Aditya membuka kulkas dan melihat hanya ada telur dan juga sawi. Ia berfikir keras hendak membuat sarapan apa , dengan bahan seadanya ia melihat mie instan satu bungkus lagi, dengan telaten bermodalkan mie instan, telur dan sawi hijau, ia memasak semua itu menjadi hidangan sarapan pagi ini, mungkin nanti dirinya akan berbelanja mengisi kulkas apartemen miliknya yang berada di Bali.
Tak lama ponselnya menyala, menampilkan pesan umminya yang marah-marah karena nomor Nafisah terhapus dari ponsel miliknya, padahal memang sengaja dihapus. Aditya tidak menjawab pesan itu, ia lebih memilih menyantap sarapannya dan ingin mempercepat kepulangannya ke rumah agar kembali merasakan jajanan yang dibuat oleh Nafisah. Akh, dirinya rindu batagor depan sekolah tempat Nafisah mengajar itu. Mungkin nanti kalau pulang ia akan langsung menuju ke sekolah itu sekalian menjemput istrinya.
Tak lama Andini datang dengan air lemon yang memang selalu ada setiap mereka berpergian. Andini si obesesi memiliki berat badan yang ideal.
"Kamu makan sandwich?" Tanya Andini heran. Aditya menatap istri keduanya ini dengan mata Yang malas.
"Iya, kenapa? Gak boleh?" Tanya Aditya sarkas. Andini tidak menjawab dan memilih diam. Dari pada menerima amukan suaminya, lebih baik membiarkan Aditya memakan sandwich itu, lagian ada sayurnya sebagai penyeimbang.
Mereka makan dalam diam, dan sepanjang makan, Aditya teringat dengan masakan Nafisah yang sangat menggugah selera, astaga! Ia harus pulang malam ini, tidak mau tahu!
"Yang, kita pulang nanti malam aja gimana?" Ajak Aditya yang membuat Andini heran.
"Nanti malam? Yakin?"
Aditya mengangguk. "Iya, nanti aku bakal tinggal di rumah kamu empat hari, dan tiga hari di rumah Nafisah."
Mendengar oenawaran itu, Andini mengangguk setuju, setidaknya suaminya lebih lama menghabiskan waktu dengan dirinya dibandingkan dengan Nafisah.
"Yaudah, gitu juga boleh."
"Senin sampai Kamis aku di rumah kamu, Jum'at Sabtu Minggu, aku di rumah Nafisah."
Andini hanya mengangguk, tanpa dia sadari pembagian hari yang sesungguhnya lebih menguntungkan Nafisah, pasalnya Aditya akan menghabiskan weekend bersama istri pertamanya itu, dan ketika hari kerja akan bersama dengan Andini.
Aditya mengecup pipi Andini dengan mesra, merasa beruntung tuhan mengabulkan harapannya. Menjadi suami Andini adalah hal yang selalu Aditya semogakan di tengah penolakan dunia serta takdir. Takdir yang harus mengikatnya bersama dengan seorang gadis yang berprofesi sebagai seorang guru, gadis yang sederhana dan gadis yang memiliki kemampuan memikat siapa pun, termasuk dirinya.
Yah, Aditya akui jika dirinya merasa nyaman di dekat Nafisah, hanya sebatas nyaman dan tidak lebih sama sekali. Rasa cintanya masih milik Andini seutuhnya dan ia hanya ingin menghabiskan hidupnya bersama dengan Andini bukan dengan Nafisah.
"Love you." Bisik Aditya sembari mengecup pelan bibir ranum Andini. Wanita itu tersipu malu lalu membalas kecupan suaminya. Keduanya seakan terlupa tengah berada di keramaian dan tidak menutup kemungkinan ada yang melihat aksi mereka itu.
"Suami Nafisah? Kok ciuman dengan wanita lain?"