* hari ini ia akan mencari Aditya ke ujung dunia sekalipun.
Drtt... Drtt... Drtt...
Andini melihat layar ponsel yang berkedip, awalnya ja berharap jika yang menghubungi nya adalah Aditya, akan tetapi begitu melihat jika nama Tiara lah yang muncul membuat ia malas mengangkat panggilan tersebut, ia sudah tidak ingin berteman dengan Tiara lantaran gadis itu membekas Nafisah dan menyudutkan nya empat hari yang lalu.
istrinya ini tengah ngambek dan marah besar dengannya karena selama sebulan menjauh.
"Halo," sapa Adit kembali lantaran tidak ada jawaban yang dilontarkan Andini dari seberang sana.
"Sayang," lirih Adit lagi, tak lama terdengar suara Isak tangis yang sangat menyayat hati Aditya. Ia telah menyakiti sesosok wanita yang selalu menemaninya dari nol, dan dengan tidak tahu dirinya ia malah mengabaikan wanita itu selama sebulan ini.
gue sama Andini berantem iya?"
Nafisah menggeleng, ia tidak bermaksud demikian, kenapa suaminya malah menuduhnya dengan tuduhan yang tidak beralasan?
"Mas, kenapa mas bisa nuduh Nafisah kayak gini, Nafisah sama sekali tidak ada memegang ponsel, selama sama mas juga Nafisah gak ke mana-mana kan? terus gimana bisa mas nuduh Nafisah melakukan hal ini."
Aditya terdiam, ia juga baru ingat jika sedari tadi istrinya berada bersama dengannya dan tengah sibuk mencetak anak, jadi kapan istrinya mengirimkan foto itu, dan juga ia sangat mengetahui karakter Nafisah yang tidak mungkin sengaja melakukan hal itu.
menunjukkan hubungan kalian di hadapan Nafisah, seolah-olah Nafisah tidak memiliki hati dan perasaan."
Aditya terdiam, namun ia langsung terperenjat kaget begitu melihat Nafisah yang berjalan menjauhi kamar dan ingin berjalan keluar dari dalam kamar hotel.
"Yang, ,mau ke mana?" panik Aditya menahan tangan istrinya yang ingin keluar dan pergi.
"Nafisah tidur di penginapan aja, Mas. Mas kalau mau nemuin Andini silahkan, Nafisah gak punya hak untuk ngelarang, dan mas, stop panggil Nafisah dengan sayang, aku-kamuan, sumpah Nafisah sakit dengernya saat sadar kalau semua itu cuma sekedar panggilan tanpa makna."
Setelah mengatakan hal itu, Nafisah keluar dari rumah dan sama sekali tidak lagi menatap Aditya. Meninggalkan sejuta rasa hati di dadanya yang sedih melihat hubungan yang ia kira telah membaik nyatanya hanya hubungan semu penuh dengan kebohongan semata.
"Ya allah, kenapa harus luka seperti ini yang engkau kirim untukku, rasanya sangat menyakitkan sekali." batin Nafisah menjerit, beruntung taksi pesanannya datang tepat waktu. Sehingga ia tidak harus menunggu waktu lama untuk pergi dari hotel yang mungkin seumur hidup akan selalu ia ingat sebagai tempat yang sangat menyakitkan.
Selama di perjalanan pulang, Nafisah memilih bungkam dengan menatap jalanan kota yogyakarta yang ternyata masih ramai meskipun sudah larut malam. Hal yang membuat ia sadar bahwa dirinya merasa kesepian di tengah keramaian saat ini.
Sedangkan Aditya sendiri hanya bisa terduduk lemas di atas ranjang, dengan pikiran yang semrawut. Andini yang marah dan Nafisah yang memilih mengalah membuat dirinya merasa sangat bimbang, kenapa hubungan yang ia jalani begitu rumit? ia sangat tidak sanggup jika terus saja begini. menghadapi dua wanita secara bersamaan dengan permasalahan yang berbeda membuat Aditya stres dan mungkin bisa mati muda.
"Bini mana ini yang harus gue bujuk ya Allah, bisa-bisanya ngambek barengan bikin gue stres aja."
Aditya memilih menidurkan dirinya, yang tadinya ia berharap bisa menikmati kesenangan bersama dengan Nafisah, malah harus seperti ini dengan nasib kembali tidur sendirian, sungguh malang sekali nasibnya, punya istri dua akan tetapi seperti tidak memiliki istri. ini yang dinamakan percuma memiliki seorang istri kalau ia malah merasa seperti seorang duda yang ditinggalakan para istrinya pergi.
"Senangnya dalam hati, kalau beristri dua, seperti dunia ana yang punya, halah taik! bini gue pada ngembek semua. Yang ada gue kayak duda njir." Aditya membatin pilu, ia melirik ponsel nya yang juga mendadak sepi tidak ada penghuni, nasibnya kok begini banget lagi.
"YA ALLAH TOLONG KIRIM SATU LAGI BINI UNTUKKU, AGAR KALAU DUA NGAMBEK, MASIH ADA SISA SATU. KALAU TIGA-TIGA NGAMBEK KIRIMIN SATU LAGI YA ALLAH."
Doa seorang suami yang tidak bisa berbuat apa-apa saat istrinya ngambek.