Bab 17 : Semangat Nafisah, Luka Rio.

398 Kata
"Kak serius? Sebanyak ini?" "Kenapa? Ini aja masih kurang sebenarnya." Jawab Nafisah yang lagi lagi membuat adiknya terkejut bukan main. "Emang mau masak buat acara apa sih kak?" "Mas mu mau pulang, jadi kudu masak banyak. Dia kan lagi doyan makan." Rio langsung terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Ia menatap kakaknya yang sudah berjalan memasuki kawasan pasar lagi dengan sendu. Bagaimana nanti jika harapan kakaknya tidak sesuai dengan kenyataan? Bagaimana nanti jika Aditya ternyata tidak pulang? Menunggu beberapa menit tak lama muncullah Nafisah yang membawa plastik kecil berisi kulit pangsit. Setelah semua lengkap, Nafisah memutuskan untuk pulang ke rumah dan mulai memasak. Ia bahkan sampai lupa menanyakan kapan Aditya akan tiba? Jadi pulang atau tidak? Dan dengan keyakinan bahwasanya sang suami akan pulang, Nafisah memasak berbagai menu lezat yang menjadi kegemaran suaminya salah satunya yaitu batagor Dengan saus kacang. Nafisah juga memasak rendang daging yang kemarin suaminya minta. Satu jam kemudian semua sudah tersaji di meja makan, ia tersenyum puas dan melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. "Bentar lagi mas Aditya pasti pulang, mending aku mandi dulu deh. Masih ada waktu." Nafisah membersihkan dirinya dengan cepat, takut jika Aditya tiba dirinya masih berada di kamar mandi. "Miss you, Mas." Ujar Andini setelah memberikan kecupan pelan di bibir suaminya. Aditya yang mendengar itu tersenyum lebar dan langsung menarik Andini untuk masuk ke dalam mobil. . "Yang, udah! Capek tau." "Bentar ih, dikit lagi. Nanggung." Aditya terus menggempur sang istri hingga beberapa menit kemudian keduanya berakhir saling memeluk erat tanpa mengenakan pakaian nya. Tanpa mereka sadari, aksi keduanya sedari tadi kegiatan mereka tengah disaksikan seorang remaja yang matanya sudah memerah dengan air mata yang mengalir. Tangan remaja itu mengelap sempurna terlebih ketika melihat bagaimana mobil itu bergoyang yang menunjukkan kegiatan yang sedang dilakukan. "Maksud kamu?" Tanya Aditya dengan jantung yang berdebar kencang, ia berusaha menepis pemikiran buruknya dan ingin mendengar dengan jelas perkataan sang istri. "Iya, aku belum mau hamil, jadi mas jangan berharap itu dari aku sekarang," ujar Andini tanpa melihat suaminya. "Terus, kapan? Kapan kamu mau hamil anak aku?" Tanya Aditya tanpa sadar meremas stir dengan kencang. "Belum tahu, dan aku belum berpikir sampai ke sana." "Hahaha... Hahaha... Bodoh aku yah, berharap setelah menikah kamu akan memikirkan hubungan kita, ternyata kamu gak sepeduli itu saja pernikahan kita." Andini melirik Aditya dengan cepat, namun langsung membuang tatapannya begitu melihat wajah Aditya yang sudah diliputi emosi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN