*Membaca Al-Qur'an lebih utama*
Hari ini Aditya berdandan dengan rapi, di pagi buta bahkan pria itu sudah membangunkan Nafisah untuk membuatkan nya sarapan. Dengan alasan ada acara bersama teman-teman satu profesinya. Nafisah tang dengan mudahnya percaya tidak banyak bertanya dan hanya mengikuti semua yang diperintahkan Aditya. Bahkan suaminya itu tadi malam minta dibuatkan kue bolu yang akan ia bawa saat acara hari ini.
"Mas, harus sepagi ini?" Tanya Nafisah yang Hera dengan kegiatan suaminya yang terlihat tidak seperti biasanya.
"Iya, harus hari ini kenapa?"
"Kok mendadak banget, dan juga bawaan mas itu malah kesannya mau ngunjungi orang penting."
Sontak ucapan Nafisah membuat Rian tanpa sadar meneguk ludahnya kasar. Kenapa istrinya mendadak sangat pintar sekali ferguso? Menjadi detektif.
"Ya kan temen-temen gue semua, makanya penting."
Nafisah mengangguk kembali. "Mas Agam ikut?" Tanya Nafisah yang mengenal teman satu profesi Aditya.
Mendengar nama Agam di sebut, Aditya memicingkan matanya curiga menatap istrinya yang secara tiba-tiba menanyakan lelaki lain.
"Kenapa emang? Lu ngapain nanya Agam? Naksir?" Tanya Aditya.
Nafisah langsung menggeleng menolak tuduhan suaminya. Apa salahnya ia bertanya mengenai rekan sesama pilot Aditya? Kan pria itu juga berjumpa dengan Agam nantinya.
Bugh!
Ayah Aditya langsung berdiri dari duduknya. Menatap Aditya dengan wajah penuh luka dan rasa kecewa.
"Selama ini setiap apa pun yang kamu lakukan akan ayah maafkan dan ayah mencoba ambil posisi bagaimana jika jadi kamu. Akan tetapi untuk kali ini jujur saja, ayah sangat kecewa, Adit. Kamu tidak hanya melukai Nafisah sebagai istri kamu, tapi kamu juga membuat saya sebagai ayah kamu ingin mati rasanya."
Ucapan ayahnya sontak membuat Aditya menatap sang ayah tidak percaya, ia juga melirik sang ibu yang langsung membuang muka saat bertatap dengan nya.
"Tapi ini pilihan Aditya, seharusnya ibu sama bapak mendukung, bukan malah seperti ini."
"Semua ibu dukung, apa keputusan kamu yang gak ibu dukung, Adit? Semua! Tapi kali ini ibu gak bisa mentolerir, kamu sudah sangat keterlaluan, mulai sekarang jangan lagi anggap saya ibu mu Adit, jangan! Ibu mu sudah mati sejak hari ini."
Deg!
Aditya langsung berdiri dari duduknya, begitu juga dengan Andini yang tidak menyangka jika penolakan kedua orang tua Aditya sampai segitunya.