Raja

1001 Kata
"Bagaimana apa perut kamu masih saja sakit?" Seorang Dokter perempuan bertanya pada Ratu, saat ini gadis itu sedang berada di rumah sakit. Bukan ia sakit atau karena perutnya kembali sakit saat keguguran setahun yang lalu. Tapi Ratu hanya ingin berterima kasih, bahwa Dokter itu telah menolongnya dan memberikan banyak motivasi untuknya. Ratu menggeleng, ia meletakan parsel buah - buahan di atas meja. "Saya hanya ingin menemui Dokter. Saya sangat berterima kasih, karena Dokter mau merawat saya." Perempuan berusia setengah baya itu tersenyum dan mengusap tangannya Ratu lembut, penuh keibuan. "Saya senang kalau kamu terlihat lebih baik lagi, hidup memang kadang tidak bisa diprediksi." Tatapannya terlihat sedih, seolah ia sendiri sebenarnya mempunyai masalalu yang tidak jauh berat dengan Ratu. "Saya bahkan pernah menemukan seorang perempuan yang mengalami pase kehidupan yang lebih berat dari kamu." Ratu menatapnya dan mendengar dengan seksama. "Dia dulu hamil, di luar nikah sama seperti kamu. Kamu masih beruntung karena anak itu malah pergi karena merasa kasihan sama kamu. Bukan berarti saya ingin mengatakan kalau anak yang lahir ke dunia itu tidak menyayangimu. Tentu saja mereka berhati Malaikat. Tapi Nak, anak yang lahir dikondisi kita tidak diakui oleh siapa pun, itu. Jauh lebih menyakitkan. Dia melahirkan anak laki - lakinya di sebuah gubuk yang ia temukan disebuah ladang. Dia diusir oleh keluarganya sendiri. Dan tidak diakui oleh laki-laki yang menghamilinya. Sejenak Dokter itu terdiam, dan mengusap airmatanya, "Dia melahirkan di gubuk itu dengan kesakitan yang tidak ada siapa pun yang peduli." Ratu menunduk, airmatanya tidak bisa ia tahan. Cerita Dokter itu sangat menyayat hatinya. "Dia minum air kali, dan makan ubi yang ada di kebun itu. Entah kebun siapa, dia sendiri tidak tahu. Begitu setiap harinya, sampai ia mampu berdiri. Lalu memberikan anaknya ke panti asuhan. Meninggalkan anak laki - lakinya di sana dengan tangisan pilu. Kemudian ia pergi bekerja ke luar negri menjadi seorang pembantu rumah tangga, ada seorang sponsor yang mau merawat kesembuhannya lalu membawanya ke negara lain, setelah ia benar - benar sembuh. Dia bekerja enam tahun, lalu kembali dan kuliah disebuah kedokteran. Dia sendirian, dia juga jualan ketika selesai kuliah. Begitu setiap harinya, sampai ia benar - benar menjadi seorang Dokter. Namun, dia tidak bahagia. Karena ketika kembali ingin mengambil anak laki-lakinya di panti itu. Orang panti mengatakan kalau anak laki - laki itu sudah ada yang mengadopsi." Ratu mematung, ia terdiam dengan airmatanya yang lagi - lagi menetes. Dokter itu memberikan tisu, "Kita sebagai perempuan yang paling dirugikan. Mereka yang sudah berbuat, hanya bisa tertawa atas penderitaan kita." Dokter itu memberikan segelas air, "Saya merasa kamu lebih beruntung, Nak. Saya juga ingin mengingatkan, bahwa jangan pernah sekali lagi terhasut oleh manusia seperti mereka. Kita harus waspada, meski tidak semua laki - laki tidak bertanggung jawab seperti itu. Tapi tetap saja, kita adalah yang dirugikan. Martabat kita yang diinjak - injak, dan laki - laki akan tetap bisa pergi ke mana pun tanpa bekas." *** Ratu berjalan pelan ke arah parkiran. Kala sebuah volvo berwarna putih berhenti di sampingnya, lalu membuka kaca jendela. "Kamu dari mana?" Ternyata dia adalah Raja. Ratu tersenyum tipis saja, "Dari dalam." Raja segera ke luar dari dalam mobilnya, "Kamu sakit?" Ratu menggeleng, "Enggak, ada yang harus aku temui di sini." Dia terlihat meneliti wajah Ratu, "Yakin? Dari kemarin saya memang sering lihat kamu kaya enggak enak badan, apa kamu sakit?" Dia itu memang baik sekali, Ratu kadang merasa kalau hatinya akan lepas kontrol. Tapi kemudian mengingat dirinya yang tentu saja tidak akan pantas untuk Raja. Hanya bisa menepiskan semua rasa itu pergi menjauh. "Enggak, kok. Aku pergi duluan, ya?" Hampir melangkah pergi, ketika tangan Raja menyapa, membuat gadis itu tidak bisa melangkah lebih jauh. "Saya cuma mau masuk sebentar, mending kita pulang sama - sama, bagaimana?" Ratu mengerjap, ingat! Semakin Raja berbuat baik padanya. Maka semakin mudah membuat gadis itu jatuh hati padanya. Ratu tidak mau dirinya berharap banyak pada laki - laki sempurna itu. Dilihat dari segi apa pun, Raja ini adalah laki - laki yang sangat baik. Dan Ratu berpikir, Raja harus mendapatkan perempuan yang lebih baik pula. Perlahan melepaskan tangannya, Ratu mundur menjauh, "Aku ada urusan lain, permisi." Melewati laki - laki itu dengan sopan, Ratu tak melihat bagaimana cara Raja menatap padanya. Sangat kentara terlihat kalau laki - laki tampan itu tersenyum hambar. *** Sesampainya di dalam, Raja menemui seorang Dokter perempuan setengah baya. "Katanya Ibu udah mau pensiun?" Raja memeluk perempuan itu, "Aku sudah bisa kerja, seharusnya Ibu enggak usah capek lagi," Perempuan itu perlahan melepaskan pelukannya. Menatap Raja lembut, mengecup keningnya amat sayang. "Terima kasih Nak. Tapi Ibu masih bisa kerja, kamu pikirkan masa depanmu lebih matang ya? Cari perempuan yang mencintai kamu apa adanya." Raja mengangguk, "Ibu jangan aneh-aneh. Aku kan punya Ibu, kenapa harus segera mencari seorang perempuan?" Perempuan yang disebut Ibu itu mengusap kepalanya lembut, "Ibu tidak akan bisa selamanya sama kamu, umur Ibu sudah tua, Nak." Raja duduk di atas lantai, dan menidurkan kepalanya di atas pangkuan sang Bunda, "Ibu jangan khawatir, aku akan mencari obat panjang umur. Biar Ibu bisa tetap hidup, bahkan sampai melihat cucu Ibu menjadi seorang nenek!" Perempuan itu terkekeh, mengusap kepala Raja lembut sekali, "Ada-ada saja kamu ini!" Mereka mengobrol hangat, dengan sesekali tergelak tawa. Kala suara ponselnya berbunyi. Raja menegakan diri, dan meraih ponselnya. Ia pun menegang dan terdiam. Perempuan setengah setengah baya itu menatap Raja dengan kerutan di kening. "Siapa Nak?" Raja menghela napas lelah, "Papah, Bu." Lalu perempuan itu tersenyum pahit, "Cepat pulang, Nak. Jangan sampai dia tahu kalau kamu ada di sini. Ibu sudah bahagia dengan kamu tahu, kalau Ibu adalah Mamahmu, tapi tidak dengan dia tahu, bahwa Ibu masih ada, Nanti dia bakal marah sama Ibu." Raja mengangguk pelan, kedua matanya terlihat memerah. Lalu dia memeluk perempuan setengah baya itu. "Raja bakal sering ke sini Bu. Raja janji, bakal pulang, kalau Raja sudah mampu ninggalin Papah. Doakan Raja, Bu." Laki - laki itu meraih tangan Ibunya, dan menciumnya lama, dengan airmata yang perlahan menetes. Perempuan itu mengangguk, dan memeluk kepala sang putra dengan kedua matanya yang perlahan basah. Anaku ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN