Bab 2 Permainan Dimulai

2038 Kata
Aku memandang ke bawah dari celah tangga, tetapi yang dapat terlihat hanyalah satu demi satu lantai lorong tangga yang seolah-olah tidak berujung. Karena ini adalah lantai -1, maka tentunya lantai setelahnya adalah lantai -2, lantai -3 …. Aku seketika teringat akan mitologi 18 tingkatan neraka, apakah lantai terakhir kemungkinan adalah lantai -18? Setelah menarik napas dalam-dalam, aku pun terus berjalan menuju ke bawah. Lantai -1 tampak tidak terlalu berbeda dengan lantai sebelumnya. Cahaya lampu yang redup, lorong yang sempit, dua baris pintu dengan posisi berseberangan yang terkunci rapat, bahkan gagang pintu pun sama-sama memiliki noda karat. Satu-satunya perbedaan yang dapat terlihat adalah nomor seri negatif yang terpampang pada daun pintu: -101, -102, -103 …. Aku berjalan menuju ke depan pintu kamar nomor -101 dengan waspada, lalu perlahan mendekatkan telingaku pada daun pintu kamar tersebut. Setelah menempelkan telinga di daun pintu, aku seketika dapat mendengar suara angin yang menderu seperti ketika mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi tanpa mengenakan helm, seolah-olah terdapat sebuah angin topan kecil yang sedang berhembus kencang di balik pintu tersebut. Setelah menjauhkan telingaku dari daun pintu, suara angin tersebut pun tidak terdengar lagi dan yang tersisa di sekelilingku hanyalah keheningan yang mencekam. Di dalam kamar yang tertutup rapat, tidak mungkin terdapat angin yang berhembus begitu kencang, jadi apa yang sebenarnya sedang terjadi di balik pintu tersebut? Aku meletakkan tanganku di depan celah pintu, tetapi aku justru tidak dapat merasakan sedikitpun hembusan angin. Aku menarik napas dalam-dalam, menggenggam gagang pintu yang bernoda karat, lalu memutarnya dengan sekuat tenaga, tetapi pintu tersebut tidak bergeming. Sejujurnya aku takut akan muncul sesuatu yang aneh ketika pintu tersebut terbuka, sehingga aku pun menghembuskan napas lega ketika pintu itu tidak berhasil dibuka. Aku menyeka keringat yang berada di dahiku, lalu berjalan menuju ke depan kamar -103 yang berada di sebelah. Dengan menggunakan cara yang sama seperti sebelumnya, aku terlebih dahulu mendengarkan situasi di balik pintu. Kali ini sebuah suara tetesan air yang seolah-olah terus mengalir tanpa henti seketika terdengar saat aku menempelkan telinga pada daun pintu tersebut. Aku mundur dua langkah dengan perasaan gelisah dan ragu. Sampai di sini, aku sama sekali tidak beranggapan bahwa suara yang terdengar dari kamar tersebut berasal dari suara keran yang tidak tertutup rapat. Aku pun melanjutkan penelusuranku, menemukan pintu-pintu lainnya juga tidak dapat dibuka, tetapi tidak terdengar suara aneh dibalik semua pintu itu. Pada saat yang bersamaan, telingaku menangkap suara langkah berat yang samar ‘bam! bam!’, yang terdengar seperti suara benda jatuh. Seluruh tubuhku seketika menjadi kaku saat mendengar bunyi yang timbul secara tiba-tiba di tengah suasana yang sunyi senyap. Selang dua detik kemudian, suara ‘bam’ kembali terdengar. Kali ini, dapat terdengar dengan jelas bahwa suara tersebut berasal dari lantai bawah! Aku dengan tergesa-gesa berlari menuju lorong tangga dan memandang ke bawah lewat celah tangga tersebut. Tetapi, aku tidak dapat melihat apapun. Suara tersebut terdengar sangat beraturan dengan jeda bunyi yang tepat dua detik. Aku berdiri di ujung lorong tangga dan mendengarkannya dengan saksama. Seiring berjalannya waktu, suara tersebut pun secara perlahan menjadi semakin keras, dan setelah berdiri diam selama beberapa saat, aku pun menjadi sangat yakin bahwa memang benar terdapat sesuatu yang sedang menuju kemari. Setiap ‘Ia’ menginjak sebuah anak tangga, maka suara ‘bam’ pun akan terdengar. Suara tersebut pasti bukan langkah suara seorang manusia! Gerakan macam apa yang dapat mengeluarkan suara seperti itu? Siapa sebenarnya ‘Ia’? Apakah makhluk tersebut adalah ‘Ia’ yang disebutkan dalam ‘Permainan Malaikat Maut’, sang ‘Hantu’? Aku merenung sejenak dan memperkirakan bahwa kurang lebih sepuluh menit telah berlalu sejak permainan dimulai. Aku pun merinding. Sialan! Apakah makhluk tersebut benar-benar seorang ‘Hantu’? Tamatlah Riwayatku! "Sialan!" Aku berbalik dan berlari menuju lantai atas, bermaksud untuk kembali ke ‘dunia yang berada di atas sana’, tetapi aku justru mendapati bahwa jalan menuju lantai atas telah lenyap. Sama seperti pintu masuk, lorong tangga pun telah berubah menjadi sebuah lukisan yang terlihat nyata, yang pada kenyataannya hanyalah sebuah lapisan tembok yang tebal. Aku merasa sangat ketakutan dan tidak berdaya. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Jalan menuju lantai atas telah berubah buntu, jadi apa yang harus kulakukan sekarang? Sepertinya satu-satunya cara yang kumiliki hanyalah bersembunyi di dalam sebuah kamar. Aku berbalik dan berlari menuju ke sebuah kamar, tetapi kamar tersebut tidak dapat dibuka! Aku pun dengan tergesa-gesa berlari ke kamar yang lainnya. Aku mencoba untuk membuka satu per satu kamar yang berada di sepanjang lorong, tetapi tidak ada satu pun kamar yang dapat dibuka! Seiring berjalannya waktu, suara langkah berat itu pun terdengar semakin mendekat …. "Tidak mungkin tidak ada jalan keluar! Jika ini adalah sebuah permainan, maka pasti ada cara untuk melewati rintangan ini!" Aku berusaha untuk menenangkan diriku sambil memperhatikan sekelilingku. Dalam sekejap, aku pun menyadari sebuah perbedaan. Pintu yang berada di sisiku memiliki sebuah noda karat yang berukuran cukup besar, ukurannya hampir sebesar dua telapak tangan. Sebaliknya, noda karat di pintu lainnya hanya berupa titik-titik kecil saja. Adapun noda yang terlihat lebih jelas, ukurannya pun tidak sebesar sebuah jempol. "Apakah rahasianya memang tersembunyi di balik pintu kamar tersebut?" Sampai di titik ini, satu-satunya hal yang dapat kulakukan hanyalah mengusahakan segala macam upaya untuk menyelamatkan diriku. Aku segera melepas gantungan kunci dan dengan sekuat tenaga mengikis noda karat itu dengan kunci tersebut. Segera, sebagian besar dari noda karat itu telah habis terkikis, dan perlahan-lahan muncul sebaris tulisan yang terukir pada pintu tersebut. [Berjalanlah mengikuti arah angin, tiga langkah ke arah selatan, sepuluh langkah ke arah barat, dua langkah ke arah utara, dan satu langkah ke arah timur.] Sesuai dugaanku! Petunjuknya memang berada pada pintu ini! Aku merasakan secerca perasaan senang yang tak terhingga. Namun, semangatku itu langsung hilang ketika aku memperhatikan tulisan tersebut dengan lebih saksama. Aku masih harus menghadapi teka-teki kata dalam keadaan genting seperti in. Yang benar saja! Aku adalah orang yang buta arah dan pada dasarnya tidak bisa menentukan arah mata angin, terlebih lagi, menemukan jalan dalam lingkungan yang begitu tertutup. Namun, suara ‘bam! bam!’ yang terdengar samar itu kembali menjadi sebuah peringatan bagiku. Aku pun sadar bahwa sekarang ini bukanlah saatnya untuk bersedih ataupun merasa putus asa, karena riwayatku akan segera tamat jika aku tidak segera memecahkan teka-teki ini! "Tenanglah, pasti ada petunjuk yang lain." Aku perlahan-lahan mengingat kembali petunjuk yang telah kudapatkan, "Berjalanlah mengikuti arah angin, berjalanlah mengikuti arah angin … bukankah terdengar suara angin dari kamar -101? Yang dimaksud oleh kalimat tersebut seharusnya adalah kamar itu. Kalau begitu, apakah kamar -103 yang mengeluarkan suara aliran air juga merupakan sebuah petunjuk?" Aku pun berpikir keras dan secara tiba-tiba mendapatkan sebuah pencerahan, "Oh, benar, aku telah menemukan jawabannya!" Aku segera menuju ke depan kamar -101, dan berdiri di depan kamar tersebut dengan punggung menghadap ke pintu. Aku berjalan tiga langkah ke depan, kemudian sepuluh langkah ke kanan, lalu berbelok ke kanan dua langkah, terakhir berbelok lagi ke kanan satu langkah dan berhenti. "Seharusnya tempat ini sudah benar." Aku memperhatikan sekelilingku untuk beberapa saat, lalu memusatkan perhatianku pada ubin keramik yang berada tepat di bawah kakiku. Aku berjongkok dan mengetuk ubin keramik tersebut dengan jariku. "Ubin keramik ini berongga! Sepertinya tebakanku benar!" Aku segera melepas gantungan kunci dan mencungkil ujung keramik tersebut. Tapi di luar dugaan, ubin keramik itu ternyata dapat terbuka dengan mudah. Aku mengangkat ubin keramik tersebut dengan tergesa-gesa, menemukan beberapa lembar kertas, menyingkirkannya dan mendapati sebuah kunci yang tergeletak di sana. Saat mengambil kunci tersebut, ada gejolak semangat yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata di dalam hatiku. Pada saat ini, suara langkah berat itu kembali terdengar semakin dekat, hanya sisa beberapa detik saja sebelum ‘Ia’ akhirnya tiba di lantai ini. Terdapat sebuah peringatan dalam ‘Permainan Malaikat Maut’ yang mengatakan bahwa para pemain sama sekali tidak boleh terlihat oleh ‘Ia’! Aku seketika tersentak dan bergegas menuju ke depan pintu yang berukirkan tulisan itu, memasukkan kunci pada lubang kunci pintu tersebut dan memutar gagang pintu. Sebuah suara ‘klik’ yang samar terdengar dan pintu pun terbuka! Aku segera menyelinap masuk ke dalam kamar dan langsung menutup pintunya dengan perlahan, berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Setelah mengunci pintu, aku pun jatuh terduduk di lantai sambil bersandar di balik pintu tersebut, menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri. ‘Bam! Bam!’ Terdengar suara gerakan makhluk tersebut dari balik pintu, ‘Ia’ tengah berjalan menelusuri lorong menuju ke arahku. Membuat jantungku kembali berdegup kencang. Aku dengan sekuat tenaga menahan pintu, tanpat berani bergerak sama sekali. Suara langkah berat tersebut berhenti, ‘Ia’ telah tiba di depan pintu dan jarak di antara kami hanya dipisahkan oleh pintu itu saja. Aku tidak pernah merasa begitu ketakutan, seluruh tubuhku menjadi kaku, pikiranku kosong, dan nafasku pun terasa sesak. Waktu terasa berjalan dengan begitu lambat, dan setelah waktu yang terasa seperti satu dekade lamanya, suara langkah berat yang beraturan itu pun kembali terdengar dari balik pintu. ‘Ia’ akhirnya pergi. Aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk menghirup udara segar, rasanya aku hampir mati barusan akibat perasaan yang begitu mencekam! Aku baru dapat pulih setelah beberapa saat kemudian. Perkataan ayah memang benar, bahwa membaca banyak buku pasti akan memberikan banyak manfaat! Kesenangan terbesar yang dimiliki ayahku adalah membaca buku. Dia memiliki sebuah ruang baca dan di dalam ruangan tersebut terdapat berbagai macam buku, termasuk buku-buku yang langka dan aneh. Membuatku sering menghabiskan masa kecilku dengan bersantai sambil membaca buku di ruangan tersebut. Aku bukanlah orang yang pemilih, aku membaca segala jenis buku. Karena itu setelah beberapa tahun kemudian, hampir seluruh buku yang terdapat di dalam ruangan itu telah selesai k****a. Sebaliknya, setelah beranjak dewasa, akibat terlalu senang bermain game seluler, aku pun menjadi semakin jarang membaca buku. Sebenarnya, logam, kayu, api, air dan tanah yang terdapat dalam 5 unsur alam, masing-masing disesuaikan dengan 5 arah mata angin, yakni barat, timur, utara, selatan dan tengah. ‘Air’ sendiri mewakili ‘arah timur’. Berkat pengetahuan inilah aku dapat menemukan kunci penyelamat tersebut. ‘Hantu’ yang berada di balik pintu itu sebenarnya makhluk aneh macam apa? Aku sama sekali tidak memiliki sedikit pun keberanian untuk terus menyelidikinya. Bagaimanapun juga, apa pun yang berada di tempat aneh seperti ini tentunya bukanlah sesuatu yang baik. Setelah aku mendapatkan kembali semangatku, aku baru memeriksa sekelilingku dengan lebih saksama. Saat itu aku baru tersadar bahwa tempat ini juga merupakan sebuah kos-kosan. Berbeda dengan kos-kosan putra yang umumnya berantakan dan kotor, kos-kosan ini terlihat sangat bersih dan rapi. Sehingga lebih terlihat seperti sebuah kos-kosan putri. Aku berjalan beberapa langkah sambil memperhatikan sekeliling kamar tersebut. Dan seketika, sebuah buku harian yang berwarna merah menarik perhatianku. Aku membuka buku harian tersebut dan di dalamnya terdapat tulisan tangan yang indah. Tampaknya pemilik buku harian itu adalah seorang perempuan bernama Wani yang tinggal di asrama ini. Setelah membacanya sekilas, aku pun mengetahui bahwa buku harian ini mencatat hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja perempuan bernama Wani ini sepertinya sedang menjalin hubungan asmara dengan seseorang. Isi buku harian tersebut pun dipenuhi oleh cerita-cerita fantasi seorang gadis yang polos. Namun, kesan tulisan di setengah bagian akhir buku harian tersebut tiba-tiba berubah. Wani terkesan dipenuhi dengan rasa benci, hal ini terlihat dari tulisannya yang menyatakan bahwa kekasihnya telah berselingkuh dengan perempuan lain, tetapi masih tetap ingin menutupi kenyataan tersebut darinya dan mempertahankan hubungan mereka. Padahal Wani sebenarnya telah mengetahui kenyataan tersebut sejak lama. Kalimat terakhir pada buku harian tersebut berbunyi, "Yeshaya, aku telah lama bersabar menghadapi segala kebohonganmu. Malam ini, aku ingin memperjelas semuanya denganmu …." Aku menemukan bahwa tulisan tersebut di tulis di tanggal sepuluh pada bulan Maret. Lalu halaman-halaman selanjutnya kosong dan tampaknya Wani tidak pernah lagi menulis di buku harian tersebut. Aku menghela nafas pelan, meletakkan kembali buku harian itu, dan tiba-tiba teringat akan beberapa lembar kertas yang kudapatkan dari lubang tersebut ketika aku menemukan kunci. Pada saat itu, situasinya begitu genting sehingga aku pun tidak melihat isi kertas tersebut dan langsung melipatnya serta memasukkannya ke dalam saku bajuku. Oleh karena itu, aku pun memutuskan untuk mengeluarkan kertas-kertas tersebut sekarang. Lembar pertama adalah sebuah kliping koran yang memberitakan mengenai seorang mahasiswi yang bunuh diri tepat pada bulan Maret, tanggal sepuluh akibat patah hati. "Apakah ini hanya sebuah kebetulan? Mungkinkah perempuan yang bunuh diri ini adalah Wani?” Jika memang demikian, apakah ‘Hantu’ yang bergentayangan di kos-kosan ini adalah Wani? Tetapi jika dia memang meninggal karena bunuh diri, bagaimana mungkin dia menjadi sesosok hantu yang jahat? Apakah Wani benar-benar telah bunuh diri?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN