6 | Deal

1517 Kata
Pukul 11.00 siang, Salma sudah berdiri menunggu adiknya di depan sekolah. Jika dilihat dari luar, setidaknya ia berharap Farhan bisa menyukai sekolah barunya. Karena sekolah barunya tersebut luas dan dikelilingi oleh pohon rindang, sehingga membuat suasana sekolah tampak asri dan teduh. Jika tidak ada kegiatan di luar atau bentrok dengan jadwal kuliah, maka Salma akan dengan senang hati selalu mengantar dan menjemput Farhan sekolah. Karena menurutnya, yang memiliki tugas untuk melakukan itu semua bukanlah Bi Irah, tapi ia sebagai kakaknya. Salma menunggu dengan berdiri di samping motornya. Matanya menatap nanar para ibu yang sama-sama sedang menunggu kepulangan anak mereka. Melihat situasi seperti itulah yang terkadang membuat Salma sedih. Andai Farhan juga memiliki kesempatan yang sama seperti semua teman-temannya. Andai Farhan merasakan kasih sayang seorang ibu sejak kecil mungkin Farhan akan tumbuh menjadi anak yang ceria. Drrt Drrt Salma langsung merogoh ponsel yang ada di saku jaketnya dan membuka pesan masuknya. Abi Pulang jemput Farhan nanti, mampir ke toko kue langganan ya. Abi pesan kue kesukaan kamu. Ah, pesan abinya itu juga jadi kembali membuat hatinya sedih. "Kenapa Abi bisa sayang dan perhatian pada Salma tapi tidak pada—" "Salma!" Pandangan Salma langsung teralihkan dari layar handphone, jadi menoleh ke samping untuk melihat siapa sosok yang memanggilnya. Syauqi sedang berjalan ke arahnya dengan tangan melambai dan senyum merekah. Setelah melihat Syauqi, Salma kembali menatap ke arah sekolah. Terlihat anak-anak kelas 1-3 sudah keluar dari kelasnya dan berjalan melewati lapangan menuju gerbang sekolah. "Salma, kok aku dicuekin?" Kini Syauqi sudah berdiri di samping Salma. Matanya menatap wajah Salma dari samping. "Siapa yang dicuekin?" "Aku." "Yang nyuekkin siapa?" "Kamu." Syauqi langsung mengerutkan keningnya. Tanya jawab mereka entah kenapa terasa konyol. Salma menoleh ke samping, lalu refleks bergeser selangkah karena baru sadar jika jaraknya dengan Syauqi hanyalah 2 jengkal. Salma kembali menghadap ke depan, "Aku senyum kok, tadi." "Senyum apa? Muka kamu aja masih datar kaya tadi." "Tadi senyum," kata Salma. "Masa sih? Syauqi mencondongkan wajahnya ke depan agar dapat melihat wajah Salma. "Coba liat.." "Astaghfirullah.." Salma sontak memundurkan kakinya 2 langkah. Ia menatap tajam pada Syauqi. "Syauqi, kamu apaan sih!" Bukannya minta maaf, Syauqi malah terkekeh geli. "Kaget ya?" "Gak lucu!" "Waww!" Syauqi bergaya dengan menutup mulutnya dengan tangan. "Kamu bisa marah juga ternyata?" Salma membuang napas panjang. Ia memilih untuk bergerak ke depan, mendekati pagar. Beberapa anak sudah ada yang keluar dan disambut oleh orang tuanya masing-masing. Salma pun memfokuskan matanya untuk mencari adiknya. "Tuh mereka!" Salma kembali menoleh dan menghela napas panjang detik itu juga karena Syauqi sudah kembali berdiri di sampingnya. Tak mau menghiraukannya, Salma pun mengikuti arah telunjuk Syauqi. Di sana, berjalan 2 anak laki-laki berdampingan. Salah satunya mencoba mendekati, tapi yang satunya menolak. Itu adalah Aziz dan Farhan. Kedua anak itu semakin mendekati ke arah Salma dan Syauqi. "Aan, nanti habis ini kita main ya." "Gak mau," tolak Farhan saat dirinya sudah sampai di pagar sekolah. "Aku punya mainan mobil baru di rumah." "Aku bilang gak mau." Kini Farhan sudah tiba di depan Salma sehingga secara tidak langsung mengurungkan niat Aziz untuk kembali mengajak Farhan bermain. Sementara Aziz, anak itu mengerucutkan bibirnya saat tiba di hadapan Syauqi. Tingkah kedua anak itu membuat Salma dan Syauqi saling tatap selama 2 detik, hingga Salma memutuskan kontak mereka terlebih dahulu. Salma berpikir akan seseuatu sejenak. "Farhan, sebentar ya sayang." Ucap Salma dengan mengusap puncak kepala Farhan. Salma bergerak ke samping dan memegang tangan Aziz. "Aku pinjem Aziznya sebentar ya Qi." Salma izin pada Syauqi, tapi ia tidak menatap Syauqi. Tatapan Salma hanya tertuju pada Aziz. "Yuk Kak, aku juga gak mau ikut Bang Syauqi." Jawaban Aziz itu mengundang tatapan tajam mata Syauqi untuknya. Salma terkekeh kecil lalu kembali menarik tangan Aziz. "Ih, Kakak mau ke mana?" Farhan menahan baju Salma yang ingin pergi dengan anak laki-laki yang belum ia sukai. "Ke situ," Salma menunjuk ke arah pohon yang berada tak jauh dari posisi mereka. "Sebentar aja. 2 menit, oke?" Farhan mengerucutkan bibirnya tanda tidak setuju. "Habis ini Kakak beliin es krim kesukaan kamu. Boleh ya?" Akhirnya Farhan mengangguk mau tidak mau. "Anak baik," ucap Salma dengan mengacak rambut Farhan. "Kamu tunggu di sini dulu sama Kak Syauqi sebentar ya.." Salma meninggalkan Farhan berdua bersama Syauqi. Sementara Salma yang tampak sedang bicara rahasia berdua dengan Aziz. Syauqi dan Farhan malah saling tatap dengan canggung. Keduanya tak ada yang membuka percakapan hingga Farhan bergumam sebal berjongkok dengan tubuh menghadap ke arah Salma dan Aziz yang sedang bicara bersama. Pukul 20.00 malam di rumahnya, Syauqi turun menuju dapurnya. Saat baru membuka laptop untuk mengerjakan tugas kuliahnya, cacing yang ada di perut Syauqi meronta meminta jatah. Padahal sekitar ba'da maghrib yang lalu, Syauqi sudah makan bersama dengan Heri dan juga Aziz, makanan yang di buat oleh Bi Marni. Tapi ya... itu bukanlah hal aneh bagi Syauqi yang ketika ia sudah makan maka di jam berikutnya ia akan merasa lapar kembali. Laki-laki itu mulai mengeluarkan bahan yang ia butuhkan dari dalam kulkas, dan lemari. Telur, ayam, cabai, daun bawang, bawang bombai, dan bahan lainnya. Ia mencuci bahan yang perlu dicuci dengan bersih, lalu mencacah semua bahan. Syauqi juga menyiapkan wajan yang ia butuhkan, dan mulai menumis bahan, serta ia campurkan bumbu spaghetinya. Malam ini ia akan membuat spaghetti sederhana yang ia suka. Mencium aroma dari arah dapur, membuat Bi Marni yang sedang mengaji di kamar akhirnya keluar. "Mas Syauqi lagi bikin apa toh? Sini biar Bibi aja." Bi Marni menghampiri Syauqi yang terlihat sedang sibuk di dapur. Syauqi terkekeh kecil tanpa menoleh. "Bikin spaghetti doang Bi. Gak usah dibantu, Syauqi bisa sendiri, kok." Bi Marni maju dan berniat mengambil alih spatula yang sedang Syauqi pegang. "Eh," Syauqi langsung bergeser selangkah ke samping sebelum spatulanya diambil, lalu menatap Bi Marni yang berdiri di sampingnya. Bi Marni memakai mukena berwarna putih. "Bibi lagi ngaji ya? Udah-udah, Bibi lanjut ngajinya lagi aja." Syauqi tahu kalau sehabis Isya itu memang jadwal Bi Marni mengaji. "Gak papa, Mas. Kalau gitu tunggu sebentar ya, Bibi ganti kerudung dulu." Syauqi menahan lengan Bi Marni, saat wanita paruh baya itu hendak kembali ke kamarnya. "Gak usah Bi. Serius deh, Syauqi bisa sendiri." "Beneran nih?" "Iya," jawab Syauqi setelah mengangguk. "Bibi lanjutin ngajinya aja. Biar pahalanya makin banyak." Bi Marni tersenyum. "Ya udah, kalau gitu Bibi tinggal ya." Syauqi mengangguk mantap. Setelah Bi Marni pergi, ia kembali memutar tubuhnya lalu terkejut saat menatap masakannya. "Haduh, gosong dah gosong..." Syauqi langsung mengaduk bumbunya dengan cepat sebelu berakhir gosong. Untungnya dari awal Syauqi menyalakan api kompornya tidak terlalu besar. Syauqi memasak spaghetinya dengan cepat, dan ia langsung naik menuju kamarnya. Syauqi membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam. "Loh, kamu ngapain di kamar Abang?" tanya Syauqi pada Aziz yang tiba-tiba ada di kamarnya dan tiduran di sana dengan novel Doraemon di tangannya. Syauqi meletakkan piringnya di meja belajar dan duduk di sana. Tak keberatan sama sekali dengan keberadaan Aziz di kamarnya. Aziz bangkit duduk dan menghadapkan tubuhnya dengan menatap punggung Syauqi. "Bang, aku mau tanya deh. Gimana caranya untuk kita deketin temen kita yang pendiam?" "Ya deketin aja," jawab Syauqi santai dengan terus menyantap spaghetti miliknya. "Abang aku nanya serius!" "Abang juga jawab serius, Ziz." Syauqi menjeda ucapannya setelah kunyahan di mulutnya tertelan. "Kalau mau temenan sama orang itu ya coba deketin aja." "Caranya?" "Banyak." "Ih, Abang! Kasih tahu dong. Mana Aziz tahu, kalau Abang cuma bilang banyak doang." Syauqi berhenti makan, lalu menoleh. Ia menatap adiknya dengan mata memicing. "Kamu naksir temen cewek, ya?" "Bukan, temen cowok." Mata Syauqi semakin memicing. Sebelah alisnya ikut terangkat karena tak percaya akan jawaban Aziz. "Ah, masa?" Aziz memutar bola matanya. Malas jika kakaknya sudah bertingkah seperti itu. "Iya. Orang temen yang aku maksud itu adiknya si kakak cantik." "Kakak cantik?" Aziz mengangguk, "Kakak cantik, Kak Salma." "Adiknya yang mana?" "Aan. Kan Kakak cantik cuma punya 1 adik. Abang gimana sih," kesal Aziz. "Farhan maksud kamu?" "Iya, Bang." "Emang adiknya Salma kenapa?" "Dia gak pernah mau main sama aku." Sudut bibir Syauqi terangkat. "Kamunya nyebelin sih," kata Syauqi dengan kembali melanjutkan makannya sehingga menyebabkan teriakan dari bibir Aziz. "Abang, bisa jawab serius gak sih?!" Syauqi terkekeh geli karena berhasil membuat adiknya yang kesal. Ia sudah menghabiskan makannya. Syauqi berdiri, dan bergerak menuju ranjangnya. Ia duduk di sana, berhadapan dengan Aziz. "Oke, Abang akan kasih tahu caranya, tapi gak gratis. Ada syaratnya." Seketika Syauqi jadi terpikirkan ide brilian yang terlintas di kepalanya. "Syarat?" "Yap," jawab Syauqi setelah mengangguk. "Apa syaratnya?" Syauqi mendekatkan bibirnya di telinga Aziz dan memberitahukan persyaratan yang ia maksudkan pada Aziz. Aziz mendelik dan menarik tubuhnya secara otomatis. "Ih, gak mau. Kakak cantik juga gak bakalan mau kalau dideketin sama Abang." "Ya udah, gak Abang kasih tahu." Syauqi berdiri dan berniat keluar kamarnya tapi ujung bajunya sudah lebih dulu dipegang oleh Aziz sehingga langkahnya tertahan. "Oke, aku setuju." Syauqi mencoba menahan senyumnya yang mau timbul. Ia berdeham lalu kembali memutar tubuhnya menghadap Aziz. "Deal?" tanya Syauqi dengan mengangkat sebelah alisnya. "Deal!" jawab Aziz dengan berat hati. Bisa dekat dengan Farhan, tapi dengan syarat membantu kakaknya dekat dengan Salma? Yang benar saja. Aziz jadi bingung sendiri, apa gunanya kakaknya itu punya wajah ganteng jika tak digunakan? Sudut bibir Syauqi akhirnya terangkat. "Oke, Deal!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN