan meninggalkan ruangan. "welk vliegtuig is klaar.?" Tanya Devian ke Mr. Hann. Mr. Hann mengangguk. Artinya: apakah pesawatku sudah siap?" "al meester." Artinya: sudah tuan. Dengan langkah yang gagah Devian menuju ruang khusus kendaraan. Dengan suit bewarna hitam ia nampak gagah dan maskulin. Devian langsung menunjuk salah satu mobil untuk di bawa ke indonesia memakai pesawat pribadi tentunya. Ia langsung naik ke dalam pesawat dan duduk tenang. "Sarapan anda tuan." Ujar Pramugari sopan sambil memberikan nasi kuning. ''Apa di Belgia ada nasi kuning?" Tanya Devian aneh. Sang pramugari tersenyum. "Tidak ada, tapi kami hanya menyiapkan yang beda tuan. Ini perintah ibu anda. Jika tidak percaya lihatlah di layar." Jawab Pramugari sambil menunjuk sebuah layar di depan Devian. Devian menekan tombol dan keluarlah sosok wanita tercintanya tapi sayang mamahnya cerewet. "Kenapa langsung pergi? Dasar anak kurang ajar. Gak pamit sama orang tua. Habiskan sarapanmu jika tidak pesawat itu tidak akan keluar walau di ujung pintu saja." Sembur Sri Ningsih mamah Devian. Devian mematikan layarnya dan menarik nafas pagi- pagi dirinya sudah di sembur oleh mamahnya membuat jantungnya berpacu dengan cepat. "Pergilah, aku akan memakan sarapanku." Kata Devian. Pramugari itu menahan senyum, sejenak ia membungkuk dan melangkah mundur. ***** Nai mulai terapi, jika di rumah ia berani untuk berbicara dan berkespresi maka di luar rumah tidak. Nai menggunakan bahasa isyarat dan tubuh untuk menunjukan maksudnya. Seperti sekarang ia berbicara dengan guru pebimbingnya untuk pamit pergi. "Baiklah Nai, hari ini kita liburkan dulu. Minggu depan kau bisa kesini lagi. Kondisimu semakin membaik. Sebaiknya mulainya berbicara dengan orang sekitar ya." Ujar Ibu Nada. Nai mengangguk dan tersenyum iya kemudian berdiri dan pergi. Nai menarik pintu kaca dan mulai keluar. Sepanjang jalan dirinya terus menunduk dan berjalan menuju mobil. Di dalam sana ada Daniel yang menunggu. "Sudah selesai?" Tanya Daniel. Daniel hari ini memakai suit bewarna biru dongker yang di padu padankan dengan kemeja putih dan sepatu hitam. Nai mengangguk dan meghadap Daniel lalu menjawab dengan bahasa isyarat "Sudah..." jawab Nai menggunakan tangannya setelah itu duduk dan memakai sabuk. Daniel mengangguk, ia harus mengantarkan keponakannya pulang kerumah. Selama di dalam perjalanan Nai hanya diam dan sibuk mendengarkan lagu maroon5- daylight. Daniel menengok sedikit ke Nai, apa dirinya menyukai Nai? Jawabannya iya. Dia suka tapi apalah daya Daniel adalah omnya. Daniel hanya menarik nafas dan melajukan mobilnya ke rumah kakaknya, Kayla. ** Lelaki itu berdiri di ampang pintu pesawat, ia meletakan kaca mata bermerek bulgaria flora di hidungnya. Perlahan lelaki itu turun menggunakan eskalator dan masuk ke dalam mobil. "Biar aku yang bawa," kata Devian sambil membuka pintu mobil sportnya sendiri dan masuk. Mr. Hann langsung ingin bertanya di luar jendela mobil yang baru di buka. Ia ingin bertanya apa tuannya tau jalanan di kota Jakarta. "Tenang Mr. Hann atau tau jalanan di sini." Dambung Devian seolah dirinya sudah di beritau. Mr. Hann mengangguk dan melangkah mundur. Devian mulai menjalankan mobilnya keluar dari area bandara. Di belakang mobil Devian ada empat mobil sedan hitam dan satu patwal yang ia sewa agar perjalanannya menuju hotel Alexander tidak terganggu dan pengamanan ketat. Setelah sampai Devian keluar ia melempar kunci mobilnya ke Mr. Hann dan memperbaiki suit hitamnya. Para karyawan terlebih yang wanita langsung terkesima. Devian seperti Bad boy. "Kemana?" Tanya Devian dingin. Mr. Hann menunjuk salah satu ruangan yang berdinding kaca. Di sana sudah ada beberapa penanam saham dan investor muda seperti Adrian Agatha, pemilik tambang batu bara terbesar di dunia, ada Rendy Argumatra Dirgantara pemilik kilang minyak terbesar di dunia dan masih banyak lagi. Devian datang paling akhir karena tempat tinggalnya paling jauh. "Maaf saya terlambat." Devian sedikit membungkuk dan duduk di tempat yang di sediakan. Proses pelantikanpun tiba. Devian dengan tenang duduk begitupun dengan yang lain. Tidak ada yang berkata kecuali mengemukakan pendapat mereka. Devian melihat ke orang- orang di sekitarnya. Sepertinya mereka tidak berniat untuk menjadi CEO di sini. Devian menggedikan bahunya lalu menegakan tubuhnya. **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN