1. Husband

1037 Kata
Prang! Stela membanting piring berisikan makanan yang disodorkan padanya. Ia menatap garang para asisten yang berjejer di hadapannya. "Maaf nyonya, apa sarapannya tidak enak?" tanya pelayan itu takut. Gigi Stela bergemelatuk saking marahnya. Ia benci terjebak dalam sangkar mewah ini. Ia juga benci diperlakukan seperti tuan putri. Lebih lebih ia benci dengan pemilik rumah mewah ini yang notabennya adalah suaminya sendiri yang resmi satu bulan lalu. Pernikahan Stela bukan pernikahan impian dimana ia menikah dengan orang yang ia cintai. Ia menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Dijodohkan dengan orang Kaya pewaris Sanjaya Group. Perusahaan yang bergerak di bidang perkapalan dan industri pangan. Ia tidak suka hidupnya diatur. Seperti saat ini contohnya, harus sarapan jam setengah tujuh pagi dengan menu daging, dan sayuran. Apa mereka pikir Stela anak kecil? Umurnya sudah dua puluh tiga tahun, dan ia ingin kebebasan. Cara satu satunya membuat mereka muak adalah, dengan menjadi pembangkang. Bukan sekali dua kali Stela membanting piring, tapi berkali-kali. Stela tidak peduli, toh suaminya kaya. "Stela, makanlah. Nanti suamimu marah!" ujar Claudia, asisten pribadi sekaligus Bodyguard yang disewa sang suami khusus untuk Stela. Sangat berlebihan. "Biarkan dia marah. Aku tidak peduli!" jawab Stela dengan tajam. Mendengar suara gaduh, membuat pria dua puluh delapan tahun menghampiri dapur. Ia menaikkan alisnya memandang para asisten rumah tangganya yang menunduk di hadapan istrinya. Rupanya sang istri berulah lagi. "Belum jinak juga ternyata!" ujar Vicky menghampiri istrinya. Ia mengisyaratkan para asistennya untuk pergi. Ia akan mengurus istrinya sendiri. "Nyonya Stela San-" "Jangan sebut aku dengan nama belakangmu. Aku membencimu!" pekik Stela menatap garang suaminya. Stela bukan istri yang patuh dengan suami. Stela pembangkang, galak dan garang. "Oke baiklah, jangan menatapku dengan tatapan bencimu itu. Karena bagaimanapun juga aku suamimu!" kata Vicky tersenyum miring. Senyum miring Vicky adalah satu hal yang membuat Stela muak. "Cepatlah sarapan. Kamu tidak ingin terlambat kerja bukan?" tanya Vicky tersenyum. "Aku tidak butuh sarapan!" pekik Stela beranjak dari duduknya. Ia keluar dari dapur dan mengarah ke luar rumah. Ia akan bekerja. Jangan pikir pekerjaan Stela adalah model agensi, atau pemilik butik terkenal. Stela bekerja di kantor suaminya sebagai Ofice girl. Stela lulus dengan nilai terbaik sebagai sarjana ekonomi, tapi dengan malangnya ia berakhir di kantor suaminya sendiri sebagai Office girl. Dengan lancang, Vicky mem-blok namanya sebagai daftar hitam agar ia tidak bisa bekerja di perusahaan manapun. Awal menikah, Vicky bersikeras tidak membolehkannya bekerja. Stela boleh bekerja tetapi di kantor yang sama dengannya. Stela jelas menolak, bahkan ia hampir melempar batu di kepala Vicky. Namun, pada akhirnya ia suntuk di rumah mewah milik Vicky itu. Vicky sudah menawarinya sebagai sekretaris pribadi atau manager, tapi Stela menolak. Ia tidak mau terus-terusan melihat wajah Vicky. Maka itu, Stela memutuskan untuk menjadi Ofice Gril saja. Tidak ada yang tau kalau Stela istri Vicky. Karena Stela mengancam akan bunuh diri kalau Vicky membuka suara. Aneh memang, Stela seakan malu memiliki suami setampan Vicky, yang bahkan diidolakan kaum hawa di luaran sana. Kalau mendengar kata Bastard boss pasti yang terlintas dalam pikiran kita adalah laki-laki yang sudah sukses di usia muda. Tampan dengan rahang yang tegas, mata tajam dan sexy menggoda. Stela akui, kalau Boss sekaligus suaminya mempunyai ciri-ciri tersebut. Namun ia tidak akan mau mengakuinya. Rasa bencinya pada Vicky sudah terlalu dalam. Kalau ditanya apa alasan Stela benci? Stela akan bungkam. Ia juga tidak tau mengapa ia begitu benci dengan sesosok manusia itu. Stela bukan gadis yang terlahir dari keluarga biasa yang dinikahi pria kaya. Stela lahir dari keluarga yang berada, walau tidak sekaya keluarga Sanjaya. Stela berangkat kerja dengan mobil khusus untuk dirinya. Jangan kira Stela menyetir sendiri, karena itu tidak akan terjadi. Vicky melarang keras Stela membawa mobil sendiri. Harus ada sopir dan harus ada Claudia yang menemani. Stela melewati jalur khusus agar semua orang tidak tau dia antar jemput dengan mobil. Bisa ketahuan identitasnya nanti. Setelah sampai tempatnya bekerja, Stelah langsung melepas cardigan yang dia kenakan dan siap mengambil sapu. Sedangkan Vicky yang sejak Stela berangkat juga membuntuti perempuan itu, sekarang juga sudah sampai di kantor. Bedanya Stela menuju ruangan Office girl, Vicky menuju lantai tertinggi di mana letak ruangannya.  Stela sangat menikmati perannya menjadi Office girl. Menyapu, mengepel, membuat teh dan kopi bukan perkara sulit. Setidaknya itu yang dia rasakan dua minggu ini. Vicky melihat istrinya mengepel lantai dari CCTV yang terhubung di laptopnya. Istrinya sangat bodoh. Menyia-nyiakan fasilitas yang dia berikan dengan cuma-cuma. "Permisi, sir! Saya akan bacakan jadwal anda hari ini," ucap Monica yang sudah lama berdiri di depan bos nya. Sedari tadi Monica hanya melihat bosnya yang menatap tajam layar laptop. Ia tidak berani mengganggu sebelum bos nya itu menatapnya. "Silahkan!" jawab Vicky singkat. "Jam sembilan ada rapat dengan CEO Danuarta company, jam sebelas meeting dengan direksi, makan siang bersama Klien dan jam tiga ada rapat dengan devisi marketing." papar Monica dengan suara tegas. "Siapkan keperluannya!" titah Vicky yang langsung diangguki Monica. Monica bukan tipe sekretaris penggooda. Ia tegas dan cekatan. Itu karena Vicky menyeleksi dengan ketat calon sekretarisnya. Ia tidak suka sekretaris yang modal tampang, memakai pakaian kurang bahan dan berpotensi sebagai penggoda. Tentu saja Vicky pria normal. Namun bukan berarti dia sembarangan dengan menciptakan skandal yang selalu menjadi rumor atasan dan sekretaris. Vicky hanya ingin satu orang untuk seraanjang dengannya, yaitu Stela Aurora. Gadis garang yang sulit dijinakkan. ___________ "Stela, sapu yang di situ!" perintah Talita dengan angkuh. Stela menurutinya. Ia menyapu ruangan khusus Office Girl yang harusnya menjadi tanggungjawab bersama. "Ini kenapa kacanya masih kotor? Cepat bersihkan juga. Setelah itu ambil kopi bawa kesini!" titah Talita lagi. Stela mengangguk saja. Dari awal Stela masuk, Talita sudah menunjukkan aura permusuhan. Ini bukan saatnya Stela bertindak. Stela hanya membatin. Diamnya untuk mengintai. Stela menata kopi di nampan untuk ia bawa ke ruangan mereka, "Perlu bantuan, Nona?" tanya seorang pria yang dia ketahui bernama Kana. Pria yang baik bagi Stela. Kana Office boy senior berusia dua puluh lima tahun. Pembawaan yang kalem dan senyum yang selalu manis. Tampak lebih bersahabat. "Tidak perlu, Kana. Aku bisa sendiri," jawab Stela tersenyum malu. Kalau sudah sama Kana, Stela akan berubah jadi gadis yang malu-malu mau, jaga image, dan bersikap sok lembut. Kelakuan Stela membuat Kana gemas, tangan Kana dengan lancang mengusap puncak kepala Stela.  "Tampaknya aku memang tidak rela kamu di luar rumah, Sayang!" ujar Vicky menyeringai memandangi layar laptopnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN