Disaat panggilan terakhir terputus, ia mendapatkan telepon dari karyawannya.
"Mbak, galeri kita kebakaran." ucap karyawan tersebut.
"Apa? Kebakaran? Kok bisa?" tanya Athena yang begitu sangat terkejut saat mendengar bahwa galeri yang ia bangun dengan susah payah kini terbakar.
"Mbak tolong cepat kesini." pintanya lagi.
Fokusnya langsung beralih pada kebakaran yang menimpa galerinya, Athena kembali melajukan mobilnya ke arah daerah Ciputat tempat galerinya berada.
Sementara Axton melaju kembali ke bandara, Athena sudah kembali pergi meninggalkan bandara.
Athena memacu kendaraannya secepat mungkin, berharap dia masih bisa menyelamatkan beberapa hasil karyanya yang terpajang, mungkin juga beberapa design yang ia miliki.
Beruntung perjalanannya menuju Ciputat tidaklah macet dan tidak mendapatkan banyak halangan, dan betapa terkejutnya Athena saat melihat galeri miliknya sudah benar benar tidak bisa diselamatkan, si jago merah benar benar sudah melahap habis bangunan beserta semua isinya.
Lemas sudah tubuh Athena, melihat bagaimana semua hasil jerih lelahnya selama ini hanya tinggal puing puing saja, semuanya sungguh menyesakkan d**a.
"Bu, tidak ada yang bisa kita selamatkan, semuanya terjadi secara tiba-tiba." ucap Hasna salah satu karyawannya.
Athena terpejam, ia terduduk lemas di atas tanah, ia menyaksikan dengan jelas para petugas pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api yang membakar studio kecil miliknya.
"Yang sabar ya bu." ucap salah satunya dengan mengusap punggung Athena dengan lembut.
Sementara Axton, ia mengambil langkahnya lebar lebar, bahkan setengah berlari, pria bertubuh tinggi tegap itu terus berusaha menyapu seluruh area bandara berharap ia dapat menemukan sosok wanita yang ia cari.
Namun setelah mencari kesana kemari Axton tak juga menemukan, bahkan lagi lagi pria itu tidak juga mendapatkan jawaban, setiap kali ia melakukan panggilan pada Athena.
"Kamu kemana sih?" gumam Axton, setelah panggilan terakhirnya tidak juga mendapatkan jawaban dari Athena.
Akhirnya setelah menunggu dan mencari kurang lebih hampir 3 jam lamanya, akhirnya dia menyerah dan kembali dengan tangan kosong, raut wajahnya sungguh sudah tidak bersahabat, dan sangat tidak sedap dipandang, walaupun ia begitu tampan, wajah angkernya membuat orang-orang bergidik ngeri setiap berdekatan dengannya.
Wanita ini sungguh membuatnya sakit kepala, dipermainkan sebanyak 2 kali, dan itu benar benar membuatnya kesal.
Athena berjongkok untuk mengais salah satu buku yang setengahnya sudah terbakar hangus, itulah sisa harta benda yang ia miliki, ia menyapu seluruh bangunan yang tinggal puing puing hitam, jangan dihitung lagi sudah berapa banyak air mata yang keluar dari kelopak matanya.
Semuanya sudah tidak ia pedulikan, hidup sebatang kara, tanpa sanak saudara, memulai karir dari nol, dan kini semua luluh lantah tak bersisa, apakah dunia sekejam ini?
1 hari kemudian.
Athena duduk termenung disudut rumahnya, menatap kosong sebuah fish bowl yang berisi ikan koki yang asik berenang kesana kemari, tak ada gairah bahkan keinginan hidup setelah studio miliknya terbakar hangus.
"Na.. udah dong, elu jangan kayak gini terus, kita semua bakal bantu elu buat bikin studio lagi, Na." ucap Tere yang kini duduk disampingnya.
Athena tetap terdiam tak merespon apapun kata kata Tere.
"Na.. gue tau studio itu penting banget buat elu tapi, hidup harus tetap berjalan, kita bisa mulai lagi semuanya dari awal, Na." balas Sisil
Athena mendesah pelan dan menyugar rambut hitam pekat miliknya, lantas ia mengusap wajahnya kasar dengan telapak tangan.
"Gak semuanya bisa dilakukan dengan mudah, studio itu gue bangun dari nol, ada banyak kenangan disana, elu juga tau sendiri gimana gue bekerja keras siang dan malam buat studio itu, lalu sekarang, semuanya udah hancur lebur, musnah dan gak ada yang bersisa." ucapnya dengan suara datar, emosi nya sudah habis saat kebakaran itu terjadi, jadi yang ia rasakan kini hanyalah sebuah kekosongan tanpa denyut kehidupan.
"Terus rencana loe kedepannya gimana?" tanya Ratu sembari menghisap Vape miliknya.
Athena menggeleng pelan dengan pandangan yang masih lurus kedepan "Gak tau."
"Buka studio lagi?" tanya Ratu lagi.
"Belum tau, gue gak tau, udah habis semua hasrat gue buat buka studio lagi, modal gue aja udah habis, tabungan gue terakhir buat bayar lunas apartemen ini, jadi gak tau nantinya gue mau kayak gimana, masih blank banget." jawab Athena.
"Ya udah, elu pikirin lagi aja rencana loe kedepannya nanti, kalau elu mau buka studio lagi, elu bilang sama kita kita, kita siap bantu kok Na, kita ada buat lo." balas Sisil dan dijawab senyuman oleh Athena.
Axton berjalan dengan wajah dinginnya, pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut kecoklatan bergaya spike itu hanya sesekali ia melemparkan senyuman tipis pada seluruh karyawan yang menyambutnya dengan tatapan kagum dan juga segan.
Hari ini Axton mengenakan stelan jas berwarna abu, dia memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya, berjalan dengan wibawanya yang tinggi dengan didampingi beberapa petinggi perusahaan, Requel Steel, incorp.
"Lakukan pertemuan dengan seluruh dewan direksi dalam 1 jam lagi." perintah Axton, pada seluruh petinggi perusahaan yang mendampinginya.
"Baik.” jawab mereka dengan tegas.
Braakkkkkk..
Axton melemparkan dengan kasar setumpuk berkas yang ada ditangannya, semuanya tercengang melihat bagaimana kengerian wajah pimpinan mereka, ketidakpuasan jelas terlihat dari wajahnya dingin.
Ini adalah meeting pertama mereka dengan pimpinan baru, dan mereka sudah mendapatkan kejutan yang bertubi-tubi, dimulai dengan audit perusahaan yang dilakukan dadakan, kemudian meeting berjam jam hanya untuk mengobrak abrik sistem perusahaan yang semuanya terasa bagaikan tsunami untuk semua karyawan Requel Stell, incorp.
Dan saat ini semuanya menundukkan kepala tanpa berani menatap wajah Axton yang sedang murka.
"Saya tunggu sampai besok sore, pastikan laporan yang kalian buat sudah benar!" dan setelah itu Axton meninggalkan ruang meeting tersebut tanpa berkata-kata lagi.
2 minggu kemudian.
Setelah Athena menyendiri selama 2 minggu ini akhirnya ia memilih bangkit, namun tidak dengan membuka studio lagi, melainkan memilih untuk bekerja di perusahaan lain.
"Sil, ini lamarannya langsung gue kirim aja kesana?" tanya Athena lewat sambungan teleponnya pada Sisil.
"Iya Na, elu langsung kesana aja, kebetulan hati ini lagi ada interview, jadi elu bisa langsung diinterview disana." jawab Sisil dari seberang sana.
"Ya udah, gue kesana sekarang, thanks ya, Sil." balas Athena.
"Okay." balas Sisil.
Athena memutuskan untuk memilih bekerja saja, karena modal untuk membuka studio juga sudah tidak ada.
Ia berjalan dengan tidak terburu-buru, karena waktu interviewnya juga masih sekitar 20 menit lagi, hingga tanpa terasa kini Athena sudah sampai di lobi perusahaan yang dia tuju.
Athena terus mengayunkan langkahnya menuju lantai 15 tempat diadakannya interview hari ini.
Wanita dengan tubuh tinggi semampai itu duduk tenang menunggu gilirannya setelah ia menyerahkan berkas lamaran pada staf yang menerima lamaran pekerjaannya, sesekali ia memainkan ponsel miliknya melihat beberapa feed instagramnya, sudah 2 minggu ini Athena benar benar mengabaikan ponselnya dan tidak memperdulikan beberapa panggilan ataupun pesan yang masuk kedalam ponselnya, hingga disaat itu ia melihat notifikasi dari aplikasi kencan online dan membuatnya teringat dengan seseorang yang pernah mengisi hari-harinya sebelum kebakaran itu terjadi, 'Apakabar dia ya? Apa dia jadi ke Indonesia?' pikirnya dalam hati.
Axton melihat beberapa tumpukan berkas lamaran yang sudah tertumpuk dimeja kerjanya, dan tumpukan berkas lamaran itu sudah hasil dari seleksi pihak HRD, namun ada 1 berkas lamaran yang menarik perhatiannya, Axton mengambil berkas tersebut dan membuka amplopnya coklat itu.
Kedua alis matanya mengerut saat melihat foto cantik seorang gadis yang membuat seulas senyuman tersungging diwajahnya, 'Athena, akhirnya'
Axton lantas berjalan menuju cermin yang terletak di sudut ruangannya, ia lantas melihat dirinya di cermin, melihat penampilanya saat ini, tampan dan mempesona, apa yang kurang darinya? Tidak ada.
"Athena Hillary Julianto" namanya dipanggil dan Athena bersiap bangkit berdiri, hari ini ia mengenakan kemeja bermotif garis zebra, dan celana panjang dan high heels berwarna senada.
"Nona Athena, silahkan masuk." ucap sekertaris tersebut,
Athena mengangguk sopan dan kemudian memasuki ruangan yang full kaca stopsol atau solar heat reflective glass, ruangan ini begitu sangat cerah namun juga terasa sejuk.
"selamat siang." sapa Athena pada seluruh jajaran petinggi perusahaan yang bersiap untuk mewawancarai dirinya.
Semuanya tampak berwajah datar, walaupun memberikan sedikit senyuman untuk Athena, namun itu tetap saja membuat suasan tegang didalam dirinya.
Dari sekian petinggi perusahaan yang melihat kearahnya hanya ada satu orang yang tidak melihatnya, entah siapakah itu, dia duduk membelakanginya dibalik kursi kebesarannya.
"Athena Hillary Julianto, cumlaude dari Universitas Trisakti, wow.." ucap salah satu orang yang mewawancarainya.
Athena tersenyum simpul.
"Sebelumnya, apa kegiatan kamu?" tanya pria berkepala botak yang berusia sekitar 40an.
"Saya membuka studio butik gaun pengantin."
"Kemudian?" tanyanya lagi.
"Sekitar 2 minggu lalu studio saya kebakaran dan menghanguskan seluruh isinya, jadi akhirnya saya lebih memilih untuk mempergunakan ilmu yang pernah saya pelajari sebenarnya untuk terjun ke dunia pekerjaan ini." jawab Athena dengan tegas.
Sementara para petinggi lain sedang mewawancarai Athena, Axton hanya mendengarkannya dengan serius tanpa ikut berbicara bahkan memutar tubuhnya untuk melihat kearah Athena.
"Baiklah nanti kami kabari anda secepatnya." ucap Hendra mengakhiri sesi wawancara tersebut.
Selepasnya itu Athena mengundurkan diri dari hadapan mereka, ia lantas bangkit berdiri dan memutar tubuhnya bersiap untuk melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Disaat Athena bangkit berdiri Axton mencuri pandang untuk melihat sejenak sosok Athena dari ekor matanya, wanita itu sungguh cantik walau tanpa polesan make up berlebihan, terlihat natural dan semakin membuatnya tergila-gila. 'Gadis ini'
Selepasnya Athena berlalu meninggalkan ruangan tersebut, Axton lantas membalikan tubuhnya dan tersenyum puas dengan setiap jawaban yang diberikan Athena pada bawahannya.
"Aku mau gadis itu." ucapnya yang langsung membuat seluruh orang diruangan itu mengerutkan kening dengan wajah yang penuh tanda tanya.
"Besok hubungi dia, katakan dia sudah bisa mulai kerja di perusahaan ini." dan setelah itu Axton bangkit berdiri, merapikan jasnya dan meninggalkan mereka tanpa pesan lagi, hingga membuat mereka saling pandang satu sama lain.
Axton berjalan dengan riangnya, tetap tenang namun senyuman itu tidak luntur dari wajahnya yang tampan, bagaikan mimpi disiang bolong, semua karyawan menatapnya dengan wajah bingung, sejak kapan atasan mereka yang baru, bisa tersenyum seperti itu? Apa dia salah minum obat? Tanya mereka yang sebenarnya terdengar jelas ditelinga Axton, namun Axton memilih untuk mengabaikannya begitu saja.