Lingkaran Pemuja Setan

3967 Kata
"Wanita itu berada di sekitar sini saat ini," ujar Antares pada Xynth sambil mengemudikan mobil SUV mewah mereka. Xynth duduk di sebelahnya sementara Rigel yang paling muda duduk di jok belakang. "Kau bisa mengingat wajahnya?" tanya Rigel pada Xynth. "Tidak," cetus Xynth tak acuh. "Kita akan tahu dengan sendirinya nanti." "Ah, sialan, seharusnya dukun itu ada di sini untuk membantu kita menangkap nomor lima belas, tapi sekali lagi Betelgeuse kabur di saat kita lengah!" ucap Antares sambil memukul setir mobilnya. "Dia tidak akan kabur lama kali ini," jawab Xynth tenang. "Lagi pula aku tidak bermaksud menangkap perempuan itu, aku hanya ingin tahu apa tanda luka perak benar-benar ada di tubuhnya. Bagaimanapun, menempati tubuh perempuan bukanlah sesuatu yang akan sudi untuk aku lakukan. Betelgeuse harus mencari jalan keluar yang lain." "Tapi bagaimana jika dia memang tubuh kelima belas dan satu-satunya jalan keluar yang tersisa bagimu seperti kata Betelgeuse?" tanya Antares. Xynth melirik Antares dengan jengkel. "Kau sepertinya sejak tadi semangat sekali mendengar ide seorang calon raja langit menjelma sebagai perempuan, ya? Kalau kau jadi aku, apa kau mau hidup puluhan tahun ke depan SEBAGAI WANITA?!" "Ahahaha, aku kan hanya bertanya," ujar Antares sambil tertawa. "Tapi, bagaimana ya hidup manusia perempuan? Kudengar mereka mengalami haid dan hamil---" "Hentikan Antares!" kata Rigel sambil menyentuh bahu Antares. Rigel selalu melakukannya setiap berusaha membuat Antares berhenti mengucapkan kata-kata yang akan membuat Xynth meledak dalam amarah. Itu sudah seperti kode di antara kedua pengawal putra mahkota tersebut. "Itu dia, kan?!" ucap Antares mendadak sambil melihat sosok wanita berjalan sendirian dengan sempoyongan di kegelapan malam. Ia merasa terselamatkan dari bahaya kemarahan Xynth dengan melihat penampakan tubuh kelima belas. "Ya, sepertinya itu dia, Fortuna Ramaya," jawab Rigel sambil mencondongkan tubuhnya ke depan untuk melihat lebih jelas. "Mengapa cara jalannya begitu? Apa dia sedang mabuk?" tanya Antares sambil memperlambat laju mobil mereka. "Lagi pula... mengapa dia pakai baju senorak itu?! Bahkan aku yang bukan manusia saja menganggap penampilannya sangat buruk!" "Tubuhnya setinggi 158 senti," gumam Xynth kepada dirinya sendiri, seolah sedang menghapalkan banyak hal dari wanita itu. "Badannya kurus, rambutnya pendek dan kering, dan kulitnya seperti tidak terawat. Sekarang aku makin yakin Betelgeuse pasti salah. Dia dukun amatir!" Antares berusaha keras tidak menimpali ucapan Xynth, demikian juga Rigel yang membisu. Keduanya tahu bahwa Xynth seolah sedang menolak kenyataan dan terlihat sangat frustasi. "Dia pasti punya keistimewaan tertentu, kan? Apa kita harus melihat tanda perak di tubuhnya?" ujar Xynth lagi. "Bagaimana cara kita untuk bisa melihatnya?" Xynth tidak pernah benar-benar bertanya. Rigel tahu bahwa ia selalu memberi perintah di balik pertanyaannya. Baik ia dan ibunya sama-sama memiliki sifat khas yang sama. Mereka pemarah, arogan dan sesukanya. Meskipun begitu, Rigel lebih baik menghadapi Xynth dibanding ibunya karena jika Xynth masih bisa menahan rasa ingin membunuhnya, ibunya sebaliknya. Dia wanita paling mengerikan yang Rigel tahu selama ini. "Aku akan coba mengeceknya dari sini," kata Rigel sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah sosok perempuan di luar, yang tengah berjalan terhuyung-huyung di jalanan itu. Ia melepas sebuah sinar biru kecil dari telunjuknya dan membuat tubuh wanita yang sedang membelakangi mereka itu seketika menjadi terang. Semilir angin meniup rambut di bagian leher wanita itu dan ketiga pria yang berada di mobil bisa melihat bahwa tidak ada tanda perak apa pun di sana. "Di kakinya juga tidak ada," lanjut Rigel lagi sambil memperhatikan betis wanita yang baru disinarinya dengan cahaya itu. "Apa mungkin tanda perak itu ada di pahanya?" ujar Antares penasaran. Kali ini Antates meniupkan angin ke bagian bawah gaun Fori dan membuat Xynth dan Rigel sama-sama berteriak kaget. "Apa yang kau lakukan, bodoh!" seru Rigel sambil memukul kepala Antares "Apa kau tidak malu melihat bagian dalam tubuh perempuan?" "Tapi itu tubuh kelima belas Xynth. Nanti juga kita akan sering melihatnya," jawab Antares polos dan membuat mata Xynth seketika berkilat-kilat penuh amarah padanya. "Kalau aku sampai harus menjadi wanita, akan kupastikan kau juga menjadi wanita!" "Ma-maaf, Xynth," ujar Antares sambil menahan tawa. "Tapi kita benar-benar harus mengecek segalanya, kan? Siapa tahu tanda peraknya ada di bagian paha atau punggung, atau d**a, atau bagian itu---" "Diam kau!" teriak Rigel menolak membayangkannya. "Tanda itu tidak mungkin ada di tempat-tempat seperti itu. Siapa tahu ada di telapak kaki, telapak tangan, kepala atau wajah!" Kali ini Xynth yang tidak sabar tiba-tiba mengangkat jarinya dan memutar tubuh Fori dari tempatnya jatuh terduduk. Ia lalu membuat perempuan itu menghadap ke arah mobil mereka. Dari kejauhan, Fori tampak tercengang-cengang memandangi tubuhnya sendiri. "Wajahnya jelek sekali," gumam Xynth tidak percaya melihat wajah mabuk Fori yang aneh. Ucapannya pun spontan membuat dua temannya kembali tenggelam membisu. Tidak berhenti sampai di sana, Xynth kemudian mengangkat tangan Fori dan membuat telapak tangan gadis itu menghadap ke arah mereka. Wajah Fori terlihat seperti terbingung-bingung merasakan tubuhnya bergerak sendiri. Gadis malang itu dibuat terus berputar, terjatuh, terbangun dan tertiup angin malam. Ia kemudian juga membuat gadis itu terguling dan menerbangkan sepatunya - lalu membuat telapak kaki Fori menghadap ke arah mereka sampai Fori ternganga di tempatnya duduk dan terjungkal. Setelah tidak melihat apa pun di sana, Xynth kini berniat untuk menggunduli kepala perempuan itu dengan menerbangkan semua rambutnya. Tapi mendadak perempuan itu menjerit sambil menangis dan mengumpat-ngumpat seorang diri ke udara. Ia masih tidak melihat mobil Xynth di depannya. "Bi-biar aku turun saja dan bertanya langsung padanya, itu cara paling sopan," ujar Rigel mulai panik kalau Xynth akan membunuh perempuan malang itu. Tapi Xynth menghentikannya. "Aku saja yang turun," ujar Xynth mendadak. "Aku harus melihatnya secara langsung." Rigel belum sempat berbicara namun Xynth sudah membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa dan segera turun. "Menurutmu nyawa gadis itu akan aman?" tanya Rigel khawatir setelah melihat Xynth keluar dan berjalan meyakinkan ke arah Fori. Antares hanya mengangkat bahunya di depan setir dan tertawa. "Ini akan seru!" ujarnya senang. Di tempatnya Fori menangis tersedu-sedu sambil terduduk di aspal jalanan. Rambutnya kini kusut karena sempat berdiri semua akibat tertiup angin kencang. Sepatu pantofel murahannya juga entah bagaimana mendadak terbang dan terlepas dari kakinya. Kini ia terjatuh dengan penampilan awut-awiutan dan maskara hitam yang sudah luntur di wajahnya akibat menangis sedari tadi. Fori benar-benar terlihat seperti hantu mengerikan di tengah jalan dan merasa hidupnya sangat sial hari itu. "Apa-apaan ini?! Tadi karena Hannah, sekarang bahkan angin pun ingin menghancurkan hidupku. Alam pasti benar-benar membenciku," kata Fori pada dirinya sendiri sambil meraung-raung dengan penampilan yang tidak jelas. Ia kemudian berusaha berdiri di tempatnya dengan susah payah dan menatap ke arah langit dengan kesal. "LANGIT SIALAN, KAU PIKIR AKU PEDULI JIKA KAU MEMUSUHIKU?!!!" Xynth melonjak kaget mendengar teriakan Fori saat berjalan mendekat ke arahnya. Langkahnya terhenti karena terkejut melihat Fori mengumpat dengan kasar ke langit secara nonstop. Sekarang aku mengerti kenapa perempuan ini mendapat kutukan dari langit, batin Xynth dalam hati. "Siapa kau?!" bentak Fori mendadak setelah membalikkan badannya dan melihat ada soaok pria yang mematung menatapnya. Wajah mabuknya merah padam karena amarah dan terlihat sangat mengerikan. "Kau juga ingin menghancurkan hidupku?!" Xynth tidak langsung menjawab. Ia melihat mata wanita kacau di depannya itu mendadak memicing. "Tu-tunggu sebentar, apa aku pernah mengenalmu?" lanjut Fori lagi sambil melangkah terhuyung-huyung dan mendekat ke arah Xynth, yang malam itu hanya mengenakan piyama tidur dan slippers berwarna putih. "Wajahmu seperti sangat familiar." Xynth bergerak mundur saat melihat Fori semakin mendekat ke arahnya. Namun mendadak tangan Fori mencengkram lengan Xynth yang bertubuh tinggi dan melotot ke wajah Xynth. Pria itu tiba-tiba bergidik ngeri. "Aku pernah melihat mata perakmu," desis Fori sambil mendongak ke wajah Xynth dengan napas yang berbau alkohol. "Kau... kau... pemuja setan yang mencuri tubuh Sega, kan?!" "Pe-pemuja setan?" tanya Xynth kebingungan. Ia melihat tatapan penuh amarah dari wajah Fori, namun gadis itu mendadak merengut dan kedua pipinya bergerak seperti mengulum, seakan sedang berjuang melawan sesuatu. "Tu-tunggu sebentar," ujar Xynth sontak tersadar akan situasinya. Ia baru akan beranjak kabur tapi termyata sudah terlambat. Fori sudah mengeluarkan isi perutnya yang sejak tadi bergejolak tepat di bagian d**a Xynth dan mengotori piyama pria itu. "Aku akan membunuhmu, manusia sialan!" desis Xynth dengan wajah murka. Xynth dapat mendengar Antares tertawa terpingkal-pingkal di dalam mobil dan ia langsung mengirimkan tamparan keras ke wajah Antares dari jauh. "Sega, aku harus bagaimana?," ucap Fori mendadak pada Xynth dengan suara pelan, sambil menunduk di d**a pria itu. "Aku harus bagaimana? Mereka semua jahat padaku dan kau tidak lagi melindungiku. Sekarang aku harus bagaimana?" Xynth melihat Fori mengangkat wajah sedihnya dan menatap pria itu dengan air mata berlinang. Ia menangis tersengguk-sengguk di d**a Xynth dan kini terlihat sangat rapuh. "Aku benar-benar sendiri sekarang dan mereka semua membenciku. Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau tidak mau mengingatku?" jerit Fori histeris sambil memukuli d**a Xynth dengan keras dan terus menangis. Xynth tercengang. Ia belum pernah melihat wanita menangis kepadanya secara langsung, tidak di bumi, tidak di Kiklios, dan tidak dalam seribu tahun masa hidupnya di bumi. Tubuh Xynth mematung dan entah mengapa ia menjadi bingung akan melakukan apa. Di saat ia mulai merasakan iba kepada Fori, tiba-tiba wanita itu mengeluarkan muntahannya sekali lagi dan mengenai baju Xynth lagi sampai ke kedua kakinya. Xynth baru akan meluapkan emosinya yang memuncak dan melempar tubuh wanita itu ke ujung bumi, namun mendadak ia mematung. Pria itu melihat sebuah sinar perak kecil miliknya muncul dari bagian bahu kiri belakang Fori ketika pria itu menyentuhnya. Bola mata perak Xynth membesar dan ia terdiam kaget melihatnya. Baru saja ia akan memegang sinar perak miliknya di bahu Fori, mendadak Fori bergerak. "Diam sebentar, aku ingin melihat sesuatu," ujar Xynth padanya. Tapi wajah Fori terlihat bingung menatap wajah Xynth yang sangat serius. Ia tahu pria itu berniat menyentuhnya dan kini Fori mulai merasa takut. "Kau mau apa?" tanya Fori padanya sambil menepis tangan Xynth dari pundaknya. Xynth tidak menjawab dan kembali berusaha menyentuh pundak Fori. "K-kau mau apa?" tanya Fori lagi kali ini dengan langkah mundur. Ia mulai menganggap Xynth hidung belang berbahaya. "Diam!" hardik Xynth padanya dengan keras sambil membuka paksa bagian atas baju Fori, lalu menyentuh pundak belakang Fori dengan tangannya. "Kau... kau adalah nomor lima belas," ucap Xynth kemudian dengan wajah syok. Fori yang tidak paham hanya melongo di tempat, merasakan tangan Xynth di bagian atas punggungnya. Sedetik kemudian, ia tersadar dan segera mendaratkan tamparan keras di wajah Xynth. Gadis itu langsung berteriak minta tolong sambil berusaha melarikan diri. --- "Siapa namamu?" Polisi berseragam coklat yang bernama Joko mengulang pertanyaannya dan memandang wajah Xynth dengan tatapan aneh. Baik Xynth, Fori dan Rigel berada di kantor polisi malam itu akibat laporan pelecehan seksual yang diajukan Fori atas Xynth. Antares sendiri mendadak menghilang entah ke mana usai semuanya menjalani tes urine. "Xynth, namaku Xynth." "Nama panjang sesuai KTP?" tanya Pak Joko lagi. "Tidak ada, hanya Xynth," jawab pria itu dengan sombong sambil duduk santai tanpa sekali pun memandang wajah polisi di hadapannya. Mata Xynth terus menatap tajam ke arah Fori yang kini sudah setengah tersadar dari mabuknya. "Namanya dulu adalah Sega Adrian, tapi orang ini mengganti namanya menjadi Xynth sewaktu kecil," ucap Fori sambil mencondongkan setengah badannya ke meja Pak Joko yang tengah mengetik tersebut. "Keluarganya juga aneh," lanjut Fori lagi. "Bapak tahu kan rumah bukit yang sangat besar itu? Nah, dia dan keluarganya tinggal di sana. Mereka semua jarang ke luar rumah dan mereka seperti keluarga pemuja setan. Desas-desus di daerah kami mengatakan bahwa banyak asisten rumah tangga yang hilang di rumah mereka dan keluarga mereka meminum darah orang-orang itu seperti vampir." Pak Joko bengong melihat Fori yang tidak berhenti nyerocos dan terlihat seperti berapi-api. "Pemuja setan? Vampir?" ucap polisi itu dengan nada setengah frustasi pada Fori. Ia kemudian menoleh ke arah Xynth yang melirik jengkel pada gadis itu. "Kenapa kau mengganti namamu?" tanya Pak Joko pada Xynth. "Nama itu membawa sial," jawab Xynth dengan asal kepada Pak Joko, namun wajahnya masih mendelik ke arah Fori. Pria itu tak berhenti menyemprot parfum mahal ke piyamanya yang sudah dibersihkan dari muntahan Fori tadi. "Tempat dan tanggal lahirmu?" "Kiklios, 10 juta tahun lalu," jawab Xynth dengan enteng. Polisi tersebut seketika membenamkan kepalanya di mejanya dan kemudian mendongak lagi dengan wajah merana. "Anak muda, kalian sedang mempermainkan polisi? Saya sedang menjalankan kewajiban negara dari pagi sampai tengah malam begini hanya untuk mendengar ocehan gila kalian?!" "Maaf, Pak," ucap Rigel dengan sopan sambil menyentuh pundak Xynth dengan isyarat untuk diam. Ia kemudian menyerahkan KTP Xynth pada polisi tersebut. "Ambil informasi dari sini saja, Pak!" Pak Joko memandang KTP di depannya sambil membaca data Xynth dan kemudian mengetiknya. "Umurmu baru dua puluh tahun dan Fori masih berusia tujuh belas tahun. Dua bulan lagi ia baru akan berusia delapan belas tahun. Hmmh!" Pak Joko mendadak melihat jengkel ke arah Fori yang wajahnya masih memerah karena efek sisa alkohol. "Seharusnya anak berusia di bawah 21 tahun belum diperbolehkan meminum alkohol. Kau tahu itu, kan?! Dan kau---" Polisi itu memotong kata-katanya sendiri dan kali ini menatap tajam pada Xynth. "Dan kau, laki-laki muda sepertimu harus bisa bersikap sopan pada yang lebih tua dan menjawab pertanyaan serius polisi dengan benar!" "Betul sekali," kata Xynth, kali ini sambil memandang wajah polisi tadi dengan sinis. "Seharusnya yang lebih muda bersikap sopan pada yang lebih tua!" Polisi tersebut menggeram kesal melihat tatapan arogan Xynth padanya dan menggenggam erat tanggannya sendiri untuk menahan emosi. "Anak muda, kau tahu kalau kau sedang dalam tuduhan serius? Wanita ini mengatakan kalau kau melecehkannya, kau bisa saja mendekam di penjara setelah ini." "Dan kau," - lanjut pak Joko lagi kepada Fori - "kau mabuk-mabukkan padahal belum cukup umur untuk meminum alkohol. Kau juga bisa masuk sel malam ini juga!" "A-aku tidak---" jawab Fori putus-putus, namun ucapannya langsung dipotong oleh Xynth. "Saya tidak perlu melecehkan wanita ini. Bapak bisa lihat perbedaan kami, kan? Buat apa seseorang seperti saya harus melecehkan perempuan seperti dia?!" ucap Xynth sambil menunjuk ke arah wajahnya sendiri kemudian wajah Fori. "Seseorang sepertimu?! Perempuan seperti aku?!" ulang Fori dengan intonasi tinggi. "Heh, kau merasa kau paling sempurna ya?! Kau ini menganggap dirimu pangeran atau bagaimana?!" "Ya," jawab Xynth enteng dan memang itu faktanya. "A-apa?! Dasar laki-laki psikopat narsistik!" "Kau harus lihat kenyataannya," ujar Xynth tenang. "Aku tampan, kaya raya dan pintar. Aku bisa mendapatkan perempuan mana pun yang aku mau. Mengapa aku harus melecehkan perempuan jelek, bodoh, miskin dan pelanggar hukum sepertimu?" "Pelanggar hukum?! Hehhh!" teriak Fori dengan histeris. Ia berdiri sempoyongan dari kursinya. "Kau sudah melecehkanku dan mengatakan bahwa aku yang melanggar hukum?!" "Kau punya bukti bahwa aku melecehkanmu? Kau bahkan muntah di badanku, seharusnya aku yang mengajukan keluhan!" "A-aku....," Fori terlihat bingung sesaat. "Ah, pasti di sana ada CCTV jalanan. Rekamannya bisa membuktikan ucapanku!" "Tepat sekali, ada CCTV, di jalan dan ada black box di mobil kami," desis Xynth pada Fori. Ia kemudian menatap Pak Joko yang menyimak pertengkaran keduanya dengan raut lelah. "Saat ini teman saya yang satu lagi sedang mengambil kartu memori black box mobil kami. Sebentar lagi akan ketahuan, apa saya benar-benar melecehkan perempuan ini atau tidak!" "Kau jelas-jelas membuka bajuku dan menyentuh punggungku!" teriak Fori dengan kesal. "Dasar laki-laki m***m!" "He-hentikan," ujar Pak Joko berusaha melerai keduanya sambil tetap memaksakan diri tersenyum. "Aku? m***m?!" "m***m, psikopat dan pemuja setan!" "Hentikan!!!" teriak Pak Joko kepada mereka. Sementara di tempatnya Rigel segera bergerak cepat untuk menyentuh bahu Xynth dan menenangkannya sebelum pria itu marah dan meledakkan seluruh bangunan di sana. "Aku benar-benar akan membunuh wanita ini," desis Xynth dari balik giginya ke telinga Rigel sambil berusaha menahan emosi. Ia menarik dan menghembuskan napasnya berkali-kali untuk menahan emosinya "Ini makanya aku benci manusia!" "Sa-sabar, dia hanya sedang mabuk," bisik Rigel padanya. "Sebentar lagi Antares akan tiba." Antares yang sedari tadi ternyata berada di tempat parkir masuk ke pintu ruang tersebut hanya sedetik setelah Rigel memperkirakan kedatangannya. "Aku sudah membawa rekaman black box mobil kami," ujar Antares sambil menyerahkan sebuah kartu kecil kepada Pak Joko yang jelas terlihat muak menghadapi masalah dengan anak muda jaman sekarang. Polisi tersebut segera memasukkan kartu itu dengan menggunakan card reader, dan memutar rekaman sambil memperlihatkan layar laptopnya kepada mereka semua. Fori mendekat dan melihat isi rekaman dengan seksama. Ia luar biasa kaget saat melihat rekaman black box menunjukkan fakta sebaliknya. Pada video tersebut, Fori terlihat seperti orang mabuk yang gila dan mengejar-ngejar Xynth serta mencoba mencium pria itu dengan paksa. Pria itu terlihat seolah menolak, dan Fori menampar wajahnya. Fori bengong di tempatnya berdiri karena merasa tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu. Namun rekaman itu jelas mempertontonkan wajah dan gerakan Fori secara detail. Perempuan itu terjatuh lemas di kursinya dan tampak sangat syok "Apa kau tidak berlebihan mengganti isi videonya? Aku terlihat seperti pria lemah dan memalukan dalam video ini," bisik Xynth kepada Antares sambil mencengkram lengan pria itu diam-diam. "Aduh!" teriak Antares tertahan sambil memegang lengannya yang seketika membiru. "Kita harus melakukannya dengan maksimal agar ini menjadi lebih meyakinkan." Rigel menatap sama kesalnya pada Antares. "Meyakinkan kepalamu!" Pak Joko menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengangkat alis tebalnya pada Fori, yang terlihat masih bengong tak percaya dengan penglihatannya sendiri. "A-aku ti-tidak...," ucapFori gugup. "Mereka pasti mengeditnya. Aku tidak pernah melakukan hal aneh seperti ini!" "Mereka mengedit video dengan pixel gambar yang jelas ini hanya dalam waktu sejam?" sindir sang polisi kepada Fori. "Inilah akibatnya jika anak yang tidak terbiasa minum lalu memaksakan diri minum terlalu banyak alkohol." Wajah Fori berubah merah padam. "Untuk apa aku berusaha mengejar dan menciumnya? Aku bahkan tidak pernah menyukai pria ini!" "Kau terus menyebutku Sega dan sepertinya menganggapku orang lain," ucap Xynth datar padanya. "Aku? Melakukan itu?" Pak Joko memperhatikan wajah Fori yang terlihat seperti linglung dan sangat malu. "Apa kalian benar-benar akan meneruskan kasus ini?" tanyanya kini dengan ogah-ogahan. "Saya akan membuat laporan balik terhadap wanita ini," ujar Xynth cuek. "Kita akan membuat laporan balik?" tanya Rigel terkejut dan dengan suara pelan kepada Xynth "Dia akan memohon padaku untuk dilepaskan dan aku akan mengajukan syarat padanya, kita tunggu saja!" jawab Xynth pada Rigel setengah berbisik. Benar saja, setelah lama terdiam mematung dan menahan tangis karena malu, Fori mendadak berlutut di hadapan Xynth dan memohon. "Ma-maafkan aku," ucap Fori dengan wajah memerah dan takut. "Aku benar-benar tidak sadar saat melakukannya. Jika sadar, aku jelas tidak akan pernah melakukannya. Aku tidak bahkan pernah mencium pria mana pun. Bagaimana aku bisa sedemikian t***l mengejar-ngejar laki-laki hanya untuk menciumnya." Fori kini semakin meraung-raung. "Tolong maafkan aku, aku tidak bisa mendapat catatan buruk kepolisian karena beasiswa kuliahku di Universitas Immaculata akan dicabut pihak yayasan jika mereka tahu. Kumohon!" "Baru beberapa menit lalu kau menyebutku pria m***m dan psikopat, sekarang kau memohon ampun dariku?" Fori memandang wajah Xynth yang seperti di atas angin dan menangis tanpa dibuat-buat. Ia terlihat sudah sangat putus asa. "A-aku benar-benar menyesal. Aku benar-benar tidak sadar dan sudah sangat keterlaluan. Tolong maafkan aku. Aku akan melakukan apa pun kemauanmu sebagai gantinya! Kumohon!" "Apa pun?" tanya Xynth dan pria itu mendadak menarik garis senyumnya dengan tipis sambil menatap Antares dan Rigel yang menyeringai lebar. "A-apa pun selagi itu tidak melanggar hukum," jawab Fori dengan mata sembab. "Kumohon! Aku tidak boleh memiliki catatan hukum yang buruk." Xynth pura-pura berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab Fori. "Baiklah, aku akan mempertimbangkan janjimu dan memberimu jawaban besok pagi." "Se-sekarang aku bagaimana?" tanya Fori dengan panik. "Kau pelaku kriminal, kau harus mendekam semalam di sel tahanan sebagai konsekuensi atas tindakanmu dalam membuat laporan palsu, pelecehan dan ucapan fitnah. Aku akan mencabut laporanku jika kau berhasil mengubah pikiranku besok pagi!" Pak Joko tersenyum. Ia tahu Xynth hanya menggertak dan tidak benar-benar berniat memenjarakan gadis itu. Ia juga bisa membaca jika Fori bukan wanita pelanggar hukum. Gadis itu hanya bernasib sial karena minum alkohol di pesta perpisahan sekolahnya. Ia pun mendekati Fori yang masih terisak dan membawa wanita menyedihkan itu ke sel tahanan sementara di kantor mereka; tepat setelah Xynth dan lain-lain meninggalkan kantor itu. "Kau mau aku menghubungi salah seorang kerabatmu?" tanya polisi yang baik itu pada Fori. Fori menggeleng lemah. "Tidak, Suster Elsa akan panik jika tahu saya berada di kantor polisi. Kalau diperbolehkan, biarkan saya mengirim pesan sebentar lewat handphone saya kepadanya. Saya perlu mengatakan padanya bahwa saya akan menginap di tempat teman agar ia tidak perlu khawatir." "Silahkan," jawab Pak Joko. Begitu Fori pergi ke meja tempat penyimpanan ponselnya, polisi tersebut segera mendekati rekannya di bagian kriminal yang sedari tadi sibuk mengecek sesuatu di ruangan bagian dalam. "Rumah di atas bukit yang terkenal itu," - ucap Pak Joko mendadak padanya - "bukankah ada seorang Kompol di Polres Bogor yang tengah menyelidiki para penghuninya karena kasus orang-orang hilang?" Pria muda yang sedang duduk di mejanya itu menengadah. "Kompol Lingga?" "Ah ya, namanya Lingga. Dia sedang menyelediki pemilik rumah itu dan tidak pernah berhasil ketemu, kan?" "Sepertinya benar. Kenapa?" "Tidak, hanya saja... aku ingin memberitahunya bahwa anak pemilik rumah itu tadi ada di sini. Ia muncul untuk pertama kalinya." --- "Jadi dia benar-benar nomor lima belas? Betelgeuse tidak berbohong?" tanya Rigel dan Antares serempak dengan kaget di atas mobil, dalam perjalanan pulang mereka. "Ada sinar perak milikku di bagian pundaknya, tapi anehnya kali ini tidak berbentuk garis, melainkan elips," jawab Xynth mengawang. "Apa artinya bentuk lambang itu?" tanya Rigel. "Aku tidak tahu, Betelgeuse yang pastinya tahu atau harus mencari tahu." "Aku tidak percaya ini. Meski dari kemarin aku bercanda soal nomor lima belas, tapi aku masih tidak yakin bahwa ia memang tubuhmu selanjutnya. Ternyata memang benar," ucap Antares kali ini serius. "Ini benar-benar gawat dan bahaya jika semua yang di Kiklios tahu soal ini. Kurasa bagaimanapun kau harus segera memberitahu ibumu, Xynth." Kali ini Rigel setuju pada Antares. "Hanya ibumu yang mungkin akan mampu mengatasinya." "Jangan sekarang, ia dalam situasi genting menghadapi konflik dengan kerajaan Andromeda," ucap Xynth dengan raut gelisah. "Untuk sementara kita harus terlebih dahulu mencari tahu banyak hal tentang lima belas. Bagaimana dia yang manusia murni bisa menjadi tubuh kelima belasku? Ini masih sangat aneh." "Apa sebenarnya dia bukan manusia? Apa dia sebenarnya bagian dari kerajaan langit selain Kiklios?" tanya Rigel lagi. "Tidak mungkin, kita semua akan tahu jika dia bukan manusia murni dari cahaya tubuhnya. Dan satu hal yang pasti... Betelgeuse juga akan tahu dan memberi tahu kita jika ia berpikir lima belas bukan manusia murni." "Kau akan membebaskan lima belas besok pagi?" "Sepertinya begitu," jawab Xynth kepada Rigel seolah terpaksa. "Kasihan juga lima belas. Dia tidak tahu bahwa bukti itu telah direkayasa," timpal Rigel lagi. "Kau sudah memikirkan akan meminta apa darinya sesuai permohonannya tadi?" "Belum, tapi itu pasti akan berguna kelak." "Ngomong-ngomong," ujar Antares mendadak terpikir sesuatu. "Jika kita akan terus menerus menguntit nomor lima belas, bukankah para polisi akhirnya akan curiga pada kita nanti?" "Untuk itu aku akan membuat kedekatan kita dengannya nanti terkesan natural," jawab Xynth pada Antares. "Tadi dia bilang akan masuk ke Universitas Immaculata? Cari tahu ke bagian mana dia akan masuk dan kita akan ikut mendaftar di sana. Kita akan coba mengawasinya dalam jarak dekat mulai sekarang." "Baik," jawab Antares patuh. "Ah, aku bersemangat sekali. Sudah lama kita tidak masuk ke universitas para manusia semenjak.... tubuh kedelapan Xynth dulu?" "Kita tahu hampir semua jawaban pendidikan apa pun di bumi dan Xynth dulu sudah menggunakan kapasitas otak manusianya sampai seratus persen." timpal Rigel. "Itu yang membuat dulu kita memutuskan untuk tidak lagi menjalani pendidikan formal seperti layaknya manusia yang lain dan hanya menjalani homeschooling sebagai formalitas. Menarik juga kalau mendadak kita kembali berbaur secara normal versi para manusia." "Kita juga harus kembali mencari Betelgeuse. Dia pasti masih ada di sini karena kalau dia di Kiklios, dia pasti sudah mati," ujar Xynth lagi. "Aku akan berusaha melacak Betelgeuse," jawab Rigel sebelum diperintah. "Kita harus benar-benar mencari cara agar aku tidak perlu menempati tubuh kelima belas. Untuk itu Betelgeuse harus di sini." "Xynth, ini hanya usulku, kau bisa melupakannya jika kau tidak mau," ucap Antares hati-hati. "Meskipun terdengar kejam, apakah tidak sebaiknya kau mendekati lima belas dengan lebih... baik sebagai laki-laki, untuk mencegah kemungkinan buruk ke depannya? Bagaimanapun jika memang harus menempati tubuhnya, bukankah kau harus mempelajari apa pun tentangnya sehari-hari?" Rigel terdiam dan tidak menyanggah; yang artinya ucapan Antares tadi bukan ide buruk baginya. Sementara Xynth tidak bereaksi apa pun atas usul Antares padanya. Itu artinya, Xynth sendiri memang sudah berencana untuk melakukannya. Pria dengan kedudukan paling tinggi di langit itu akan berusaha mendekati Fori.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN