Rey dan Hera menatap Juan penuh ketajaman karena berniat meminang Caramel jikalau Rey tidak mau dijodohkan dengan putri Agenta. Bahkan keduanya juga serempak untuk berdecak.
Gisella dan Caramel bergabung dengan semua orang yang masih terpana melihat kecantikannya. Deon dan Gisella tersenyum bangga melihat putrinya, Frans yang tidak pernah melunturkan senyumannya melihat calon cucu menantunya dan Hera yang masih tidak percaya dengan orang yang dilihatnya sekarang. Hera masih syok melihat perubahan Caramel yang sangat drastis, dari penampilannya yang seperti orang gila, kini berubah jadi putri cantik jelita.
Begitu juga dengan Rey. Masih terpana dan tidak menyangka dengan orang yang sedang dilihatnya sekarang. Rey kira kalau dia bakal dijodohkan dengan putri keluarga Agenta yang sedang gila, namun setelah melihat perubahan Caramel yang sekarang, akankah Rey tetap berpikir untuk membatalkan perjodohannya dengan Caramel?.
"Amel, sini duduk dekat Rey" Panggil Deon, papa Caramel.
Caramel melihat Rey dan tempat duduk di sebelahnya bergantian, sedangkan Rey masih terpana dan terpaku melihat Caramel.
"Ayo kita sudahi keterpanaan kita pada Caramel. Dari awal aku katakan kalau pilihanku tidak akan mengecewakan kalian. Rey, cukup bengongnya dan duduk di tempatmu. Persiapkan jantungmu yang sebentar lagi memberontak minta keluar. Nak Caramel, ayo duduk di samping Rey" Perintah Frans pada semua orang, baik dari keluarga Moccasizo maupun keluarga Agenta. Kini, Frans berlagak seperti pemimpin.
Semua orang duduk di tempatnya masing-masing. Deon dan Gisella duduk berdampingan, begitu pula dengan Juan dan Hera. Frans? Please, jangan tanyakan kakek muda yang satu ini, sudah pasti sendirian.
Caramel berjalan dan duduk di samping Rey dengan sikap yang biasa saja, bahkan Caramel sempat menampikkan aura siap berperang pada calon pasangannya, sedangkan Rey menunjukkan ekspresi terkejut dan terlihat sedikit gugup saat bersanding dengan Caramel. Tenang Rey, singa liar yang kini berubah jadi angsa kerajaan tidak akan memangsamu begitu saja. Hewan juga punya etika kok, sayangnya Caramel adalah manusia.
Hey Rey, apa mentalmu sekarang lemah di dekat Caramel? Dimana keberanian dirimu yang membara saat berselisih dengan Caramel dulu?. Mungkin benar kata orang, segalanya bisa terkalahkan oleh sebuah rasa. Apakah rasa itu sekarang mengalahkan dan melemahkan dirimu, Rey?.
"Rey, apa pekerjaanmu saat ini?" Tanya Deon mengawali pembicaraan sambil meminum teh hangat di cangkirnya. Padahal Deon sudah tau kalau Rey punya perusahaan yang di pimpinnya sendiri.
"Saat ini Rey sedang mengelola perusahaan sendiri, om" Jawab Rey dan meminum tehnya juga.
"Wah, bagus sekali itu" Ujar Deon. Rey terlihat salting mendengar pujian dari Deon.
Namun ada yang beda, biasanya Rey tidak pernah gugup saat berbicara dengan orang lain, terlebih bisa dikatakan kalau Deon ini partner kerja Rey, dan biasanya dia tidak pernah sekalipun gugup saat berbicara dengan partnernya.
Lain halnya dengan Rey yang gugup dan gemetaran memegang cangkirnya, Caramel hanya bengong dan diam saja mendengarkan orang lain berbincang. Caramel tidak menyadari gelagat Rey yang seperti cacing kepanasan didekatnya.
"Bukannya Agenta Group menjalin kerja sama dengan Moccasizo Group?" Tanya Juan.
"Benar. Aku menjalin kerja sama Moccasizo Group karena kinerjanya yang sangat bagus. Tidak di sangka kalau pemimpinnya anak muda dan cakap seperti Rey. Mungkin saja ini takdir, keluarga kita dipertemukan lagi setelah sekian lama tidak bersua. Dulu aku dengan Juan sering main bersama. Bukannya itu saat kita kecil?. Aku masih ingat sekali dengan wajah kakek muda, untung saja kami bertemu di cafe YoungGen" Ujar Deon.
"Iya. Saat itu kita masih kecil, aku juga ingat sekali saat kamu kencing di celanamu sendiri karena dikejar Cousy. Hahaha, masih terekam jelas ekspresimu waktu itu" Ucap Juan mengingat memori saat dirinya dan Deon main bersama sambil tertawa.
"Itukan dulu. Mungkin cucu kita nanti akan seperti kita yang dulu" Ujar Deon penuh harap dan melihat pasangan yang akan dijodohkan itu.
"Tentu saja. Aku sangat ingin menimang bayi saat ini" Ujar Frans tiba-tiba sehingga membuat semua orang melihat ke arahnya yang baru saja dari toilet.
Frans kembali dari toilet untuk yang ketiga kalinya. Mungkin sekarang celananya sudah ikutan basah, atau mungkin saja itu air kencingnya sendiri?. Maklum, namanya aja orang tua. Ya pasti bocor lah.
"Alah" Cibir Rey.
Caramel menoleh ke arah Rey yang sedang mencibir, dia ikut memiringkan senyumnya dan bangkit. Caramel berniat menghampiri Catty yang sedang mendusel di tempat tidurnya.
"Caramel, kakek boleh minta tolong gak?" Tanya Frans pada Caramel.
Caramel yang tadinya akan menghampiri Catty, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Frans, si kakek muda yang tua.
"Iya, kek. Minta tolong apa?" Jawab Caramel dan menghampiri Frans.
"Tolong kamu ajak Rey bermain ke belakang rumah. Aku lihat rumah besar ini punya taman yang sangat bagus. Nah, kamu bawa dia kesana" Pinta Frans kepada Caramel dan hanya di balas anggukan olehnya.
Frans sudah berlagak seperti pemilik dari rumah besar keluarga Agenta. Jangan salah sangka dulu kepada Frans, dia bersikap seperti itu karena diminta langsung oleh si empunya, Deon Werdan Agenta. Deon menyuruh agar keluarga Moccasizo menganggap rumah Agenta sebagai rumahnya sendiri.
"Iya, kek" Ujar Caramel.
Caramel menghampiri Rey yang sedang minum teh, membatalkan niatannya untuk bermain dengan Catty. Caramel mencolek bahu Rey. Rey yang baru saja meminum tehnya, melihat siapa gerangan yang mencolek bahunya.
Rey mensemburkan teh yang baru saja masuk ke tenggorokannya setelah melihat Caramel yang sedang menoel-noelkan bahunya. Mata Rey seakan meloncat dan seketika tubuhnya menjadi tegang.
"Heh, lo disuruh ikut gue ke taman belakang. Cepetan angkat p****t lo dan ikut gue sekarang juga" Bisik Caramel di telinga Rey.
Hampir saja Rey melepas cangkir yang di genggamannya dan tumpah begitu saja. Untungnya, Rey bisa mengontrol diri.
"I..iya. Bentar" Ucap Rey sedikit gugup, menaruh kembali cangkirnya dan mengikuti Caramel berjalan menuju taman belakang rumah Agenta.
Anehnya, Rey kok yang gugup dan gemetaran.
"Bagaimana menurut kalian? Mereka cocok, gak?" Tanya Frans.
Pasti kalian berpikir kalau Frans saja yang terus mengawali dan memimpin prosesi perjodohan ini. Kenapa tidak dari pihak Agenta? Kenapa harus dari pihak Moccasizo terus?.
Jawabannya, karena sahabat Frans dulu, Giorgano Andreas Agenta, papa Deon Werdan Agenta telah meninggal. Askila Syikia Agenta, mama dari Deon Werdan Agenta kini berada di Belanda menikmati sisa waktunya. Jadi, adalah hal yang sangat wajar jika Frans memimpin prosesi sebab perjodohan ini ada karena perjanjian antara Giorgano dan Frans dulu. Toh mereka juga sama-sama mengenal sejak dulu.
"Cocok kok, aku setuju" Sahut Juan kegirangan. Hera memukul paha Juan karena telah bertingkah kekanak-kanakkan.
"Begini, kita sebagai orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak kita. Itu pasti. Aku tidak bisa memaksa Caramel untuk berjodoh dengan Rey ataupun dengan yang lainnya nanti. Begitu juga dengan Rey. Meski aku bukanlah orang tuanya, tapi aku juga menginginkan yang terbaik untuknya. Aku tahu kalau Caramel adalah gadis yang penuh dengan kekurangan. Kalian lihat tingkahnya tadi, dia tidak punya sopan santun, tidak bisa merias diri, bahkan sekedar membersihkan dirinya pun dia malas. Aku sadar dan ikhlas jika nanti dia tidak menemukan belahan jiwanya. Kami sebagai orang tua Caramel cukup sadar akan hal itu. Kami juga sedih melihatnya, dia berubah menjadi seperti ini sejak kejadian dua tahun lalu. Sepertinya kejadian itu masih membekas dengan jelas di otaknya sehingga membuatnya masih bertingkah seperti sekarang. Jadi aku dan Gisella sebagai orang tua Caramel sangat berharap dan memohon kepada keluarga Moccasizo, jika perjodohan ini tidak cocok dan membuatnya kurang nyaman, jangan paksa mereka terutama Caramel. Kami tidak ingin melihatnya kembali terluka" Ujar Deon dengan mata yang cukup berlinang.
Gisella hanya bisa memegang tangan dan mengelus punggung suaminya dengan harapan bisa membuatnya tenang. Meski Juan, Frans dan Hera tidak mengerti maksud dari 'kejadian dua tahun lalu', tapi ucapan Deon sukses membuat mereka ikutan sedih akan hal yang menimpa Caramel dulu.
"Tentu saja. Mana mungkin kami memaksa anak kami. Bagi kami, itu adalah hal yang wajar. Pertemuan pertama pasti agak canggung. Kami juga yakin kalau Caramel pasti tidak seburuk itu. Mana mungkin keluarga Agenta mengajarkan anaknya hal negatif. Buktinya, dia manut kok sama orang tua. Dan setelah di sulap tadi, Caramel menjadi putri cantik jelita bahkan mengalahkan Miss Universe" Ujar Hera menghibur dan mencairkan suasana yang cukup haru.
"Alah, lebay!. Mamanya aja cantik, pasti anaknya juga cantik lah" Ujar Gisella dan membuat semua orang tertawa dan mengangkat cangkirnya untuk di minum.
Caramel dan Rey berjalan berdampingan menuju taman belakang keluarga Agenta yang asri bahkan tempat ini menjadi tempat favorit Caramel.
Baru saja sampai di undakan taman, Caramel dan Rey sudah di sapa angin segar dari pohon yang hijau dan bunga-bunga yang menghias keindahan taman. Caramel berhenti sejenak, merentangkan tangannya, dan menikmati segarnya angin yang menyapa raganya. Begitu juga dengan Rey, dia memejamkan matanya sejenak dan melihat ke arah sekitar taman.
Keasrian dan kesegaran taman keluarga Agenta memang selalu dijaga, terutama oleh Caramel. Jangan salah, meski Caramel termasuk orang yang sangat malas membersihkan diri dan pekerjaannya hanya main dengan Catty, tapi dia juga sangat peduli dengan keindahan taman miliknya bahkan dia tidak mengizinkan siapapun memasuki wilayah taman meski itu Deon dan Gisella sekalipun.
Caramel berjalan menuju bangku yang tersedia di lingkaran bunga mawar, Rey hanya mengikuti saja kemana langkah Caramel berpijak. Caramel duduk di bangku taman dan kembali menikmati kesegaran angin sore, mengabaikan satu makhluk yang mengikutinya sejak tadi.
Rey berjalan mengelilingi taman, tidak langsung bergabung duduk dengan Caramel yang bersantai di bangku. Menyusuri pohon besar nan hijau, cukup bisa digunakan untuk bernaung. Begitu juga dengan tanaman hias yang begitu banyak tertanam, bunga mawar merah, mawar putih, bahkan anggrek menghiasi dan menyempurnakan keindahan taman Keluarga Agenta. Benar-benar menjadi sebuah taman idaman semua orang, dan ini adalah hasil dari sulapan tangan seorang Caramel. Don't judge a book by it's cover yaa!.
Bosan melihat pohon ini-itu dan bunga ini-itu, Rey menghampiri Caramel yang ternyata telah tertidur di bangku taman. Rey meneliti cara Caramel tidur. Caramel menselonjorkan kaki sepanjang bangku yang di dudukinya dan lengan sebagai bantalannya. Rey tersenyum melihat cara Caramel tidur namun yang membuatnya risih adalah gaun yang dipakai Caramel terlalu pendek sampai membuat setengah pahanya terlihat. Jangan lupakan kalau rambut panjang Caramel juga sangat mengganggu Rey.
Rey berlagak gentleman, dia melepas jaketnya dan meletakkannya di gaun Caramel yang sedikit tersingkap. Rey juga berniat menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Caramel. Rey mengarahkan tangannya lebih dekat dengan wajah Caramel. Sebenarnya, Rey gugup untuk melakukannya sampai membuat tangannya bergetar, tapi rambut Caramel sangat mengganggu penglihatan Rey.
Baru saja tangan Rey akan menyapa rambut Caramel, tiba-tiba terjadi sesuatu dengannya. Kejadian mengejutkan ini, di luar kuasanya.
Gubrakkk...
Rey terjungkal ke belakang sampai membuat pantatnya menyentuh batu tumpul. Alhasil, teriakan adalah satu-satunya yang bisa keluar dari mulut Rey.
"Aaaaaaaaawwwww...." Teriak Rey seelah pantatnya menyentuh batu keras di belakangnya.
"Opss... Aku gak sengaja. Sorry" Ujar Caramel santai.
Ini semua di sebabkan oleh Caramel yang tiba-tiba terbangun dan langsung menendang Rey sekuat tenaga tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu.
Selamat berteman Rey dan batu tumpul!.