Eps 1. Pertemuan

3011 Kata
Plak! Plak! Bhuk! “Aawwhh ....” “Ampun, ampun ... maafkan aku ....” Senja kali ini terlihat sangat indah, tapi tidak dengan iringan suara rintihan seorang gadis yang terdengar kesakitan dan memilukan. Diantara lebatnya pepohonan, seorang gadis dengan rambut ikal dan berseragam putih hitam bersandar pohon besar. Sedangkan dua gadis lain menatap nyalang kearah gadis manis berhidung mancung itu. Pipi kiri si gadis berambut ikal ini sudah memerah dengan cap lima jari disana. “Kau kan, yang melapor ke kepala sekolah?!” gadis dengan nameteks Li Yan mencengkram kerah baju mangsanya. Bergetar, sampai ada bulir bening menetes di ujung matanya. Dia hanya bisa menggelengkan kepala dengan isakan tertahan. “Zhao An Lu! Kutanya sekali lagi, siapa yang melapor pembunuhan itu, hn?!” Li Yan semakin memepet tubuh kecil An Lu ke pohon, membuat gadis berambut ikal itu kesulitan bernafas. An Lu kembali menggelengkan kepala. “Aku tidak tau.” Jawabnya lirih dan terdengar serak karna isakan. “Cih! Tak mau ngaku!” Chung Ling, gadis bermata bulat dengan bando yang selalu ada dikepala mulai angkat bicara. Plak! Kembali ia mendaratkan tamparan dipipi kiri An Lu. Kali ini sudut bibirnya mengeluarkan darah. An Lu kembali meringis kesakitan tanpa mengeluarkan keluhan, karna pasti tak akan mereka hiraukan. “Awwh ....” Chung Ling menarik rambut An Lu hingga ada beberapa helai yang rontok. Mendongakkan kepala An Lu hingga wajah yang tak bisa dikatakan baik itu terlihat mengenaskan. “Jangan coba dekati Wen Sheng! Ini peringatan terakhir. Aku tak akan segan melakukan yang lebih dari ini.” Whuus! Tiba-tiba angin dingin berhembus disertai dengan daun-daun kering yang tersapu karna serpaan angin. Li Yan dan Chung Ling saling tatap dengan pori-pori meremang. Mengingat jika pernah ada cerita tentang makhluk pemangsa didalam hutan. Cepat Chung Ling melepaskan cengkraman tangan dirambut An Lu. Membiarkan gadis lemah itu terkurai diatas tanah bercampur daun kering yang berserakan. Li Yan celikukan menatap keberbagai sudut hutan, mengelus kedua lengan yang mulai terasa merinding. “Ling, kita tinggalkan saja gadis sialan ini disini. Aku merasa ada yang mengawasi kita.” Bisiknya tepat ditelinga Chung Ling. Tak menjawab, Chung Ling hanya ngangguk dengan rasa takut yang sama. Dua gadis kejam itu jalan cepat meninggalkan hutan, membiarkan An Lu terkurai dibawah pohon. Dengan pandangan mengabur, Zhao An Lu melihat seorang pria datang mendekat. Pria tampan dengan rambut yang hampir menutupi mata dan kulit yang sangat putih. Pria itu mendekatkan wajahnya, mengendus sedikit darah yang ada disudut bibir An Lu. “Ka—u si—ap—a?” tanya An Lu tak jelas. “Xie Yun.” Suara lembut itu menjadi penutup pendengaran An Lu, karna setelahnya, gadis manis ini tak sadarkan diri. Xie Yun, pria yang sudah hidup ratusan tahun ini tersenyum menatap wajah manis yang bahkan tak terlihat baik-baik saja. Tangannya terulur, menyapu darah yang ada disudut bibir An Lu. Kemudian menjilat darah itu. Seketika hasrat pemangsanya keluar, dengan cepat kedua taringnya muncul. Menggeram tertahan, memajukan wajah, mengendus leher jenjang An Lu. Menjilati leher putih mulus itu dengan hasrat memangsa. Tangannya menyibak seragam warna putih yang menutupi bagian leher, hingga sebuah tanda lahir berbentuk bulan sabit itu terlihat. Mata hitam Xie Yun melebar, menajamkan penglihatannya kembali. Tanda berbentuk bulan sabit itu bersinar saat ia mengelusnya. “Tuan Putri ....” gumamnya pelan. ** Pukul 05.30am Matahari belum benar-benar menampakkan sinarnya. Zhao An Lu mengerjap pelan, merenggangkan tangan yang terasa sedikit pegal. Awas menatap ke sekitar, dia ada didalam kamar. Duduk diam mengingat kejadian kemarin. ‘Siapa yang membawaku pulang?’ batinnya. ‘Bukankah Chung Ling dan Li Yan sudah meninggalkanku dihutan?’ “An Lu!” Panggilan dari luar kamar membuatnya segera beranjak. “Iya, Paman.” Jawabnya seraya berjalan keluar kamar. Ma Jin Li, pria yang mengurusnya sejak kecil. Orang yang menjadi nomor satu dalam hidup An Lu, karna hanya dia yang ia punya. Tersenyum saat melihat keponakannya menghampiri. “Hari ini aku berangkat kerja pagi. Jangan lupa sarapan sebelum ke sekolah. Paman sudah buatkanmu hamburger daging sapi dengan irisan timun kesukaanmu.” Mengacak rambut An Lu yang memang masih acak-acakan. “Paman Ma, hati-hati.” Ucapnya sebelum sang paman keluar dari dalam rumah. Ma Jin Li mengangguk dengan sedikit senyuman, setelahnya, melangkah keluar rumah mengendarai motor butut untuk bekerja di pabrik tembaga. Seperginya Ma Jin Li, An Lu kembali masuk kedalam kamar, duduk didepan meja rias. Menatap wajahnya dicermin. Mengelus pipi yang baik-baik saja, bahkan sudut bibir yang tadinya mengeluarkan darah itu menghilang. Bingung, tercengang dengan kedua alis yang bertaut. ‘Apa mungkin, luka itu menghilang dalam semalam?’ Memijat pelipisnya, mengingat sosok pria yang menghampiri sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri. Sama sekali tak ingat wajahnya, bahkan namanya pun tak bisa ia ingat. ‘Apa mungkin dia yang menolong dan mengobati lukaku?’ Setelah hanya diam didepan cermin An Lu memutuskan untuk membersihkan diri. Memakai seragam yang baru, lalu sarapan. Keluar dari dalam rumah saat semuanya sudah siap. Berjalan dengan santai, berdiri dipinggir jalan tempat biasa ia menanti bus. Tak begitu lama, ada beberapa anak yang memakai seragam sama seperti miliknya juga berdiri disana. Sekitar lima belas menit, bus bernomor 56 berhenti. Lalu pintu terbuka otomatis, segera mereka mauk, menscan kartu pelajar dan mencari tempat duduk. An Lu memilih duduk dipojok belakang, mengambil headseat dan menyumpal telinga. Sangat malas mendengarkan ocehan beberapa anak yang sudah pasti akan membicarakan tentang Chung Ling yang menjadi juara satu saat lomba renang kala itu. padahal sudah jelas, Chung Ling menang karna main curang. Sebenarnya ia sangat muak dengan Chung Ling dan Li Yan. Mengingat kedua gadis itu, tangan An Lu memanas, mengeluarkan sedikit asap. Segera ia mengusap-usap tangannya, meniupnya agar tak terasa panas. Diam bukan berarti menerima semua perlakuan, tak membalas bukan berarti lemah. Namun, sesuai permintaan Ma Jin Li, ia tak boleh sombong, tak boleh membalas perbuatan jahat dengan sama jahatnya. Jadi, An Lu lebih memilih diam menyaksikan semua kebusukan yang teman-temannya lakukan. Beberapa menit berlalu, bus yang membawa An Lu berhenti tepat didepan gerbang sekolahnya. An Lu membuang nafas berat lebih dulu sebelum melangkah memasuki gerbang. Sedikit membungkuk saat berpapasan dengan Wu Pei—guru olahraga yang sekaligus menjadi asisten kepala sekolah. Tugasnya memang menertibkan setiap anak-anak setiap pagi. Lalu akan menghukum mereka yang tidak tertib peraturan. An Lu masuk ke kelas melalui pintu belakang. mencantelkan tas dipinggir meja, lalu duduk dengan nyaman disana. Meraih buku didalam laci dan mulai membukanya. Sebenarnya, ini terlalu membosankan, tapi ... ia butuh kehidupan yang seperti ini. Brak! An Lu kembali membuang nafas berat saat dua buah buku tulis mendarat kasar didepannya. “Salin tugas untuk jam pertama.” Li Yan, dengan sangat tak tau diri menatap tajam kearah An Lu. Dua tahun diperlakukan seperti ini, bukankah sangat memuakkan? Tak menjawab, An Lu hanya balas menatap tajam. Melihat tatapan tajam An Lu, Li Yan tersenyum smirk. “Mau nolak, hn? Berani?” tantangnya. “Eh, ngomong-ngomong, kemarin malam bagaimana caramu pulang? Apa binatang buas itu tak memakanmu?” Li Yan tertawa sendiri. “Sangat tak menyangka, mungkin dagingmu itu tak enak, makanya bisa selamat dari binatang hutan itu.” mendorong bahu An Lu kasar. “Jangan lupa! Salin tugasnya!” Dengan congkak Li Yan berjalan keluar kelas. Bisa ditebak, pasti gadis itu mencari korban bullyannya. An Lu menatap dua buku tulis milik Li Yan dan Cung Ling. Tangan yang hampir menyentuh buku itu terhenti saat tangan seseorang menimpa tangannya. An Lu mendongak, Wen Sheng berdiri didepan mejanya. “Tak perlu lakukan ini. Biarkan mereka menerima hukuman.” Ucap Wen Sheng lembut. Cepat An Lu menarik kembali tangannya. Menunduk, tatapan Wen Sheng selalu terlihat aneh. “Wen Sheng,” seru An Lu saat kedua buku itu diambilnya. Membawa ke mejanya, meletakkan diatas meja begitu saja. Bai Li—guru pertama mereka yang mengajar ilmu fisika memasuki kelas, disusul dengan beberapa siswa lain. Wen Sheng beranjak. “Berdiri.” Semua siswa beranjak dari duduknya. “Siap. Beri hormat” Semua membungkukkan sedikit badan. “Selamat pagi, guru.” “Pagi, semua.” Jawab Bai Li, menaruh setumpuk kertas di meja podium yang terletak ditengah blackboard. “Ini adalah hasil ujian tengah semester. Untuk yang disebutkan namanya, maju kedepan.” “Yu Xi Wei.” Seru Bai Li. Seorang cowok yang duduk dimeja bagian pojok depan beranjak, maju mengambil kertas yang Bai Li sodorkan. Tok! Tok! Semua tatapan terarah ke pintu. He Xinping—guru yang ada dibagian tata usaha berdiri disana. “Maaf mengganggu.” Ucapnya sopan dengan sedikit membungkukkan kepala. Bai Li menatap dua pria yang berdiri dibelakang He Xinping. “Saya mengantarkan dua murid baru, pindahan dari SMA Yi Feng.” Bai Li ngangguk. “Silakan masuk.” Dua pria berkulit putih dengan seragam putih hitam serta tas warna navy melingkar didada mereka. Berdiri dengan sangat mempesona dimimbar depan. Ini mirip konser boyband, karna semua murid kelas 12.1 berteriak kegirangan. Hanya Zhao An Lu yang diam memperhatikan kedua pria itu. Merasa sangat tak asing. Rambut hitam lurus yang hampir menutupi mata, kedua alis tebal dengan hidung mancung. Iris mata berwarna sedikit coklat, dengan mata cekungnya. Rahangnya kokoh dan kulit putih. Bukankah pahatan yang indah? “Perkenalkan diri kalian.” Bai Li mempersilakan kedua pria itu. Pria yang terlihat ramah dengan senyum merekah itu melambaikan tangan. Gigi putihnya sangat rapi dengan rambut coklat asli. “Aku Zu fuxiang, hobby basket dan ... bercanda. Salam kenal.” Membungkukkan sedikit kepala. Senyum ramahnya tak juga pudar. “Kalian bisa panggil aku Xie Yun. Semoga kita bisa berteman.” Membungkukkan sedikit kepalanya. “Waaoow ... sangat tampan.” “Aahh, dia tipeku.” Begitu banyak riuh murid sekelas memberi pujian ke Xie Yun dan Zu Fuxiang. Sementara tatapan Xie Yun hanya tertuju pada An Lu yang sama sekali tak menatapnya. An Lu menatap keluar jendela, entah apa yang ia lihat. “Sudah, sudah, silakan kalian duduk dibangku belakang yang masih kosong.” Bai Li mempersilakan. Kedua murid baru ini melangkah dengan jalan yang berbeda. Wajah dingin Xie Yun membuatnya terlihat semakin tampan dan cool. Sama sekali tak mempedulikan tatapan pada gadis yang begitu memuja. Duduk dimeja samping An Lu yang masih kosong. Membuat An Lu mengerjap, karna menghalangi pandangannya untuk menatap kupu hinggap dibunga samping jendela. Xie Yun menaikan satu alis saat tangan An Lu mengisyaratkannya sedikit mundur. Bukannya mundur, Xie Yun malah menaruh tas disamping meja, meraih buku tulis An Lu dan mulai membacanya. “Hey! Aiishh!” menggeram lirih, kembali menatap kedepan kelas, memperhatikan Bai Li bicara didepan sana. Sementara Li Yan menoleh, memperhatikan Xie Yun yang diam dengan sangat tenang membaca buku catatan An Lu. Tersenyum sendiri dengan memegangi kedua pipi, merasa tertarik. “Kumpulkan buku catatan kalian.” Perintah Bai Li didepan kelas. An Lu menunduk menghindari tatapan Chung Ling dan Li Yan yang tentu meminta buku catatannya. Merasa tak diperhatikan, Chung Ling mendekati meja An Lu. “Mana buku catatanku.” Pintanya berbisik. “Di meja Wen Sheng.” Jawab An Lu, beranjak dari duduknya, menarik buku catatannya dimeja Xie Yun. Tanpa berkata apapun, An Lu berlalu menuju depan kelas. “Sialan!” umpat Chung Ling saat mengetahui buku catatannya masih kosong, tak ada satupun tulisan disana. Menatap tajam kearah An Lu yang kali ini terlihat lebih santai dari biasanya. “Kali ini jangan jadi perisakan! Kuperingatkan kau, Chung Ling!” dengan tegas Wen Sheng berucap, membuat beberapa siswa menatap kearahnya. Termasuk Xie Yun dan An Lu. Sedangkan Fuxiang sudah menyumpal telinga dengan headseat. “Chung Ling, Li Yan, kalian ikut saya.” Bai Li membawa setumpuk buku catatan keluar kelas. “b******k!” umpat Li Yan dengan menatap nyalang An Lu. An Lu memilih membuang nafas kesal. Menjatuhkan punggung ke sandaran kursi, menoleh kesamping kiri. Tatapannya bertemu dengan Xie Yun yang menatapnya sejak tadi. Lalu menoleh kesamping kanannya. Ada Fuxiang yang tersenyum ramah dengan lambaian tangan. Tak ingin memikirkan dua anak baru itu, An Lu beranjak dari duduknya. Berjalan keluar kelas menuju perpustakaan. Karna ini masih terhitung jam pelajaran, ruang perpus masih sepi, hanya ada tiga anak yang duduk membaca buku. An Lu berjalan menuju ke rak buku deretan nomor tiga. Memilah-milah buku yang berjajar rapi disana. Matanya membulat saat mengambil satu buku dari rak. Tepat didepannya ada sesosok manusia dengan wajah pucat seperti mayat berdiri menatapnya dengan tajam. Giginya yang bertaring sangat kentara, ditambah sorot mata membunuh berwarna hitam gelap itu membuatnya sangat ketakutan. Braak! Buku dalam genggaman jatuh kelantai, kaki An Lu melangkah mundur hingga membentur rak belakangnya. Untuk pertama kali dalam hidup ia melihat makhluk seperti itu. Whuus! Cepat, makhluk dengan pakaian hitam kombinasi merah itu berdiri didepan An Lu. Tangannya terulur menyentuh pipi An Lu, menyeringai memperlihatkan gigi putih bertaringnya. Deru nafas An Lu terdengar sangat memburu karna takut. Jantungnya berpacu cukup kencang, bahkan ia sendiri bisa mendengar detaknya. Menyibak kerah baju dibagian leher, matanya melotot saat mengetahui tanda lahir disana. Detik kemudian senyum menyeringai tercetak dibibirnya. “Putri Zhao Qin Wu,” ucap si makhluk bertaring ini. “Tak menyangka, ia mampu menyembunyikan keturunan ajaibnya sampai sebesar ini.” Mendekatkan wajah hingga tanpa jarak, mengendus aroma tubuh An Lu dalam. “Memang berbeda, hangat dan dingin bercampur menimbulkan wangi vanilla yang menggoda.” Lidahnya menjulur, menjilat leher An Lu yang terdapat tanda lahir disana. Sreet! Dengan cepat makhluk bertaring tadi jatuh tersungkur. Xie Yun mendorong kuat, berdiri tepat didepan An Lu. “Kau tak apa?” tanyanya dengan meneliti bagian tubuh An lu. Tak mampu menjawab. An Lu hanya memberi anggukan dengan rasa takut yang semakin bertambah. “Xie Yun!” geram si makhluk tadi. “Guang Han Bi! Akan kupatahkan lehermu jika sampai menyentuhnya!” ancam Xie Yun dengan sedikit geraman. “b******k!” makhluk bertarik yang bernama Guang Han Bi itu menggeram dengan kedua tangan mengepal. Secepat angin ia meninggalkan ruang perpustakaan. Seketika itu, tubuh An Lu lunglai, sangat lemas karna takut. Xie Yun menuntunnya, membawanya duduk disalah satu meja baca. “Xie Yun, tadi itu apa?” tanyanya dengan mengusap wajahnya yang berkeringat. Xie Yun menatap dalam wanita cantik didepannya. “Sebut saja ... vampir.” Ucapnya lirih. Wajah yang masih ketakutan itu makin terlihat menggemaskan karna terkejut. “Vampir?” mengulangi yang ia dengar. Xie Yun memberi anggukan sebagai jawaban. Menarik kursi samping An Lu, ikut duduk disana. Tak begitu lama Fuxiang masuk, berdiri dibelakang An Lu. Tatapan Xie Yun tertuju ke Fuxiang. “Han Bi sudah pergi.” Jawab Fuxiang, tau apa yang ingin Xie Yun dengar. Mendengar ucapan Fuxiang, terlihat kelegaan diwajahnya. Xie Yun kembali menatap An Lu yang terlihat bingung. “Kau aman. Kami akan melindungimu.” An Lu menatap dua lelaki ini dengan bergantian. “Kalian ... siapa?” “Di sini, bukan tempat yang aman untuk bercerita. Kau bisa mendengarkan ceritaku di hutan belakang.” jawab Xie Yun dengan kepala mengarah kebelakang sekolah. “Iissh, aku tak terlalu tertarik.” Beranjak dari duduknya. “Minggir.” Menatap tubuh Fuxiang yang menghalangi langkahnya. Fuxian tertawa kecil, lalu geleng kepala menatap punggung An Lu yang kembali menghilang dirak buku. “Kurasa Qin Wu benar-benar menguji ketrampilan gaetmu.” Menatap Xie Yun dengan sebuah ejekan. “Ppcck!” beranjak dari duduknya, memasukkan kedua tangan kesaku celana, lalu berjalan keluar dari ruang perpustakaan. ** Seperti biasa, SMA Zhan Hua selalu pulang larut. Begitu banyak tugas sekolah yang harus mereka selesaikan. Pukul 16.30pm. Zhao An Lu mengemasi semua buku dan peralatan belajarnya. Melingkarkan tas ke tubuh saat semua sudah masuk kedalam tas. Braak! “Ikut!” Li Yan menggebrak mejanya kasar. Lalu menarik lengan An Lu untuk ikut bersamanya. “Berhenti.” Dengan suara tenang Xie Yun berucap. Li Yan yang hampir membawa An Lu keluar dari kelas terpaksa berhenti. Menoleh, menatap Xie Yun yang berjalan kearahnya dengan tas melingkar didada. “Hari ini An Lu ada janji denganku.” Tanpa meminta persetujuan dari siapapun, Xie Yun menarik lengan An Lu, membawa gadis itu pergi menjauh dari Li Yan yang bahkan tak mengerti apapun. “Peringatan pertama. Jangan sentuh Zhao An Lu lagi.” Lanjut Fuxiang dengan melenggang begitu saja melewati Li Yan. Merasa kalah saing, karna bisa dengan begitu mudah An Lu dekat dengan kedua pria yang menjadi bahan perbincangan anak-anak hari ini. Kedua tangan mengepal dengan tatapan penuh kebencian. “Zhao An Lu! Tunggu pembalasanku!” ** Whuus! Dengan tangan yang melingkar dipinggang, Xie Yun membawa tubuh An Lu melayang. Mendudukkannya disebuah ranting pohon yang lumayan besar dan tinggi. An Lu terlihat sangat terkejut dengan mata membulat menatap sosok didekatnya. Terlebih tangan Xie Yun yang begitu dingin. Sangat berbeda dengan suhu tubuhnya yang hangat. “Xie Yun, kau ini sebenarnya apa?” tanyanya serius. Xie Yun tertawa kecil, ikut duduk dengan tenang disamping An Lu. Tangannya mengarah kesebuah pegunungan jauh, yang bahkan hampir tak terlihat karna tertutup oleh kabut. “Kau lihat itu?” An Lu menatap kearah telunjuk Xie Yun. Hanya diam, menanti pria tampan itu berbicara. “Di sana tempatku berasal.” An Lu membuang nafas kasar. “Aku tak tau apa yang kau bicarakan, Xie Yun. Yang aku tau, kau ... bukan manusia.” Untuk sesaat pandangan keduanya beradu. Kembali Xie Yun tersenyum manis, membuat An Lu mengalihkan pandangan. Karna hatinya merasakan debaran luar biasa saat ditatap Xie Yun. “Lima ratus tahun yang lalu ....” Flash back : 500 tahun lalu. Kerajaan Dong Yue adalah kerajaan teraman, tentram dan kaya raya. Semua rakyatnya hidup damai dibawah pimpinan raja Zhao Xunshi. Han Congan, sahabat Zhao Xunshi yang tinggal diperbatasan Pinjing iri dengan keberhasilan Dong Yue. Han Congan yang ternyata sudah merubah dirinya menjadi seorang vampir menyerang Dong Yue tanpa menyikasan apapun. Membunuh sahabatnya sendiri dan menduduki tahta. Meluluh lantahkan semua rakyat dan prajurit kerajaan. Semua dimusnahkan tanpa terkecuali. Beberapa anggota kerajaan lain berhasil kabur dari kejaran prajurit vampir Han Congan, tapi menyisakan tiga pangeran yang pergi berburu di hutan. Xie Yun, Zhao Qin Wu dan Zu Fuxian pulang dengan perasaan bingung dan tak mengerti. Atas perintah Han Congan, prajuritnya menjadikan tiga pangeran ini makhluk abadi yang tercipta sebagai pemangsa selamanya. “Lalu, bagaimana ayahku bisa bertemu ibu?” dengan sangat antusias An Lu bertanya. Xie Yun kembali tersenyum menatapanya. “Sepertinya aku sudah lelah bercerita. Bisa kita lanjutkan besok saja?” “Xie Yun!” geram An Lu dengan mencengkram lengan Xie Yun erat. Meminta pria tampan disampingnya ini untuk melanjutkan cerita. Xie Yun memajukan wajah, menghirup aroma vanilla yang muncul dari tubuh An Lu. “Wangi tubuhmu sangat berbeda. Membuat kaum kita merasa sangat tenang berada disampingmu.” “Lebih baik kau lanjutkan cerita, jangan menggombal begitu. Sangat tak cocok.” An Lu melihat kebawah, ternyata Fuxiang duduk diranting bawah, bersandar ditubuh pohon dengan sangat nyaman. “Jadi, kalian ini datang dari ratusan tahun lalu?” tanya An Lu kemudian. Xie Yun memberi anggukan. “Kita bertiga lahir ditahun yang sama, hanya bulan yang berbeda.” “Lalu ... bagaimana ayahku bisa berpisah dengan kalian?” “Dulu ....” Whuus! Ucapan Xie Yun terhenti saat ada yang lain dipohon depannya. “Serahkan permata tetesan darah itu!” sosok vampir wanita dengan bibir menghitam serta mata tajam mengarah ke An Lu. eehm! ehmm! tes, tes, tes .... ini pertama kalinya aku nulis fantasy ya. Tentu aku butuh kritik dan saran dari kalian semua. mohon bimbingannya juga ya kawan. Eh iya, minta sumbangan lovenya doong.... nggak ikuti nggak apa sih ... aku butuh love banyak dari kalian..lop lop lop. sayang kalian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN