*flashback on
Malam minggu menjadi kesempatan bagi kawula muda berpetualang menikmati indahnya kebebasan, terkhusus bagi anak SMA yang masih penuh dengan rasa penasaran. Sama halnya dengan Rama dan Ranum, sepasang remaja itu memilih untuk memuaskan rasa penasarannya di dalam kamar. Kebiasaan mereka, hal wajib yang akan selalu dilakukan adalah menonton film 'hot' setiap malam minggu.
Bergantian, kadang di rumah Ranum atau sebaliknya. Agar orang tua mereka tak curiga mereka berdalih ingin mengerjakan pr agar bisa bebas dihari minggunya tanpa sibuk memikirkan pr, lagipula siapa yang mau curiga kepada sejoli polos itu? Ditambah, Rama yang seorang juara kelas dan murid terpintar di sekolah. Tidak akan ada yang menyangka kalau yang mereka lakukan didalam kamar setiap malam minggunya adalah menonton film 'hot'.
Akses yang mudah, menyebabkan mereka sudah bisa menikmati film tersebut dengan berbagai model, bentuk, dan dari berbagai negara. Awalnya sih karena keisengan belaka, namun...benar kata orang kalau film begituan bikin pengin lagi dan buat penasaran. Lagipula, ketika menonton begituan ada perasaan aneh yang cukup menegangkan.
"Num, nyokap lo gak di rumah?" Tanya Rama, sambil sibuk memainkan laptopnya mencari film yang akan mereka tonton.
"Yup..." jawab Ranum, sambil sibuk merapikan buku yang seakan-akan mereka buka dan pelajari. Seperti biasa...
"Kemana?" Tanya Rama penasaran, karena biasanya setiap malam minggu ibu Ranum akan betah di rumah. Walau hanya setiap malam minggu.
"Katanya ibu baru kenalan sama pegawai baru dikantornya, jadi...ya, malam mingguan kali..." jawab Ranum.
"Oooo....Num, ayo....!!!" Ajak Rama, saat sudah yakin menemukan film yang akan mereka tonton.
"Oh, oke..."
Seperti kecanduan, mereka ingin lagi dan lagi. Tontonan yang menguras segalanya itu menjadi favoritnya. Ketika desahan terdengar mereka berdua hanya bergidih dan menaham sesuatu yang meronta didalam sana, apalagi saat adegan yang nyeleneh membuat mereka tidak bisa menahan diri. Rama, dia sesekali melirik Ranum yang menggingit bibirnya dan fokus menonton.
Ranum yang mulai gelisah, membaringkan dirinya diatas ranjang sambil menyangga kepalanya dengan bantal. Sedangkan Rama, masih setia duduk menatapi laptop dan sesekali melirik Ranum. Entah kenapa malam itu, dia merasa ingin melakukan salah satu adegan yang sering mereka tonton.
Setan apa yang menggerogoti pikirannya, Sedangkan Ranum...dia semakin geregetan saat menyadari sedari tadi Rama memperhatikannya. Jantungnya berdegup kencang, kalau sesuatu terjadi malam ini. Tidak akan ada yang bisa menghentikan mereka, karena Ranum tahu ibunya tak akan pulang malam ini. Dia dan teman-temannya menginap di villa puncak.
Hanya perasaan bersalah dan berdosalah yang akan mencegah mereka, tapi...siapalah mereka? Bahkan orang yang paling suci sekalipun akan tergoda jika berada diposisi mereka berdua saat ini. Sedangkan mereka, hanyalah sepasang remaja SMA yang masih labil dan doyan nonton bokep setiap malam minggu. Takut dosa?
"Num, mau nyobain?" Pertanyaan Rama dikala senyap itu benar-benar menggema, padahal hanya bisikan kecil ditelinga. Ranum yang mendengarnya mengalami sport jantung, dia gugup bukan main. Memilih untuk pura-pura tidak mendengar dan tetap fokus dengan film bokep mereka.
"Num..." Panggilan Rama seolah permintaan lemah dari seorang lelaki. Entah kenapa malam ini Ranum begitu menggoda dimatanya, apa karena efek tontonan mereka atau memang begitu keadaannya. Ranum mengenakan daster kebesaran milik ibunya yang berwarna putih polos.
Rama mengikuti posisi Ranum, mendekatkan wajahnya ke Ranum. Perempuan itu bergejolak, disatu sisi dia juga penasaran bagaimana rasanya namun, disi lain dia masih takut dosa. Pikirannya masih menjelajah jauh tentang akibat yang akan ditanggung jika terjadi sesuatu malam ini. Tapi, perempuan bodoh mana yang akan menolak akan Rama? Lelaki tampan di sekolah dan menjadi most wanted boy. Tapi....
"Ehm...." Ranum melihat Rama, gugup. Sedekat itukah wajahnya?
"Ciuman doang...." kata Ranum, lirih.
Rama tak menjawab, dia malah mulai melakukan aksinya setelah dapat izin dari Ranum. Menarik pelan wajah Ranum menghadapnya, perlahan tapi pasti tatapannya mengarah ke bibir Ranum yang teramat sangat menggoda. Gugup menggerogoti Ranum, rasanya sesak.
Bibir mereka mulai bersentuhan, ini pertama kalinya bagi mereka berdua. Rama mulai menciumi Bibir Ranum dengan lembut, namun sepertinya tidak puas dengan ciuman. Dirinya mulai meraba bokonh Ranum, perempuan itu terkejut namun tak berani mengelak karena juga menikmatinya. Rabaan berubah menjadi remasan yang menggairahkan. Seperti inikah rasanya?
Rama tak puas dengan remasan yang menggairahkan itu, dia mulai menyibakkan daster yang Ranum pakai, sementara mereka masih asik berciuman. Engah dengan posisi yang tidak menyamankan itu, merekapun merubah posisi yang membuat mereka bisa melakukan banyak adegan yang biasa mereka tonton.
-
-
-
-
Malam minggu kali ini, beda. Rama dan Ranum tidak hanya meninton adegan nyeleneh dari balik layar tapi mereka mempraktekkannya. Seakan dunia milik mereka, desahan dan erangan yang keluar dari bibir Ranum semakin membuat Rama tak bisa mengontrol nafsunya, seperti hanya malam ini kesempatannya melampiaskan apa yang terpendam selama ini.
Ranum sendiri, dia sangat menikmatinya. Pelukan dan kecupan dari Rama seakan sangat ia rindukan padahal dirinya belum pernah merasakan hal itu sekalipun. Kedua remaja 17 tahun itu benar-benar menikmati malam mereka.
Setelah kejadian malam itu, seakan ada dinding diatara mereka. Tak jarang, jika bertemu Rama Ranum akan buang muka dan memilih untuk tak menegurnya. Padahal mereka sangat dekat, walau beda kelas tapi mereka sudah berteman dan bertetangga sejak dulu.
Ingatan tentang malam itu membuat Ranum malu, apalagi rasa sakit yang dirasakannya setelah malam itu. Perih dan entah apalah itu yang terasa diantara kedua pahanya. Ketika melihat Rama, dia sangat malu. Rama telah mengambil keperawanannya.
Rama sendiri, merasa sangat bersalah. Dia tahu, tentang sahabatnya itu. Yang teramat sangat ingin menjadikan suaminya kelak sebagai pria pertama yang menyentuhnya. Tapi...dia malah merusaknya. Rama ingat jelas, kalau dia telah mengambil keperawanan Ranum. Setelah malam itu, dia melihat bercak dari pada sprei Putih polos milik Ranum. Sedikir frustasi, dia kesal dengan dirinya sendiri.
Sebulan berlalu, sejak kejadian itu. Ranum merasakan perbedaan pada dirinya. Beberapa hari terakhir dia mulai merasa tidak enak setiap kali bangun tidur dan keganjalan pada perutnya. Ditambahlagi, dia merasa payudaranya sedikit padat dan membesar, awalnya dia mengira karena akan datang bukan sebab dia sudah telat. Namun, sang bulan yang ditunggu tak kunjung datang.
Mual mulai ia rasakan, tak jarang setiap bangun pagi dia merasa ingin muntah, ia fikir karena asam lambungnya naik tapi...ada yang beda. Fikirannya mulai menjalar kembali pada kejadian malam itu, bersama Rama.
Ragu-ragu namun penasaran, Ranum membeli testpack yang dijual bebas di minimarket. Setelah membaca petunjuk penggunaannya dia mulai mencoba.
Gugup tak bisa dibendung saat menunggu hasilnya, dia takut. Pikirannya sudah aneh-aneh. Dan...terjawab sudahlah, ketakutan dan rasa penasarannya selama beberapa hari ini.
"Garis dua muncul, positif...." ucapnya.
Dia terduduk diatas lantai kamar mandi, sambil memegangi testpack ditangannya.