Hari senin adalah hari yang berat bagi sebagian orang. Hari dimana masih ingin bermalas-malasan namun tuntutan pekerjaan sudah menanti di depan mata.
Libur satu hari rasanya masih kurang untuknya. Shakira berjalan lesu menuju tempat kerjanya, sampai suara cempreng Rossa dibelakangnya membuatnya terhenti.
"Jidat!" Rossa berlari kecil ke arahnya dan menyamakan langkah untuk bersama menuju ruang kerja mereka. Sayangnya ruang kerja Rossa di lantai 1 dan Shakira di lantai 3. "Kenapa kau terlihat lesu? Ah! Aku tahu!" Rossa berhenti dan menatap Shakira dari atas hingga bawah. Kemudian kedua tangannya mencengkram bahu Shakira.
"Apa Sky memonopolimu dua malam penuh?" tanyanya dengan penuh keseriusan.
Shakira yang mendengarnya merasa cengo, memonopoli? Dua malam penuh? Apa maksud pertanyaan sahabatnya ini?
"Jangan mengatakan hal konyol, bunga berduri." Shakira menepis tangan Rossa dan kembali berjalan ke arah lift.
"Hei ... Shakira tunggu!" Rossa mengejarnya dan menyamakan langkah. "Hehehe, aku kan hanya bertanya."
"Pertanyaan macam apa itu?" cibir Shakira seraya mendecih.
"Ya siapa tahu? Kemarin kalian kan melakukannya." Rossa menaik turunkan alisnya menggoda.
"Apa maksudmu?" Alis Shakira mengernyit, ia sama sekali tidak mengerti maksud Rossa.
"Sh ... jangan pura-pura, Shaki, aku melihat dia menindihmu waktu itu. Aku berniat memanggilmu dan Sky karena terlalu lama tapi saat aku membuka pintu kamarmu, kalian membuatku terkejut. Kyaaa ...." Rossa menjerit dengan girang membayangkan apa yang Shakira dan Sky lakukan.
Shakira meletakkan telapak tangannya di kening Rossa. "Kau mulai tidak waras," ucapnya.
"Ish ... apa katamu?!" Rossa menepis tangan Shakira kemudian merangkulnya. "Jadi nona perawan, oh tidak aku lupa kau sudah tidak lagi perawan sekarang. Jadi seberapa besar miliknya?" Rossa berbisik di akhir kalimatnya berniat menggoda.
"Jika kau bicara aneh-aneh lagi aku akan mencekik kekasihmu itu." Shakira memasang kedua tangannya di depan leher seakan bersiap mencekik mangsanya.
"Huh! Kau pelit sekali, kita kan sahabat dan bagaimana bisa kau mencekik calon ayah dari calon anakku?" cibir Rossa dengan menggembungkan pipi kesal.
"Tunggu dulu? Calon anak? Kau ...."
Rossa berjalan mendahului Shakira dengan berjalan sedikit lebih cepat. Sesampainya di depan pintu ruangannya ia menjulurkan lidah mengejek Shakira dengan tertawa.
"Ck ... apa yang Rossa pikirkan?" Shakira tidak tahu apakah yang dilakukan Rossa adalah sebagai jawaban iya atau tidak. Memilih mengabaikannya ia memasuki lift menuju ruangannya di lantai 3. Pintu lift hampir tertutup sampai tangan seseorang mencegahnya hingga kembali terbuka.
"Hei, Nona pengaman."
Sial! Sudah dipastikan tangan kokoh siapakah ini
"Hei, nona pengaman." Sky masuk ke dalam lift dengan seringai menggoda pada Shakira yang melotot padanya.
"Kau!" Shakira melotot dan segera hendak kembali keluar sebelum mulut Sky bicara macam-macam. Namun Sky lebih cepat dengan menarik kerah belakang blazer milik Shakira membuatnya terhenti dan pintu lift kembali tertutup sebelum ia bisa kabur. "Hei, apa yang kau lakukan?!" teriaknya marah. Ia sudah seperti kucing yang dipungut di pinggir jalan saat Sky menarik kerah belakang blazer miliknya.
"Kenapa ingin kabur? Sebelumnya kau bersikap biasa saja kenapa sekarang menghindar? Ah, aku tahu, pasti karena aku mengetahui rahasiamu bukan?" goda Sky dengan kembali menarik blazer Shakira hingga tubuh keduanya nyaris tak berjarak.
"Sudah kukatakan, yang kau lihat dan temukan tidak seperti apa yang kau pikirkan. Sekarang lepaskan aku!" Shakira memberontak berusaha melepaskan diri. Namun sepertinya jalan yang ia ambil salah, karena--
Kraaak ....
Shakira hampir terjatuh saat blazernya sobek.
"Kau!" Shakira menutupi dadanya yang kini terekspose. Tanktop warna hitam yang ia kenakan dapat jelas mencetak bra miliknya. Sementara tangan Sky masih di udara dengan sobekan blazer di tangannya.
"Siapa suruh memakai jala ikan ke kantor," cibir Sky seraya melempar blazer Shakira ke sudut lift.
"Apa kau gila?!" teriak Shakira dengan marah. Untung saja di dalam lift hanya ada mereka berdua. Tapi bagaimana dengan pakaiannya? Sekarang musim panas dan ia sengaja memakai blazer yang tipis agar tidak gerah.
Sky menyeringai memperhatikan tubuh Shakira yang hanya mengenakan tanktop hitam dan rok span hitam selutut.
"Berhenti menatapku seperti itu! Apa kau pikir ini lucu? Kau pikir ini lucu hah!?" teriak Shakira dengan mata berkaca-kaca. Apa ini arti dari mimpinya semalam? Ia mimpi mandi dan Sky mengintipnya.
Sky yang melihatnya merasakan perasaan aneh, antara kasihan dan ya, kasihan.
Ting!
Tanda lift akan berhenti membuat Shakira terkejut. Bagaimana ini? Bagaimana jika ada yang masuk dan melihatnya seperti ini?
Pintu mulai terbuka perlahan, dengan gerakan cepat Sky meraih Shakira dan mendekapnya membelakangi pintu lift. Saat ada dua karyawan yang ingin masuk ke dalam, Sky menoleh ke arah keduanya dengan tatapan tajam.
Dua orang itu tampak terkejut, mereka dapat melihat Sky tengah mendekap seorang wanita namun mereka tidak tahu siapa karena tubuh wanita itu tertutupi oleh tubuh tegap Sky.
"Ah, Ryan, sebaiknya kita lewat tangga saja sekalian olah raga," ucap salah satu dari mereka dengan canggung.
"Ya kau benar, Dik." Dan mereka berjalan pergi menjauh dari lift yang kini mulai tertutup.
Rasanya Shakira ingin menangis. Ia segera mendorong Sky dan menatapnya penuh kebencian. "Kau benar-benar pria kurang ajar!" makinya.
Sky membuka jas miliknya dan memakaikannya pada Shakira. "Pakai." Ia mengusap tengkuknya melihat Shakira menatap nyalang padanya dengan air mata yang menggenang.
Dengan amat terpaksa Shakira memakainya. Ia tidak mungkin hanya memakai tanktop saat bekerja.
Ting!
Lift terbuka dan Shakira segera keluar dengan memakai jas milik Sky, sementara Sky mengikuti di belakangnya. Ruang kerjanya satu lantai dengan ruang kerja Shakira.
Beberapa orang yang melihat keduanya keluar dari dalam lift bersama dengan Shakira yang memakai jas sementara Sky yang hanya memakai kemeja, saling menatap satu sama lain.
"Hei, Rain, apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" Pria berambut coklat itu menyiku lengan pria di sampingnya dan melihat ke arah Sky dan Shakira yang berjalan membelakangi mereka.
"Ayo kita lihat." Rain segera berlari ke arah lift yang hampir tertutup. Dihentikannya lift yang hampir tertutup itu dengan tangannya dan ia masuk ke dalam lift dengan dua temannya menahan pintu lift.
"Adi, Koko, lihat!" Rain menunjuk blazer milik Shakira di sudut lift dengan ekspresi keterkejutan. Tentu ia sangat hafal betul blazer Shakira, karena dia adalah pengagum rahasianya yang selalu memperhatikan apapun yang dipakai setiap harinya.
Kedua temannya melihat ke arah tunjukan tangan Rain dan menatap satu sama lain. Setelah itu menoleh ke arah Rain saat mendengar suara teriakan.
"Tidaaaaaaak …." teriak Rain yang menjambak rambutnya frustasi. Ia jatuh dengan lutut mencium lantai lift keras, menatap dan meratapi blazer Shakira yang teronggok di depan mata.
"Kau kalah cepat, Bung!" Adi menepuk bahu Rain mencoba menenangkan. Ia tahu temannya itu sudah lama mengincar Shakira.
"Inilah resiko naksir dalam diam," ucap Koko dan meninggalkan Rain yang menangis bombay sementara Adi berusaha menenangkannya. Dan sebelum pintu lift tertutup, Adi berusaha menyeret Rain keluar.
"Hei, Ko, ada apa ini? Apa yang kalian lakukan?" tanya Niko saat lewat di depan lift dan melihat Rain menangis bombay di lantai dengan Adi yang menenangkannya sementara Koko berjalan meninggalkan mereka dengan santai.
Koko hanya mengedikkan bahu namun akhirnya ia berhenti dan memberi isyarat Niko untuk mendekat.
"Apa?" Niko mendekatkan telinganya bersiap mendengar apa yang akan Koko bisikkan.
Koko berbisik di telinga Niko dan detik berikutnya, Niko berteriak histeris," Heeee …. Apa?!"