02

1778 Kata
Author POV Geo harus terkekeh dengan sikapnya sendiri yang selama sebulan ini mengawasi Christa layaknya seorang suami yang sedang memantau gerakan istrinya dan memastikan bahwa istrinya tidak bermain api di belakangnya, padahal ia hanya memperhatikan Christa yang nyatanya belum memiliki hubungan apa-apa dengannya. Ia sudah persis seperti pengangguran yang tidak memliki kegiatan sama sekali. Sebulan belakangan ini, Geo selalu menyempatkan dirinya untuk bergadang malam demi menyelesaikan tumpukan kertas yang merupakan tugasnya sebagai seorang atasan, kemudian siangnya ia akan menyempatkan waktu untuk melihat aktivitas perkuliahan yang dijalani oleh Christa, jika tak ada jadwal pertemuan dengan klien atau bawahannya. Sebenarnya ayahnya juga berkomentar soal dirinya yang tiba-tiba saja jadi seperti orang yang gila bekerja malam, tapi kemudian Geo menjelaskan bahwa dirinya sedang sibuk mencarikan orang tuanya menantu hingga ayahnya mengerti dan membiarkan saja kelakuan Geo selagi tidak lari dari jalur yang benar dan tanggung jawab sebagai pemimpin. Dan hari ini, Geo datang ke kampus bukan sendirian, melainkan bersama dengan Leano—sahabatnya yang menjabat sebagai sekretaris atau wakilnya. Ia sendiri bingung apa sebutan yang jelas untuk status Leano Derga dalam perusahaan ayahnya, tapi yang pasti ia selalu mengandalkan Leano dalam pekerjaan. “Le, menurut lo mungkin nggak sih kalau pacaran tapi nggak ketemu selama sebulan dan terlihat biasa aja?” tanya Geo saat mereka memperhatikan Christa yang tengah tertawa bersama teman-temannya selagi menikmati makan siang di cafe yang tak jauh dari gerbang satu kampusnya. Geo menyeruput minumnya selagi menunggu Leano menjawab pertanyaannya. Leano menggelengkan kepalanya “Ya udah jelas enggaklah. Dia emang nggak punya pacar, Ge. Gue harus bilang berapa kali sama lo” ujar Leano dengan sangat yakin. “Gimana ya cara gue deketin dia?” tanya Geo heran pada dirinya sendiri. Ia mulai tak sabar lagi bermain kucing-kucingan terus menerus dengan membuntuti Christa yang jika tahu perbuatannya, pasti akan sangat marah. “Bilang aja sama kakaknya kalau lo emang serius mau nikahin dia. Dia juga nggak kelihatan begitu peduli sama cowok-cowok yang beberapa kali kita lihat ngajak dia ngobrol atau sebagainya” “Ya kali, entar gue disangka gila lagi. Gue pengennya deketin adiknya dulu baru mulai mengenal lebih dalam setelah menikah. Gue udah cukup suka sama apa yang ada dalam dirinya” “Kalau enggak, coba aja sekali waktu lo pura-pura nggak sengaja ketemu sama Christa terus ngajak dia ngobrol dan segala macam sampai kalian larut dalam pembicaraan” usul Leano lagi. Pria itu tak ada bosannya untuk memberikan Geo saran karena ia sendiri mendukung niat bak Geo untuk memulai hubungan serius. “Gue bingung harus gimana soalnya Christa kelihatan nggak begitu tertarik meski gue berusaha mengakrabkan diri sama dia waktu di rumahnya. Gue rasa dia nggak punya cowok dan nggak suka sama cowok” Leano mendengkus kesal, lalu memukul kepala Geo tanpa ampun hingga tanpa sadar, ringisan sekaligus u*****n Geo berhasil menarik perhatian orang-orang yang ada di cafe itu hingga kini menatapnya dengan penuh tanya. Christa cukup terkejut melihat ada Geo di cafe dekat kampusnya, tapi kemudian ia mengabaikan hal itu dan berpikir bahwa Geo mungkin ada kesibukan di sekitar kampusnya. Leano menutup mulut Geo dengan kesal karena ia menjadi malu “Gila lo, bikin misi kita ketahuan aja” desisnya. Keduanya sama sekali tak sadar kalau Christa sudah menyadari kehadiran mereka namun memilih mengabaikannya. “Ya itu karena lo mukul kepala gue, sialan” umpat Geo kesal. “Gue mukul kepala lo supaya otak lo sadar kalau ucapan lo itu ngawur” “Ya kan dugaan belaka nggak ada salahnya” “Udahlah, yang pasti di otak lo itu harus mikirin gimana cara dekatin dia aja, nggak usah sampai mikirin hal yang jauh banget” perintah Leano tegas. “Eh, tadi pas gue ngumpat, dia denger nggak?” tanya Geo panik setelah mengingat bahwa ia sempat menarik perhatian orang yang disekitarnya. Bukan tidak mungkin kalau Christa juga menoleh kearahnya dan melihat keberadaannya dengan curiga kan? Leano menoleh kearah Christa lalu menggelengkan kepala kepada Geo “Nggak tau sih, kayaknya enggak” jawabnya ragu. “Eh, dia mau keluar tuh, tutup muka lo” peringat Geo saat melihat meja yang ditempati oleh Christa perlahan ribut karena Christa dan teman-temannya akan bubar. Karena posisi Geo dan Leano yang lebih dekat dengan pintu keluar, maka sudah jelas kalau Christa akan lewat dari dekat mereka. Geo sontak menuruti ucapan Leano yang memang arah duduknya ke arah kasir dan bisa melihat Christa dengan bebas, sedangkan Geo mengarah ke pintu keluar. Geo menundukkan kepalanya sambil menoleh kearah kanannya agar wajahnya tak dapat dilihat oleh Christa. Saat Christa dan teman-temannya berjalan tepat di sisi meja Geo dan Leano, gadis itu tersenyum kearah meja Geo saat melihat Geo sedang menunduk sementara Leano terang-terangan menatapnya “Duluan ya kak Geo” ujarnya berusaha bersikap ramah pada rekan bisnis kakaknya itu. ` Geo mengetuk kepalanya dengan kesal lalu menatap punggung gadis itu yang perlahan menghilang dari pandangannya. Ia kemudian menatap Leano dengan tajam “Lo bilang dia nggak lihat ke arah gue” dengkusnya sebal. “Ya mana gue tau, b**o. Gue juga tadi jawabnya ragu, pakai kata ‘mungkin, jadi tolong digaris bawahi” tekan Leano “Udahlah, ayo balik ke kantor. Kita ada ketemu client nanti siang” peringatnya akan jadwal mereka sehabis ini. *** Hari ini, Geo punya jadwal yang cukup padat sehingga ia tak punya kesempatan untuk mengikuti Christa. Dan lebih lagi, besok ia harus keluar kota untuk melihat perkembangan pembangunan kantor cabang yang memang sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu. Sepertinya untuk beberapa minggu ini, ia tak punya kesempatan untuk melihat dan membuntuti Christa. Bukannya merasa prihatin, Leano mengatakan pada Geo supaya hal itu menjadi petunjuk apakah keduanya berjodoh atau tidak “Coba aja kita lihat rencana Tuhan. Kalau lo emang berjodoh sama dia, gue yakin kalau selama kita di luar kota, pasti ada cara yang menghubungkan kalian dua” yakin Leano mengompori Geo hingga pria itu justru terpengaruh. “Iya juga sih, tapi kan nggak semudah itu. Mana mungkin gue sama dia bisa ketemu, padahal gue sibuk keluar kota sementara dia sibuk kuliah. Udah jelas nggak mungkin” sanggah Geo tak terima. Ia hanya memikirkan kemungkinan berdasarkan logikannya sebagai manusia. “Dasar pesimis. Tuhan itu bisa menyatukan orang Inggris sama orang Indonesia, lalu kenapa lo yang masih satu negara bahkan satu kota ngerasa itu nggak mungkin” desis Leano. Geo memutar bola matanya malas, meski sebenarnya ia cukup mengakui bahwa apa yang sahabatnya itu ucapkan benar adanya. Hanya saja, ia tak mau berharap begitu lebih hingga nantinya malah kecewa dengan harapan yang ia buat sendiri. *** Agam memainkan ponselnya selagi istrinya dengan tenang membaringkan kepala diatas pahanya. Harus Christa akui bahwa ia iri melihat kakaknya dengan kakak iparnya memiliki hubungan yang sangat romantis, meski terkadang terasa menjijikkan juga bagi Christa. Sesekali Christa melirik ke televisi, tapi lebih sering mengarakan fokus pada ponselnya yang sering bergetar karena chat seru dari grupnya dengan teman-teman SMP. Setelah sekian lama grup itu hening, kini akhirnya kembali ricuh dengan ajakan untuk bertemu. Christa terkekeh geli saat dirinya ditegur oleh teman-temannya karena ia hanya menjadi siders. Ia bingung harus membalas apa atas chat yang dikirim oleh teman-temannya sehingga ia hanya mengirimkan kata ‘Wkwkwk’ dan didampingi oleh emoticon tertawa. “Jangan kayak orang gila Ta” tegur Agam. Linara-istri Agam ikut menoleh kearah Christa karena penasaran mengapa gadis itu bisa mengalihkan fokus Agam yang bermain game di ponselnya. Ternyata Christa sedang tertawa-tawa sendiri. “Bukan gitu kak, ini temen-temen gue lucu banget” “Temen apa temen?” goda Linara. “Temen beneran. Masa iya aku ‘temen apa temen’ sama beberapa orang” desis Christa dengan masuk akal. Karena matanya mulai lelah bermain ponsel sejak selesai makan malam tadi, Agam akhirnya menghentikan sejenak ponselnya yang juga terasa sedikit panas “Ta, lo belum ada kandidat buat dikenalin ke gue?” tanya pria itu dengan menaik turunkan alisnya. Christa mendengkus saat mendengar pertanyaan tak bermutu itu. “Gue serius nanya ini. Jawab kek” tegur Agam kesal. “Gue masih umur 22 tahun dan itupun baru genap seminggu yang lalu, Kak Agam tersayang. Kenapa sih lo buru-buru banget soal gue pacaran?” “Ya biar gue cepat lepas tanggung jawab dari lo lah. Kalau lo udah punya suami kan, gue bisa fokus sama istri dan buat anak” jawab pria itu santai. Christa menggelengkan kepalanya “k*****t lo. Gue juga kalau udah dapat pacar, bakalan langsung gue ajak nikah kok, biar lo nggak ngurusin gue lagi” balasnya sinis. Ia tahu Agam bermaksud bercanda dan ia pun membalas hal yang sama. Ia tahu bahwa Agam hanya menggodanya karena ia tak pernah membawa seorang pria untuk dikenalkan sebagai seorang pacar. Jangankan mengenalkan sebagai pacar, untuk teman pria Christa yang pernah ke rumah saja, masih bisa dihitung dengan jari tangan kanan sangking sedikitnya teman pria Christa. “Mau gue kenalin sama temen gue, siapa tahu ada yang langsung ngajak lo nikah?” tanya Agam “Kenalan gue cukup banyak kok, dari yang masih kuliah sampai yang udah jadi kakek” bangga Agam pada dirinya sendiri yang memiliki banyak kenalan. “Males ah, kenalan lo pasti sama jahatnya kayak lo” “Enggak. Gue yakin kalau temen-temen gue itu pada baik hati dan udah punya modal buat nikah dan berumah tangga. Cinta mah bisa belakangan, nggak harus ada sebelum menikah” jelas Agam sok sekali. Istrinya saja sampai tertawa karena perkataan suaminya yang seperti orang benar. “Udahlah Mas, nggak usah pengaruhin Christa, lagian dia masih muda dan bisa kerja dulu setelah wisuda nanti” tegur Linara pada suaminya yang seperti orang kebelet kawin. “Tau tuh kak, dia emang jahat banget sama gue” angguk Christa langsung menyerang Agam begitu mendapat dukungan. “Eh, tapi gue teringat sesuatu deh kak” ujar Christa begitu ia teringat pertemuannya dengan rekan bisnis kakaknya itu. “Apaan?” tanya Agam tak sabar. “Gue ketemu kak Geo beberapa kali di dekat kampus. Kalau nggak salah, gue udah lihat dia tiga kali di tempat yang sama, waktu gue nongkrong sama temen-temen” “Ngapain dia dekat kampus lo? Apa lagi ada kerjaan?” “Kayaknya sih gitu, soalnya pakaianya cuku rapi” jawab Christa sambil mengingat penampila Geo saat tak sengaja ia lihat. “Sendiri dia?” “Kemarin-kemarin sih sendiri, tapi tadi sama orang lain. Cuma gue ngerasa aneh aja gitu karena dia sering ditempat yang sama dengan gue” “Heleh, nggak usah sok aneh-anehan. Dia itu pebisnis muda yang nggak akan sempat ngikutin anak bau kencur kayak lo. Rugi waktu. Jadi nggak usah kegeeran” desis Agam mengejek. Christa harus mengakui bahwa ia sempat memikirkan yang sama dengan kakaknya. Ia juga berpikir kalau Geo sedang mengikutinya, tapi sepertinya itu memang perasaan geernya saja karena mungkin ia merasa sebegitu cantik untuk bisa menarik perhatian pria dengan mudah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN