10 - Sleep?

1077 Kata
-happyreading- "Iya Om saya mau!," Kalimat itu terdengar jelas di telinga Aya, kalimat yang berhasil membuat tubuhnya lemas seketika. Gadis itu menghela nafas kasar, kenapa semua orang tidak ada yang berpihak kepadanya. Bahkan Rival pun mendukung keputusan ajaib Papahnya. Jadi anak orang kaya tuh pasti gini, gak bakal jauh dari yang namanya perjodohan. Bukannya ia tidak mau di jodohkan, ia mau tapi tidak sekarang. Apalagi ia di jodohkan dengan Angga si Cowok nyebelin. Huh, gimana jadinya nanti? "Yasudah, keputusan kita sudah bulat. Jadi, kita harus melakukan persiapannya mulai sekarang," ucap Reky sambil menatap Aya dengan tatapan seolah berkata 'jangan ngebantah'. "Asik, yang bentar lagi bakal jadi sodari ipar gue," ucap Ara mengejek Aya. "Diem lo!," "Kakak ipar jangan galak-galak atuh sama adek," "Lo ngomong sekali lagi, gue gunting rambut lo!," Ara hanya menyengir sambil membentuk jarinya seperti huruf V. "Besok kita kemah, lo udah packing belom?," tanya Ara membuat Aya berfikir sejenak. "Belom, gue gak mau ikut!," putus Aya santai "Loh, harus ikut dong! Kan ada Angga yang jagain," ucap Stephanie yang tiba-tiba ikut nimbrung. "Semerdeka Mamah aja udah," jawab Aya pasrah "Yaudah Aya naik dulu, mau packing," ucap Aya seraya berdiri untuk menyalimi kedua orang tua Angga. Setelah ia bersalaman, ia langsung berjalan melewati Angga acuh. Gadis itu dengan cepat melangkahkan kakinya menuju ke tangga untuk naik ke kamarnya yang berada di lantai 2. Sesampainya Aya di kamar, gadis itu langsung membuka lemari dan memilih baju yang akan dia bawa ke kemah besok. Gadis itu sekarang tengah duduk memasukkan baju yang akan ia bawa untuk kemah ke dalam tas ransel, ia hanya membawa beberapa lembar baju serta body lotion, sunblock, dan keperluan lainnya. Aya mendongak saat mendengar suara decitan pintu kamarnya yang di buka seseorang, setelah melihat siapa yang masuk, Aya langsung menatapnya tajam. "Ngapain lo kesini?!," tanya Aya ketus "..." "Eh es batu, kalo di ajak ngomong itu jawab!," "Berisik!," "Ya allah, susah ya ngomong sama es!," "Eh balik badan dulu!," sambung Aya sambil mendorong bahu Angga agar ia berbalik Angga mengernyit tak mengerti "Ngapain?," tanyanya tanpa menatap wajah Aya. "Gue mau ganti baju, gerah! Oh, atau lo mau ngeliat gue ganti baju?," tanya Aya ambigu dengan nada menggoda. Mendengar pertanyaan ambigu Aya, pipi Angga terasa panas. Ia pun memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan pipinya yang mungkin sudah memerah "Cepet!," pintanya sambil berusaha menetralkan wajahnya. Aya langsung membuka gaunnya, ia mengambil hotpants hitam dan memakainya. Setelah memakai celananya, ia mengambil baju yang berada di belakang Angga.Aya dapat melihat Angga yang sedang bermain game online mobile legend. Setelah selesai memakai baju, Aya duduk di samping Angga dan bersender pada dinding kamar dengan kaki yang di selonjorkan. Ia mengambil ponselnya yang ada di nakas dan langsung membuka aplikasi line. Tidak ada yang penting saat Aya membuka line, yang ia dapatkan hanya notif grup dan Oa line, line jomblo ya gitu  Aya beralih membuka aplikasi i********:, ia mengernyit saat melihat akun Angga yang baru saja mem- follow akun i********: miliknya. "Ngapain lo nge follow gue?," tanya Aya tanpa melihat ke arah Angga. "..." lagi dan lagi tidak ada jawaban dari Angga. Aya pun menoleh ingin membuka suara, tapi ia membatalkan niatnya saat melihat Angga yang sedang tertidur dengan tangan yang menyangga sebagai bantal dan satu tangannya ia gunakan untuk menutup matanya. Aya yang merasa kasihan melihat posisi tidur Angga yang seperti itu pun langsung ber inisiatif memberikan bantal di kepalanya. Ia meletakkan kembali ponselnya ke nakas dan mengambil bantal yang ada di samping tangan Angga. Dengan sangat hati-hati Aya mengangkat kepala Angga dan meletakkan bantal itu tepat di bawah kepala Angga. Aya tersenyum melihat wajah tenang Angga ketika tidur. Setelah bantal itu tepat di bawah kepala Angga, ia kembali meletakkan kepala Angga kembali dengan sangat pelan Agar sang empu tidak terbangun. Setelah ia meletakkan kepala Angga di atas bantal, Aya langsung menegakkan tubuhnya kembali. Namun belum sempat ia menegakkan tubuhnya, tangan Aya sudah di tarik oleh Angga. Karena belum siap, ia langsung terjatuh ke d**a Angga, ia dapat merasakan detak jantung Angga yang normal, tapi tidak dengannya. Jantung Aya berdetak sangat cepat seolah ia baru saja lari maraton. Saat detak jantungnya sudah normal, ia mulai memegang tangan Angga, bermaksud untuk melepaskan pelukkan Angga. Namun bukannya terlepas, Angga malah mengeratkan pelukkannya, entah ia sadar atau tidak melakukan hal itu. Aya membulatkan matanya saat Angga memiringkan tubuhnya ke arahnya, ia memeluk Aya menggunakan dua tangan seolah ia tengah memeluk guling. Gadis itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa, tubuhnya sudah terkunci dalam tangan kekar milik Angga, yang Aya bisa lakukan hanyalah menatap wajah tampan Angga serta menghirup wangi maskulin dari tubuhnya. Aya berusaha membalikkan badannya saat merasa pelukkan Angga sudah mengendor, dengan sangat pelan ia membalikan badannya untuk membelakangi Angga, karena ketika ia melihat wajah Angga jantung akan berpacu sangat cepat, ia pun tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi. Aya dapat merasakan bahwa Angga bergerak ketika ia mulai memutar tubuhnya. Aya pun mulai menolehkan kepalanya dan terkejut melihat mata Angga yang sedikit terbuka. Dengan sigap Aya mengelus rambut Angga bermaksud untuk menidurkannya kembali, seperti menidurkan anak bayi. "Mau kemana?," tanya Angga dengan suara serak. Aya menelan salivanya saat mendengar suara Angga yang menurutnya terdengar seksi serta melihat wajah Angga yang mungkin kadar ketampanannya menambah ketika ia tidur, apalagi saat ini jarak wajah Aya dan Angga hanya beberapa centi saja. Aya menghembuskan nafas pelan "Mau matiin lampu," jawab Aya jujur. Angga segera melepaskan pelukannya ketika mendengarkan jawaban Aya. Ketika pelukan Angga sudah terasa longgar, Aya segera bangkit untuk mematikan lampu kamarnya. Setelah lampu kamarnya mati, ia kembali keatas kasur, namun sebelum itu ia mengambil ponselnya untuk mengabari Ara bahwa Angga sudah tertidur di kamarnya. Setelah ia mengabari Ara, Aya meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas. Ia menarik selimut untuk menyelimuti Angga, setelah itu ia ikut berbaring di sebelah Angga dengan posisi tidur menghadap ke langit-langit kamar. Aya kembali terkejut saat merasakan tangan kekar milik Angga melingkar di perutnya serta wajah Angga yang berada di lekuk lehernya. Ia bergidik saat merasakan hembusan nafas Angga yang terasa menggelikan di lehernya. Aya memegang dadanya, jantungnya kembali berdetak cepat serta pipinya yang terasa panas atas perlakuan Angga. Meskipun ia tidak sadar melakukan ini, tapi yang namanya cewek pasti baper kalo di perlakukan seperti itu. "Bisa jantungan gue kalo gini!," batinnya Ketika Aya merasa detak jantungnya sudah normal, ia menghembuskan nafas lega. Sesekali ia melirik Angga yang nyaman terlelap di lekuk lehernya. Gadis itu dapat mendengar dengkuran halus yang menurutnya lucu. Jam sudah menunjukkan pukul 22.05, Aya sudah mulai menguap, matanya pun sudah terasa berat padahal ini belum waktunya untuk tidur. Biasanya ia akan tidur tengah malam bahkan dini hari. Tapi ketika ia berada di pelukan Angga ia merasa nyaman. Karena sudah mengantuk, Aya pun mulai memejamkan matanya dan tertidur dalam dekapan Angga yang menurutnya hangat. Sebelum ia tidur, ia melirik Angga sekilas dan mengelus rambut Angga yang halus. "Bismillah, Ya Allah semoga ga khilaf," batin Aya sebelum ia benar-benar tertidur dalam dekapan Angga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN