Bab 4 - Kembali Takut

1534 Kata
Setelah mencoba untuk bertahan bekerja di restoran itu, Mollie akhirnya mengundurkan diri. Dia tidak bisa menahan rasa takutnya saat melihat para hantu yang berkeliaran di sana. Mollie memohon pada sang kakak untuk tidak menyuruhnya kembali ke restoran. Mollie kembali meringkuk di dalam kamar, dan tidak berani keluar selama seharian ini. Tok Tok Tok “Mollie, sayang … kenapa kau tidak pergi berjalan-jalan keluar?” tanya Sophia. “Tidak! Aku tidak mau keluar dari kamar!” teriak Mollie. Sophia terlihat sedih melihat sang anak kembali mengurung dirinya di kamar. Mollie hampir saja mendekati kata normal dalam beberapa hari belakangan. Mollie sangat jarang mengungkapkan apa saja yang sudah dilihat selama berada di luar rumah. Ceklek … “Mollie, apa kau sedang tidur?” tanya Will. “Tidak, Kakak. ada apa?” tanya Mollie. “Apa yang mengganggumu di luar sana? Apa mereka sangat menakutkan?” tanya Will ingin tahu. “Sudahlah, kalian tidak akan percaya jika aku menceritakannya.” “Hei, kita ini saudara, jika aku tidak percaya, kenapa aku harus peduli padamu?” “Kakak, aku sangat takut.” “Kemarilah! Aku akan selalu ada untukmu, jangan takut lagi, Mollie.” Will berhasil menenangkan sang adik, dia bahkan membawa Mollie keluar dari kamar dan berkumpul bersama di ruang keluarga. Mereka terlihat memperhatikan Mollie yang sedang memikirkan sesuatu. “Mollie, kenapa kau tidak pergi berkeliling bersama Will atau Arlo? Mereka selalu mau jika kau memintanya, Sayang,” ujar Sophia. “Tidak perlu, Mama. Itu hanya akan merepotkan mereka saja. Aku tidak ingin melakukan itu.” Tiba-tiba saja tirai jendela bergerak, dan Mollie terkejut dengan gerakan itu. Mollie memeluk Will dengan erat, mencengkeram lengannya dan memohon agar mengantarkan dia kembali ke dalam kamar. “Hei, tidak ada apapun di sana,” ujar Arlo yang memang selalu terlihat dingin dan kaku daripada Will. “Arlo, jangan membuat adikmu semakin takut,” omel Sophia. “Kakak, aku akan memberitahu semuanya jika kau mengantarkan aku ke kamar,” ujar Mollie. “Baiklah, aku akan mengantarkan kau kembali ke dalam kamar.” Akhirnya, mereka berjalan menaiki anak tangga hingga sampai di dalam kamar Mollie. Di sana, sudah ada roh dari Victor sang ayah yang siap menyambutnya. “Mollie, katakana, ada apa?” tanya Will ingin tahu. Will sebenarnya juga takut dengan segala sesuatu yang dilihat Mollie. Itu karena dia sendiri tidak bisa melihat apapun. Tetapi, kali ini Will memberanikan diri untuk bertanya dan mendengarkan apapun yang dikatakan oleh Mollie. “Di dalam kamar ini, ada roh Papa. Papa selalu melindungi aku dan menemani aku di dalam kamar. Karena itulah aku selalu berada di sini.” “A-apa?” “Lalu … di depan tadi, ada seorang nenek yang datang. Sepertinya dia ingin meminta tolong, tetapi aku takut, itu karena dia menggunakan wujud yang mengerikan. Sama seperti Papa saat pertama kali bertemu dengan aku, Papa menggunakan wujud mengerikan seperti alien. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Papa mau mengubah wujudnya menjadi seperti dulu,” jelas Mollie. “Jadi … mereka yang sudah tiada, selalu ada di sekitar kita, begitu?” “Tidak semua. Jika manusia yang tiada menerima kematiannya, tidak akan ada roh yang berkeliling di sekitar kita,” jelas Mollie. Will mendengarkan dengan sangat cermat. Dia ikut berpikir jika saat ini memang ada sosok sang ayah di dekatnya. “Kakak, apa kau bisa merasakannya?” tanya Mollie. “Apa?” “Papa ada di sampingmu, dia sedang menatap wajahmu yang terlihat sangat mirip dengannya saat muda,” jelas Mollie. Will terlihat sedikit ketakutan, tangannya tiba-tiba saja memegang lengan Mollie dengan erat. “Kakak, apa kau takut?” tanya Mollie dengan tersenyum. “Ti-tidak, tentu saja tidak.” “Kakak, sekarang kau sudah tahu apa yang aku lihat. Aku hanya tidak tahan jika mereka muncul dengan wujud mengerikan, jika mereka datang dengan wajah asli atau wujud yang manis dan lucu, mungkin aku masih bisa membantu keinginan mereka,” terang Mollie. “Hm? Membantu? Keinginan? Apa yang kau maksud itu?” tanya Will. “Ya, biasanya mereka mencari aku karena ingin meminta bantuan.” “Apa kau sudah gila! Bagaimana mungkin kau membantu pada hantu itu?” “Permintaan mereka biasanya tidak sulit. Mereka selalu meminta aku untuk menyampaikan pesan pada keluarganya, entah itu mengenai harta, atau sesuatu yang sangat rahasia,” ujar Mollie. Will semakin tidak mengerti dengan sang adik, dia kini melarang Mollie untuk membantu para hantu itu. Will ingin sekali membuat sang adik tidak bisa lagi melihat sosok hantu atau roh yang disebutkannya. “Mollie, aku akan mencari tahu apakah ada sesuatu atau apapun itu yang bisa membuatmu kembali normal.” “Kakak, terima kasih.” Mollie merasa lega karena Will mau mendengarkan dia. Setelah percakapan itu, Will kembali ke lantai dasar untuk bertemu dengan sang ibu dan juga Arlo. Sedangkan Mollie di dalam kamar, duduk dengan tenang di depan laptop. Sesekali dia berinteraksi dengan roh sang ayah. Dan sesekali dia terlihat menatap ke luar jendela. Di sana ada seorang wanita yang ingin sekali meminta bantuan Mollie. Hanya saja, Mollie sedikit takut untuk keluar rumah. “Kenapa dia tidak pergi?” gumam Mollie. “Apa kau ingin Papa mengusirnya?” tanya Victor. “Tidak perlu, kita lihat saja besok pagi, jika dia masih ada di sana, aku akan membantunya,” ujar Mollie. “Hm, kenapa kau selalu membantu mereka?” “Karena tidak ada jalan lain selain melakukannya, apa Papa memiliki sebuah penyelesaian?” “Tidak.” “Sebaiknya jangan berkata seperti itu lagi. Dan aku melakukannya jika permintaan mereka sangat sederhana.” “Baiklah, terserah kau saja.” Setelah itu Victor menghilang, sementara Mollie sendiri masih tidak berani memejamkan kedua matanya karena takut. Sampai larut malam, Mollie akhirnya tertidur di meja kerjanya. Dia memejamkan mata tepat setelah selesai mencari tahu mengenai keanehan yang dialami selama ini. *** Pagi ini, Mollie bangun dan masih ada di meja kerjanya. Dia bahkan tidak berpindah tempat semalam. “Kenapa Papa tidak membangunkan aku?” protes Mollie. “Kau sudah lama tidak tidur dengan nyenyak. Aku menjaga jika kau terkejut atau terbangun di sini,” ujar Victor. “Terima kasih, Papa. Aku akan segera membersihkan diri dan pergi keluar.” “Ya, kau harus menghirup banyak oksigen di luar sana,” ujar Victor menyindir. Mollie hanya tersenyum dan dia kembali melanjutkan kegiatannya pagi ini. Selesai dengan kegiatan di dalam kamar mandi, Mollie kini sudah berada di ruang makan. Di sana hanya ada Sophia saja. Itu karena ke dua kakak Mollie sudah pergi ke tempat kerja mereka. dan hanya Sophia yang selalu setia di rumah jika Mollie belum bangun dari tidur. “Mama, aku ingin pergi keluar sebentar,” ujar Mollie berpamitan. “Itu bagus, apa kau mau pergi bersama Mama?” tanya Sophia. “Tidak perlu, aku akan pergi seorang diri, Mama.” “Baiklah, berhati-hatilah saat berada di luar sana. Jangan lupa untuk selalu memperhatikan langkah kakimu,” ujar Sophia. “Baik, Mama, terima kasih.” “Habiskan makananmu dan pergilah bersenang-senang, Sayang.” Mollie mengangguk dan dia menyelesaikan kegiatan mengunyahnya. Mollie sudah mengenakan sebuah setelan santai, dengan t-shirt dan celana jeans panjang. Dia membawa tas selempang yang berisi dompet, ponsel, dan beberapa barang lainnya. Karena Mollie tidak bisa mengemudikan mobil, dia memilih untuk menggunakan angkutan umum. “Ma, aku pergi dulu,” pamit Mollie. “Oke, hati-hati di jalan.” “Ya!” Mollie berjalan menuju ke sebuah halte, dan tidak berselang lama sebuah angkutan umum datang untuk mengantarkan dia ke kota. Selama di dalam Camioneta, Mollie melihat ada beberapa roh yang duduk di kursi kosong. Mollie memilih untuk berdiri dan tidak mengusik mereka. akan tetapi seseorang yang baru saja masuk ke dalam sana menegur Mollie karena menghalangi jalannya. “Hei, ada banyak kursi kosong. Kenapa kau tidak duduk?” tanya seorang pria. “Tidak, aku lebih suka berdiri, Tuan.” “Baiklah, aku akan duduk.” Cukup lama perjalanan menuju ke kota, dan membuat Mollie merasa sangat lelah karena harus berdiri. “Nona, duduklah! Kenapa kau tidak menempati kursi kosong? Apa  kau tidak memiliki uang untuk membayar?” tanya seorang pria yang memiliki tugas untuk menarik uang dari penumpang. “Tidak seperti itu, aku memiliki uang. Ini … maaf, aku hanya tidak nyaman jika duduk.” “Baiklah, terserah kau saja. Perjalanan menuju ke kota masih jauh, aku harap kau bisa menahan rasa pegal di kakimu.” Mollie hanya tersenyum dan dia kembali menatap ke arah depan. Tiba-tiba saja ada roh yang berdiri di tengah jalan dan membuat Mollie sangat takut. Beruntung Mollie masih bisa menahan teriakannya, sehingga tidak ada yang berkata aneh padanya, Jantung Mollie berdetak sangat cepat, rasa takutnya membuat tubuh itu terasa lemas. Dan akhirnya, kendaraan itu berhenti di depan halte pusat kota. “Nona, kau bisa turun di sini jika mau ke pusat perbelanjaan yang ada di sana,” ujar sopir. “Baiklah, terima kasih.” Mollie mengambil langkah untuk menuruni kendaraan itu. Dan saat sampai di halte, lagi-lagi Mollie dikejutkan dengan seorang gadis remaja yang tengah berdiri seperti menunggu seseorang. “Kenapa dengannya?” gumam Mollie. Gadis itu mendengar ucapan Mollie dan menatapnya dengan tajam. Mollie mengalihkan pandangan dan kembali berjalan menuju ke pusat perbelanjaan yang ada di kota Venezuela. Mollie masuk ke dalam sebuah Mall besar di sana, dia berkeliling untuk mencari beberapa barang. “Kenapa ada banyak sekali yang berubah dari tempat ini?” gumam Mollie.’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN