PART. 2 PEKERJAAN LAMA SUASANA BARU

1065 Kata
Pukul 07.15, Yuda tiba di depan rumah besar berlantai dua, dengan pagar tinggi di depannya. Satpam yang ada di pos jaga menghampirinya. "Assalamuallaikum Mas" "Walaikum salam, cari siapa Mas?" Ujar Satpam yang di bajunya tertulis nama Sukaryo. "Saya mencari Mr. Yamata, saya orang suruhannya Pak Handoyo" jawab Yuda sopan. "Nama Mas siapa?" "Yuda, Yuda Steffano William" jawab Yuda. Kening Satpam itu berkerut. Ia menatap bola mata Yuda yang berwarna biru gelap. Warna mata yang sama yang dimiliki almarhum ayah Yuda yang masih memiliki darah keturunan Jerman. "Bisa lihat KTP nya Mas?" "Oh ya bisa, sebentar ya Mas" Yuda mengeluarkan KTP dari dompet yang diambilnya dari bawah jok motornya. Satpam itu meneliti KTP nya. KTP diserahkan kembali pada Yuda. Satpam membuka pintu pagar kecil yang ada di dekat pos jaga. Yuda bisa masuk lewat sana bersama motornya. "Tunggu di sini, saya akan beritahu orang di dalam dulu" "Iya Mas" Satpam Sukaryo terdengar bicara dengan seseorang di telpon. Lalu.. "Ebon, jaga pos sebentar ya, aku mau ngantar Mas Yuda ke dalam!" Seru Karyo pada rekan Satpamnya yang tengah asik menonton acara di televisi. "Siap Boss" sahut pria yang di panggil Ebon. "Mari Mas Yuda, saya antar ke dalam" "Terimakasih Mas" "Mas ini ada keturunan bule ya, mata Mas warnanya biru" "Iya, almarhum ayah saya masih ada keturunan bule" "Bule kok bisa jadi supir Mas?" Yuda tersenyum, pertanyaan sama yang kerap ditanyakan orang kepadanya. Mungkin orang-orang berpikir, kalau bule itu pasti orang kaya. "Ayah saya cuma petani Mas, bukan bule kaya" "Kok bisa Mas?" "Ya bisa, kami tinggalnya di dusun" "Ooh, mari masuk Mas" Karyo mempersilahkan Yuda masuk, saat pintu dibuka seorang wanita berseragam hitam dari dalam. "Sumi, ini Mas Yuda. Antar ke tempat Pak Boss ya" ujar Karyo pada wanita yang usianya diperkirakan Yuda sekitar 30 tahun. "Iya Mas" sahut Sumi. "Mari Mas Yuda, saya antar ke ruangan kerja Mr. Yamata" "Makasih Mbak." Yuda mengikuti langkah Sumi. Mereka berhenti di depan sebuah pintu kayu yang sangat kokoh. Sumi mengetuk pintu perlahan. "Permisi Tuan" "Masuk." Sumi membuka pintu perlahan. "Saya mengantar Mas Yuda, Tuan" "Oke, kamu panggilkan Yuki, katakan saya memanggilnya" "Baik Tuan" Sumi menganggukan kepalanya. Mr. Yamata berdiri dari duduknya. "Selamat pagi Tuan." Yuda menganggukan kepalanya dengan sopan. "Selamat pagi Yuda, duduklah" Mr. Yamata menunjuk ke arah sofa yang ada di dalam ruangan itu. Yuda duduk dengan perasaan sedikit tegang, ia yakin sofa yang ia duduki harganya pasti lebih mahal dari harga motor maticnya. "Apa Handoyo sudah mengatakan apa tugasmu di sini Yuda?" Tanya Mr. Yamata dengan aksen Jepang nya yang sangat kental. "Iya Tuan" "Bagus, apa dia menyebutkan berapa gajimu?" "Tidak Tuan, Pak Handoyo hanya mengatakan, gaji saya di sini lebih besar dari gaji saya di kantor" "Ya itu benar, gajimu aku naikkan 50% dari gajimu di kantor" ujar Mr. Yamata. Yuda menganggukan kepalanya, hatinya bahagia. 'Alhamdulillah ya Allah, berkat doa istriku, doa ibuku, doa kakakku, dan doa dua keponakanku yang sudah yatim. Aku tahu ini rezeki mereka yang kau berikan melalui tanganku. Terimakasih ya Allah' "Tugasmu yang pertama adalah mengantar jemput cucuku sekolah. Tidak hanya mengantar, tapi kau harus menunggunya sampai selesai sekolah. Yang kedua, kau harus mengantarkan dia ke manapun yang dia suka, kau juga harus menjaganya dengan baik. Aku yakin kamu bisa, karena berdasarkan laporan yang aku terima, kau pintar bermain silat. Itu saja tugasmu, jam kerjamu sama seperti jam kantor. Jika kau bekerja di luar jam kerjamu, kau akan mendapatkan uang lembur. Kau paham Yuda?" "Ya Mister" Yuda menganggukan kepalanya. Pintu terbuka, spontan Yuda dan Mr. Yamata menatap ke arah pintu. "Opa memanggilku?" Tanya gadis berseragam sekolah salah satu sekolah elite di Jakarta. Gadis itu masuk ke dalam ruangan kerja Mr. Yamata dengan tas sekolah di punggungnya. "Ya Sayang, kenalkan ini Yuda, dia yang akan jadi supir pribadimu. Panggil dia Uncle Yuda, di sini kau tidak boleh memanggil orang yang lebih tua hanya dengan menyebut namanya" ujar Mr. Yamata. "Hallo Uncle, namaku Yuki Yurika, panggil aku Yuki. Usiaku hampir 19 tahun, Uncle Yuda ganteng" gadis yang menyebut namanya Yuki Yurika itu mengulurkan tangannya pada Yuda. Dengan perasaan ragu dan sedikit jengah karena pujian Yuki, Yuda menyambut juga uluran tangan Yuki. "Telapak tangan Uncle kasar sekali" Yuki mengibaskan telapak tangannya yang kulitnya selembut sutra. "Maaf Nona" Yuda menganggukan kepala dengan wajahnya yang memerah. "Jangan bicara terlaku terbuka seperti itu Yuki. Tidak semua orang bisa menerima kejujuran di sini. Belajarlah menyaring ucapanmu sedikit. Jangan sampai membuat orang malu apa lagi tersinggung" "Opa, aku tidak suka basa basi. Lebih baik jujurkan?" "Jujur itu baik, tapi menjaga ucapanmu agar orang tidak tersinggung lebih baik. Yuda, kau harus tahan menghadapi sikapnya. Aku harap kau bisa betah bekerja di sini" "Insya Allah, Mister" "Sekarang antarlah Yuki ke sekolahnya, tunggu sampai dia pulang. Yuki kalau ingin pergi jalan-jalan, pulang dulu ke rumah, ganti pakaianmu, baru kau bisa pergi. Mengerti!" "Iya Opa, aku pergi Opa, bye" Yuki mengecup pipi Opanya. "Biasakan mengucap salam Yuki. Assalamuallaikum," Opanya mengingatkan Yuki. "Iyaaa, walaikum salam Opa" Yuki sudah ke luar dari ruangan kerja Opanya. "Aku benar-benar berharap kau bisa tahan menghadapi cucuku Yuda," harap Mister Yamata. "Insya Allah, saya permisi Mister, assalamuallaikum," pamit Tua. "Walaikum salam," sahut Mister Yamata. Yuda melangkah ke luar dari ruangan Tuan Yamato. Ia ke luar dari rumah itu, mobil yang akan dikendarainya sudah disiapkan di depan teras rumah. Yuki sudah duduk di jok depan. Yuda mengernyitkan keningnya, setahunya, seorang Nona biasanya duduk di kursi belakang, karena tidak suka berada dekat dengan supirnya. Yuda masuk ke dalam mobil. "Maaf Nona, apa Nona tidak risih duduk di depan bersama saya?" Tanya Yuda Yuki menolehkan kepalanya, mata biru terangnya bertemu dengan mata biru gelap milik Yuda. Yuda segera mengalihkan pandangannya. "Aku tidak suka duduk sendirian, dan jangan banyak bertanya Uncle, cepatlah! Nanti aku terlambat" "Baik Nona" sekilas Yuda melirik nona mudanya. Yuki Yurika, tinggi tubuhnya tidak sampai sebahu Yuda. Tubuhnya ramping, rambutnya lurus dan hitam, panjang sampai ke punggungnya. Pipinya terlihat chubby, putih menggemaskan. Alisnya indah seperti bulan sabit. Matanya, matanya seperti mata orang Jepang pada umumnya. Hanya bola matanya yang biru terang yang membuat matanya berbeda. ***BERSAMBUNG***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN