Syaqila duduk memeluk lutut di samping jalanan dengan tatapan kosongnya. Gadis berkerudung itu sesekali memejamkan matanya bermunajat semoga kedua kembarannya baik-baik saja. Berharap mereka kembali tanpa ada kurang satu apapun. Ia menahan diri. Berusaha tidak menumpahkan air mata. Terlalu cengeng, karena selama ini selalu mengandalkan air mata. Setiap ada kejadian atau pun masalah pasti ia akan selalu begitu. Hanya bisa menangis tanpa bisa membantu sama sekali. Syaqila menelan salivanya kasar. Menggelengkan kepalanya berulang kali agar tidak teringat kejadian masa lalunya. Berusaha membuang pikiran negativenya sembari menggigit bibir kuat untuk menahan diri. Gadis itu menarik nafas panjang. Dadanya naik-turun merasa sesak. Tangannya terulur menepuk-nepuk dadanya yang terasa hampa seaka

