Si Gadis Malas

966 Kata
Sudah di akui oleh dunia, Indonesia, khususnya kota Jakarta, menjadi kota beribu kegiatan tersibuk.Tak henti-hentinya kegiatan di ibukota Jakarta berlangsung. Silih berganti, baik kendaraan roda dua sampai roda empat lalu lalang meramaikan kehidupan kota ini. Begitu pula dengan banyaknya orang yang berjalan dan menyebrang di Zebra Cross, baik untuk urusan pekerjaan hingga sekedar menghilangkan kepenatan. Lain halnya dengan kehidupan Jakarta yang penuh dengan kesibukan, keadaan kediaman keluarga Agenta sangat damai, adem ayem. Kalau dalam bahasa gaulnya, keluarga Agenta itu keluarga yang 'sans', alias santai. Baru saja memasuki gerbang yang besar dengan lapisan warna emas, kediaman keluarga Agenta sudah mengisyaratkan kalau keluarga ini merupakan keluarga yang terpandang. Tidak hanya dengan gerbangnya yang terkesan mewah, bahkan pelataran rumahnya pun tidak kalah mewah. Selain itu, kediaman keluarga Agenta di kelilingi pepohonan yang hijau dan bunga-bunga yang warna-warni, membuat kediaman ini menjadi sangat asri dan bisa menjadi healing bagi siapapun yang mengunjunginya. Tentu saja. Penampilan dalam kediaman keluarga Agenta tidak kalah mewah dengan tampilan luarnya. Kediaman keluarga Agenta bisa dikatakan kediaman yang homeable. Tidak hanya dengan kemewahan saja yang disuguhkan, namun kenyamanan dan ketentraman adalah hal yang di utamakan. Eitss, jangan langsung menyimpulkan begitu saja. Ada hal yang belum semua orang ketahui dari kehidupan keluarga Agenta yang terkesan mewah dan terpandang. *** Kring... Kring... Kring.... Sebenarnya jam weker ini sudah sering kali berbunyi untuk membangunkan seorang gadis yang masih saja menikmati tidur paginya. Namun sayangnya, tidak lagi menjadi tidur pagi, malah molor dan menjadi tidur siang. Setiap jam weker berbunyi, dia mengaturnya kembali dan begitu seterusnya. Kini sudah menunjukan pukul 11, gadis ini tak kunjung bangun sampai ketika seseorang wanita paruh baya membawa gayung berisi air yang siap menyerbu keindahan mimpinya. Tik tik... Tik tik... "Amel!.....Bangun! Ini sudah siang!" Seorang wanita paruh baya nan cantik jelita itu mencipratkan air gayung ke muka si gadis yang masih tertidur. Meski sudah di ciprati air, mata gadis ini belum sepenuhnya terbuka. Dia bangun dengan ogahan untuk melihat siapa gerangan yang membasahi wajahnya. Bukannya malah merasa jera, gadis ini kembali tidur dan menelusuri pantai kapas. Si wanita paruh baya itupun tidak terima, dia menarik halus tubuh kotor gadis itu. Layaknya adegan tatik-tarikan. Sekali tubuh kotornya ditarik, dia juga menarik tubuhnya kembali menuju pantai kapas yang di arunginya. Entah sudah berapa lama dia tidak membersihkan tubuhnya. Entah sudah berapa hari dia tidak membersihkan kamarnya. Dulu, kamar ini terkesan sangat mewah, melebihi kemewahan hotel bintang lima. Kini, ruangan ini terlihat seperti sarang laba-laba. Pakaian kotor dimana-mana, buku berserakan, bekas plastik makanan bertebaran, bahkan pakaian dalam menjadi kelambu kamar gadis ini. Semua kehancuran ini adalah perbuatan dari seorang gadis yang masih tertidur pulas meski sudah dibangunkan dengan berbagai cara. Dia adalah Caramel Agenta, seorang gadis kumal yang terlalu malas untuk membersihkan dirinya, terlalu malas mempercantik diri. Slogannya cuma satu, kalau bisa wangi dengan parfum, maka mandi satu bulan pun tak apa. Jangan tanyakan penampilannya seperti apa sekarang, sudah pasti amburadul. Caramel adalah salah satu dari berjuta-juta orang tersantuy di dunia. Dia tipikal orang yang sulit sekali untuk di kasih tahu, maka dari itu orang tua Caramel menyerah mendidik dan merawat anak semata wayangnya ini semenjak kejadian naas yang menimpa dirinya. Padahal keluarga Agenta adalah salah satu keluarga yang terpandang. Namun sayang, memandang Caramel pun banyak orang yang tidak betah dan pengen muntah. "Amel!.... Bangun atau aku mandiin kamu di tempat ini!" Teriak si wanita paruh baya. Tidak lain dan tidak bukan adalah mama Caramel, Gisella Artieja Agenta. "Yaudah Ma, mandiin aku aja di sini. Lumayan ada yang gosokin badan aku" Ucap Caramel ogahan dengan mata yang masih merem. Terlalu malas untuk melek. "Yaudah. Mama mandiin kamu di sini, setelah itu mama buang si Catty jauh-jauh biar kamu tahu rasa!" Ancam Gisella. Alhasil, ancaman itu berhasil membuat mata Caramel yang malasnya minta ampun untuk melek, akhirnya terbuka juga melihat dunia sekitarnya yang cukup berantakan. Bukan cukup berantakan, tapi emang berantakan banget. Amburadul! Hancur!. Awalnya, Caramel belum merespon ancaman Gisella untuk membuang Catty, kucing kesayangan Caramel. Dia bangun dengan mata yang masih terlihat sangat mengantuk. Cukup lama dia duduk di tepi ranjangnya, menggaruk rambutnya yang belum dikeramas dan menguap begitu saja. Gisella hanya memperhatikan tingkah Caramel yang tak kunjung berubah. Dia hanya geleng-geleng saja melihat putrinya. Untung saja Gisella adalah tipikal orang yang sabar. Kalau tidak, mungkin Caramel yang bakal dibuang bukan lagi Catty. Seekor kucing bahkan lebih berharga dari anaknya sendiri. Siapa suruh begitu malas?. "Ayo, bangun atuh. Badan udah bangun, tapi jiwa melayang entah kemana. Bangun sekarang juga atau mama buang Catty sekarang juga! Pilihan hanya ada dua!." Ancam Gisella kembali. Untuk semakin meyakinkan dirinya, Gisella hendak keluar kamar. Hal itu berhasil. "Jangaaaan! Aku bangun nih. Aku bangun, Catty I'm coming.." Ujar Caramel setelah cukup lama otaknya merespon ancaman dari mamanya sendiri. Bukan Caramel namanya kalau diancam langsung takut begitu saja. Dia masih punya 1001 alasan dan cara untuk kabur dari Gisella dan terbebas dari ancaman yang ujung-ujungnya hanyalah sebuah prank semata. Caramel berniat berlari kabur, namun niatnya ini sudah terlalu mudah di ketahui. Geram melihat akal putrinya yang terlalu kreatif, Gisella menarik rambut Caramel yang sudah berapa hari tidak pernah dicuci. Eh, maksudnya keramas. Karena aksi heroik dari mamanya itu, alhasil Caramel berteriak kesakitan. "Maafkan Mama, Amel kesakitan ya?" Tanya Gisella dengan lembut dan merasa sangat bersalah karena telah berbuat bar bar kepada anaknya sendiri. "Iya" Jawab Caramel dan sengaja memasang wajah cemberut nan kesakitan miliknya. Akhirnya, Gisella melepas tangannya dan membiarkan Caramel kabur. "Yaudah, kamu ke Catty aja!" Perintah Gisella. Pada akhirnya, Caramel lolos untuk tidak mandi hari ini. Selamat Caramel, daki di tubuhmu bertambah tebal!. Gisella akan membiarkan Caramel bertingkah sesuai hatinya. Memang benar dan sudah terbukti kalau kasih sayang orang tua terutama seorang Ibu tidak terbatas meski anaknya berperilaku seburuk apapun. Terbukti, kasih sayang seorang Gisella Artieja Agenta yang masih menggunung untuk anaknya, Caramel Agenta, meski masih nyaman dengan penampilan yang urakan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN