Bab 1 - Pergi Dari Rumah

1059 Kata
“Ayahmu, kabur Kayla!” “Dia meninggalkan kita! Dan sekarang, kita yang akan menjadi buronan atas ke berengsekan nya itu!” “Sialan! Dari mana kita akan bertahan, tanpa semua kemewahan ini?” Nesya Kayla. Gadis periang berusia 22 Tahun yang saat ini masih kuliah untuk menyelesaikan semester akhirnya itu, hanya bisa menunduk sembari mengusap air matanya yang satu persatu jatuh. Dia tidak pernah menyangka, tragedi ini akan menimpa keluarganya. Ayah yang sangat dicintainya, sekarang menjadi buronan atas dasar tuduhan penipuan pada sebuah perusahaan yang menjadi partner kerjanya. Dan sekarang, semua harta bendanya akan disita oleh bank. Dia tidak punya tempat tinggal lagi, dan mungkin, dirinyalah yang akan menjadi buronan polisi sebagai anak kandung Elliot, mengingat ibunya yang sedang marah-marah tidak jelas itu, hanyalah ibu tirinya. “Jika polisi menangkap kita, maka kamu yang harus masuk ke penjara!” teriak Nena, ibu tiri Kayla dengan kemarahan memuncak. Rencana awalnya, yang menikahi Elliot demi uang dan hidup mewah, kini harus hancur dan dirinya akan kembali ke kelas kaum tak berada. Menyebalkan sekali! Jika saja, dia mengetahui Elliot akan terjerat kasus ini dan kemudian pergi, sudah dia bawa pergi dulu uang hasil menipu yang sangat banyak itu. “Bu, lebih baik kita pergi dulu sebelum polisi menangkap kita. Biarkan, si dungu ini yang menanggung kesalahan ayahnya!” Devira, saudara tiri Kayla, yang selalu sepaham dengan ibunya bersuara. Devira se umuran dengan Kayla. Hanya saja, wanita itu tak pernah mau menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Devira lebih suka bergaul dengan kaum sosialita dan bekerja sebagai model pakaian di sebuah agensi ternama. Kayla mendongak. Dengan air mata berlinang, dia menghampiri Nena yang bersedekap d**a dengan wajah memerah. “Tidak. Jangan tinggalkan aku, Bu. Aku mohon. Hiks ... hiks. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini kecuali kalian.” “Aku tidak peduli!” tegas Nena, sambil menyentak tangan Kayla yang memegangnya dan mendorong Kayla hingga jatuh. “jika saja ayahmu tidak melakukan semua ini, kita tidak akan miskin, Kayla! “ lanjut Nena. “sekarang, kita tidak ada hubungan keluarga! Kamu bukan anak tiriku lagi. Kita cari jalan masing-masing, dan jangan pernah muncul lagi di depanku, esok atau suatu hari nanti!” sambung Nena dan melangkah pergi dari sana. Kayla menangis terisak. Permohonannya, sama sekali tak didengarkan oleh ibu tirinya yang kemarin, masih bersikap normal padanya layaknya ibu tiri. Sekarang, dirinya benar-benar sebatang kara. Tanpa keluarga yang bisa menjadi tempatnya untuk berbagi atau sekadar meramaikan anggota keluarganya. Devira menatap Kayla sambil memicingkan mata. Kekehan kecil, dia hadiahkan untuk Kayla yang terlihat sangat menyedihkan. “Selamat tinggal, bad sister!” ejeknya, kemudian menendang koper kecil Kayla yang memang sudah disiapkan mantan pembantu mereka. Kayla memandang punggung Nena dan Devira dengan nyalang. Mereka benar-benar tega meninggalkannya sendirian. Sekarang, dirinya harus tinggal di mana? “Nona?” “Ya, Bi?” jawab Kayla sambil bangkit berdiri. Mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. “Kami pamit pergi,” ucap salah seorang pembantu setianya. Kayla mengangguk. Tangannya meraih tangan wanita paruh baya yang sudah berjasa bekerja untuk keluarganya. “Maaf, jika keluargaku memiliki salah ya, Bi. Maaf juga, karena Bibi harus kehilangan pekerjaan. Semoga, Bibi sehat selalu dan mendapatkan tempat kerja yang lebih layak,” ucap Kayla dan disambut dengan sebuah anggukan oleh wanita itu. “Nona, juga harus kuat ya,” balas pembantu itu, kemudian pergi dari sana Kayla menghembuskan napasnya sejenak. Pandangannya menjelajahi rumah yang sudah dia tempati selama 22 tahun ini. Sekarang, rumah itu bukan menjadi miliknya lagi. “Selamat tinggal,” lirih Kayla lalu menyeret koper kecilnya. Mengikuti arah mata angin membawa pergi dirinya dan melabuhkannya entah di tempat yang mana. Yang terpenting saat ini adalah, dirinya bisa mencari tempat tinggal untuk bersembunyi selama dia bisa, sebelum pria yang menjadi korban penipuan ayahnya, berhasil menangkapnya dan menjebloskannya ke penjara. Karena dia yakin, saat ini dirinya sudah menjadi buronan polisi. *** Seorang pria dengan perawakan dingin, menikmati pemandangan kota yang terlihat di bawah perusahaannya sambil menikmati segelas wine. Suasana di dalam ruangannya memang tenang tetapi, jangan tanya bagaimana suasana hatinya kini. Otaknya terasa mendidih, bahkan ingin sekali dia menghancurkan sesuatu untuk melampiaskan sedikit kemarahannya. Ceklek! Pintu di belakangnya terbuka. Semoga saja, anak buahnya yang dia perintahkan, membawa kabar baik. Jika tidak? Bersiap saja ada sesuatu yang dia hancurkan. “Tuan ... Elliot tak bisa kami temukan jejaknya.” Pyaarrr! Baru saja dirinya menduga-duga, anak buahnya sudah lebih dulu memberikan berita yang membuat amarahnya benar-benar meledak. Akhirnya, gelas yang dipegangnya tadi, harus bertabrakan dengan lemari kaca tempatnya menyimpan beberapa berkas, dan hancurlah kaca besar yang mahal itu. “Dasar tua bangka! Berani sekali dia menipuku seperti ini!?” desisnya. Geandra Arvyno Setiawan. Meremas kuat rambutnya, dan sedikit meninju tembok di depannya. Pria tua itu, berhasil membuatnya rugi besar. Dan sekarang, pria itu menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak yang bisa dilacak. Untuk harta benda peninggalan si b******n Elliot itu, tentu saja tidak akan bisa mengganti kerugiannya yang mencapai ratusan juta. “Bagaimana dengan hartanya?” tanya Gean—geram. “Sudah kami sita, Tuan.” “Bagus!” sinis Gean dengan Smirk nya yang terbiasa mematikan lawan. “Apa si tua bangka itu memiliki keluarga?” tanya Gean lagi. Sialnya, dia tidak pernah peduli pada anggota keluarga partner kerjanya, dan sekarang kebiasaannya itu membuatnya rugi besar karena bekerja sama dengan seorang penipu. “Elliot memiliki sorang istri dan dua anak gadis, Tuan. Tapi, hanya satu anak kandung Elliot, sedangkan satunya anak tiri.” Gean menyeringai tipis. Akhirnya, dia menemukan cara untuk membuat Elliot keluar dari persembunyiannya. “Tapi sekarang, mereka semua sudah pergi, Tuan.” “Apa?!” Gean memejamkan matanya sejenak. Rahangnya mengeras. “kenapa kalian tak menahan mereka juga!” geramnya. Anak buah Gean hanya menunduk. “Kami tak mendapat titah untuk menangkap mereka juga dari Tuan.” “Sial!” Gemeletuk gigi Gean terdengar. “baiklah. Sekarang cari anak Elliot sampai kalian menemukannya dan laporkan padaku segera!” “Baik, Tuan.” Anak buah Gean keluar dari ruangan itu, meninggalkan Gean dengan amarah yang masih meledak-ledak. Elliot belum ditemukan keberadaannya dan anak Elliot yang tadinya akan dia jadikan pancingan malah menghilang juga. Aku akan menemukanmu, karena seorang anak adalah umpan yang bagus untuk memancing induknya keluar dari persembunyian. Batin Gean kemudian mengambil ponsel dan kunci mobilnya. Dia akan menemukan anak Elliot segera dan menjadikannya sebagai umpan untuk memancing Elliot keluar dari persembunyiannya. *** Terima kasih sudah membaca novel (Bukan) Istri Pengganti
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN