3

2896 Kata
"Hyung, aku akan ke flat Taeri noona." "Lagi?" "Tidak ada pekerjaan, bukan?" Yoongi mengetukan jarinya bertempo ke meja kayu yang berada di depannya saat ini. "Apa menariknya sih saat kau hanya bisa memasukinya dengan jari? Lagipula apa kau puas hanya dengan mulutnya itu?" Jungkook mendecih. "Itu urusanku hyung!" "Kau bahkan bisa mendapatkan lebih dari Subin –" "Aku tidak mencintainya. Hyung yang memintaku bersamanya." Min Yoongi menghela napasnya. "Jadi kau mencintai gadis yang kau awasi di depan layar seharian saat berada di apartement mu itu?" "Tentu saja." "Tapi dia tidak mencintaimu." "Dia mencintaiku. Dia mengatakan sendiri. Aku tidak ingin berdebat, hyung. Aku ingin bertemu noona." Jungkook begitu saja pergi berhalau. "Yak Jungkookie!" Jungkook menoleh dan berdecak. "Apalagi hyung?" "Jangan membuat ulah. Jika kau melakukan sesuatu di luar kendali. Aku tidak akan membantu membereskannya kecuali masalah pekerjaan. Kau tahu kan –" "Iya! Iya! Sudah ya aku harus pergi sekarang." Jungkook benar-benar pergi dari apartement Yoongi saat itu. Yoongi hanya menghela napasnya dalam hening. *** Jungkook memarkirkan mobilnya. Hari ini dia berencana membawa Taeri ke pusat perbelanjaan. Menyuruh gadis itu memilih apa saja yang dia inginkan dengan black card yang ada di tangannya. Wanita suka berbelanja. Wanita suka dimanjakan dengan kemewahan. Setidaknya itulah yang Jungkook pelajari dari wanita-wanita yang pernah bersamanya. Dia tahu begitu juga Taeri. Jungkook tidak mepermasalahkan sama sekali karna menurutnya itu adalah hal realistis dan manusiawai. Tepat ketika Jungkook sedang memarkirkan mobilnya, irisnya terhenti pada satu titik. Tidak jauh dari sana Taeri berdiri, baru saja turun dari sebuah mobil. Jungkook punya ingatan yang sangat baik. Itu adalah dokter di tempat Taeri bekerja. Dokter yang pernah mengantarnya pulang. Jungkook mencengkram stir sambil menatap dua orang yang saling melempar senyum itu. Memuakan. Jungkook tidak suka melihat Taeri terlihat semanis itu dengan pria lain. Pria itu segera masuk kembali ke dalam mobil. Setidaknya itu dapat meredakan rasa kesal Jungkook. Namun keterkejutan datang ketika tepat sebelum pria itu meng-gas mobilnya menjauh, dia membuka kaca –dan memberikan ciuman di bibir Taeri. Manik Jungkook membulat lebar. Rahangnya mengatup geram. Tangannya mengepal gemetar karna amarah. "Sialan!" Makinya sambil memukul stir. Sebelum Taeri benar-benar masuk ke flat, Jungkook sudah keluar untuk menghentikan gadis itu. "J-jungkook." Tanpa mengatakan apa-apa, Jungkook langsung mengangkat tubuh Taeri seolah gadis itu sangat ringan. Dia menggendongnya dan memasukan dalam mobil. "J-jungkook a-ada apa?" Tanya Taeri bingung. "Diam kau jalang!" Maki Jungkook. Taeri terdiam. Tertegun. Jungkook tidak pernah seperti ini. Tidak pernah sekalipun. Jungkook yang dia kenal adalah pria yang sangat manis, baik, penyayang –dan sedikit bodoh untuk Taeri. Pria itu membelikan barang-barang yang Taeri inginkan dan membuat rekening tabungannya penuh. Taeri hanya perlu membiarkan jemari Jungkook mengacak-acak semua bagian tubunya, bibirnya dan lidahnya siap bermain untuk lidah atau pusat kenikmatan Jungkook. Terakhir dia hanya perlu merapal sedalam apa dia mencintai Jungkook –dia memang mencintai Jungkook. Bukan cinta dalam arti dalam. Mungkin bisa disebut juga rasa suka. Tapi Taeri bukan tipe gadis yang akan memakan kata cinta telak-telak. Jungkook mempunyai pacar walaupun gadis itu memang tidak mengetahuinya. Sementara dia dan Jungkook tidak memiliki status apapun. Tentu saja Taeri tetap akan meladeni pria tampan dan kaya raya yang menarik lainnya. Dia suka uang. Tak terbantahkan. Tidak ada alasan signifikan lainnya yang menyedihkan atau semacamnya. Berhubungan dengan pria tampan dan mendapatkan yang dia inginkan adalah dua keuntungan bagi Taeri. Begitulah kehidupannya. Tapi dia tidak pernah tahu sampai pada saat ini –semua itu akan berakhir. *** Jungkook melempar Taeri dari gendongannya ke kasur berukuran kingsize. Dengan sigap dia langsung meyatukan kedua tangan gadis itu dan mengikatnya pada bahu kasur. Merobek dengan kasar pakaiannya yang menutupi tubuh Taeri. Gadis itu berontak susah payah namun kalah telak oleh kekuatan Jungkook. Betapa dominan pria itu hanya dengan tatapan dapat membuat nyali Taeri menciut. Membuat dirinya bertanya-tanya kemana pria manis yang selalu manja yang memanggilnya noona sambil mengusap-usap hidungnya di leher Taeri. Dalam satu tarikan celana gadis itu terlepas. Kaitan branya juga telah terlepas dan semuanya terlempar berhamburan di lantai. Netra Jungkook menggelap penuh nafsu dan amarah menjadi satu. "J-jungkook." Suara gadis itu gemetar takut. Jungkook mengarahkan wajahnya ke abdomen Taeri, menciumnya dan perlahan semakin turun –membuat tubuh Taeri melenguh. Punggungnya melengkung karna sensasi menggelitik yang dilakukan bibir Jungkook. Berhenti tepat di atas celana dalam merah yang Taeri kenakanan –Jungkook menggigit bahan celana dalam itu menariknya turun. Mulut Jungkook bekerja dengan sangat baik melepas celana dalam yang dikenakan gadis itu sambil menghirup aroma kewanitaan yang begitu feminine. Jungkook menyukainya. Taeri masih menegang menebak-nebak apa yang akan terjadi sesudahnya. Dalam dirinya masih terbayang Jungkook yang seperti biasanya. Pria baik yang memperlakukannya dengan begitu lembut. Tidak pernah menuntut apapun. Jungkook memeta tubuh Taeri dengan matanya yang meliar. Bisa dibilang ini kali pertamanya dia melihat tubuh gadis itu telanjang tanpa sehelai benang pun secara langsung. Jungkook memang sering memerhatikan di layar dari cctv yang dia pasang –tapi tidak dengan langsung. Hubungan mereka berdua hanya berakhir dengan blowjob atau fingering pada setiap pertemuan. Jungkook tidak masalah, dia bisa memuaskan diri sendiri atau mencari wanita lain yang mau. Dia tidak pernah ingin memaksa gadis itu dan membuat menjadi membenci dirinya. Karna pada faktanya Jungkook terlalu mencintainya. Tapi malam ini semua berubah. Jungkook segera membuka pakaiannya dan juga sabuk yang melingkar di celananya. Dengan sigap dia melepas semuanya agar satu-sama tidak mengenakan apapun. Jungkook merangkak ke atas tubuh Taeri dan menyesap leher gadis itu. Mengusap-usap hidungnya di sana dengan manja seperti biasa. Menghirup aroma tubuh Taeri yang menjadi kesukaannya. Bahkan dia membeli parfum yang sama agar seperti dapat merasakan kehadiran gadis itu setiap saat. Otot leher taeri merenggang ketika Jungkook menjilat-jilat dan menghisap lehernya. Tubuhnya melenguh dengan tangan pria itu yang berada di n****e nya memilin dan menarik. "Mengapa kau mengkhianati ku noona? Kau bilang mencintaiku." Jungkook menggigit punggung Taeri sambil menciumi gadis itu. Membuat Taeri memekik kesakitan. "Kook a-aku –" Gadis itu tidak dapat menjelaskan apapun. Karna yang dikatakan Jungkook adalah benar. "Yoongi hyung selalu mengatakan kau tidak mencintaiku. Sial, dia memang benar! Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu? Ha!" Tangannya yang menangkup p******a Taeri dan lalu meremasnya dengan kencang. Mata Taeri mulai berkaca-kaca. Sakit. "Aku mencintaimu. Aku bersumpah." "Kalau begitu mengapa kau berciuman dengan pria lain? Jalang!" Jungkook menarik kaki Taeri lebar-lebar. Mengangkang. Dia menatap lubang kecil milik gadis itu yang berwarna merah muda. Menggigit bibirnya dengan segala pikiran kotor yang ada di kepala. "Akan kujadikan kau milikku sepenuhnya. Kau adalah milikkku dan tidak ada orang yang boleh menyentuhmu." Mata Taeri membulat mendengar itu. Dia menggeleng lemah. "Jangan Jungkook. Ku mohon Jangan." "Berisik! Kau bilang kau mencintaiku kan?" Jungkook mengocok batang ereksinya dulu sesaat dan kemudian menggesekannya di depan mulut kewanitaan Taeri dengan sengaja. Melumurinya dengan cairan precum mereka. Pria itu kembali menindihi tubuh Taeri dan memasukan ereksi besarnya ke dalam lubang ketat gadis itu. "S-sakit Kook." Taeri mengerang. "b*****t. Kau sempit sekali." Kata-kata kotor keluar dari mulut Jungkook bersamaan dengan hasratnya yang semakin besar. Sejujurnya itu terdengar begitu menggairahkan dan menggila. Kalau saja Jungkook mau menggunakan jari seperti biasanya, Taeri tidak akan menangis seperti ini. "K-kau ingin aku berhenti?" tanya Jungkook. Sejujurnya bagaimanapun dia tidak mau melakukan pemaksaan seperti ini. Taeri tak menjawab tapi memeluk Jungkook erat. Entah apa yang ada di kepalanya. Mungkin, dia perlu menjatuhkan diri dan tenggelam saja sekaligus. "T-tidak." Pinggul Jungkook bekerja dengan keras mendorong miliknya masuk ke dalam. Taeri menjerit kesakitan ketika benda tumpul itu mengoyak kewanitaannya. Tidak ada rasa nikmat sama sekali. Yang ada hanya rasa perih, pilu dan sakit yang bukan main. Air mata Taeri mengalir. Pandangannya kabur berembun karna air mata dan jarinya tidak dapat menyeka karna terikat. Dia hanya bisa mengerjapkan mata berkali-kali sambil merapal permohonan agar Jeon Jungkook berhenti. "Tenang noona, setelah ini akan sangat nikmat. Tahanlah rasa sakitmu. Aku menjamin kau akan ketagihan." Jungkook mendorong masuk penisnya dala satu hentakan kencang sekaligus. Merobek selaput keperawanan Taeri dengan kasar. Begitu tiba-tiba membuat gadis itu menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah. Tidak hanya bibir –tapi darah juga mengalir di kewanitaan Taeri. Tangis gadis itu pecah dengan isakan. Jungkook terkekeh sebentar lalu tersenyum smirk dengan puas. "Kau milikku sekarang. Milikku Kim Taeri." Terbiasa dengan ereksi besar milik Jungkook adalah mustahil dalam kurun waktu singkat apalagi ketika dia baru saja kehilangan keperawanannya. Namun itu tidak membuat Jeon Jungkook peduli. Dia langsung menggerakan pinggulnya. Membuat tempo cepat mengoyak dan menghantam dinding v****a Taeri. Begitu penuh dan sakit. Rasa sakit itu perlahan berbaur menjadi satu dengan nikmat ketika pilu yang dia terima dengan hantaman Jungkook yang begitu kasar di dalam sana. "Ngh-h Kook." Jungkook tersenyum smirk. "Apa kau baru saja mendesah noona?" Wajah Taeri memerah malu. Dia kalah telak. "Sudah aku bilang rasanya akan enak kan? Semua jalang akan menyukai pada akhirnya. Aku tahu kau pun begitu. Harga dirinya diinjak-injak oleh Jungkook saat ini. Dilecehkan dengan panggilan itu. Tapi rasa nikmat sesudahnya menghancurkan sistem kerja otak Taeri. Persetan dengan penolakan dan harga diri yang ada. Jungkook, p***s dan mulut kotor nya itu boleh mengusainya sepenuhnya. "Faster Kook." "Apa yang kau katakan?" Jungkook tersenyum smirk. "N-ngh Kook." "Apa kau tidak tahu cara memohon yang benar, noona?" Jungkook menghentak lagi penisnya dengan keras. Menyentuh titik afeksi. Taeri mengerang hebat. Tapi berikutnya yang terjadi dia malah berhenti. Benar-benar tidak melakukan apapun dengan sengaja. Padahal gadis itu sedang dalam titik ingin percepatan agar dapat sampai pada klimaksnya. Jungkook menyiksa Taeri. Setelah menyakiti wanita itu dengan merebut mahkota nya ketika dia tidak ingin sama sekali dan harus merasakan sakit yang bukan main –sekarang Jungkook malah berhenti ketika Taeri sudah menyerah dan ingin Jungkook menghancurkan dirinya melalui kenikmatan. "f**k me harder Kookie. Jebal juseyo." Taeri menggigit bibirnya memohon pada Jungkook sambil membuka kakinya lebar-lebar. Bangsat. Jungkook mana bisa tahan melihat wanita itu memohon minta dilecehkan. "Kau dan segala sikap jalangmu itu. Sekarang hanya milikku. Milikku seorang. Kau harus sadar siapa yang berkuasa di sini." Jungkook mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Menusuk-nusuk di dalam sana. Menyentuh titik syaraf kenikmatan Taeri tanpa perlu sulit mencarinya. Membuat gadis itu meraung kesakitan namun Jungkook mendnegarnya seperti sebuah alunan music. Dia begitu menyukainya. Menikmatinya. Taeri mendapat pelepasan di hari pertamanya dia melakukan seks. Jungkook memang hebat dalam hal itu. "f**k! Kau sudah keluar sementara aku belum mendapat pelepasanku. Tidak seharusnya begitu. Kau benar-benar nakal sayang." Jungkook mencium Taeri. Menghisap bibir atas dan bibir bawahnya. Menerobos mulutnya dengan lidah dan mengajak berperang. Penisnya sibuk memompa di dalam sana. Jungkook begitu kelabakan dengan nafsunya yang memuncak dan haus akan pelepasan. Cepat dan berantakan tanpa tempo yang selaras menimbulkan bunyi kecipak dari kulit dan cairan mereka yang bergesekan. Napas Jungkook yang terengah sampai suara serak antara lelah bergerak atau terlalu menikmati lubang ketat yang sedang dia terjang berkali-kali. Beriringan dengan napas terengah Taeri karna tidak diberi kesempatan beristirahat sama sekali sebelum Jungkook mendapatkan kepuasan. Padahal jelas dia masih merasakan perih yang teramat dikali pertamanya. Lagi dan lagi. Jungkook terus saja memompa menusuk dalam titik nikmatnya sampai pada akhirnya cairan hangat menyembur di dalam rahim Taeri. Begitu banyak sampai mengalir keluar membasahi paha gadis itu. Lengket dan hangat dengan bau kejantanan yang semerbak. Jungkook berhenti sambil mengatur napasnya. Dia menatap Taeri dan menghapus air mata yang mengalir karna rasa sakit. Dia mengecup ata Taeri dengan lembut. Persis seperti Jungkook yang biasanya. Jungkook juga mengeluarkan penisnya dari lubang kewanitaan Taeri. Membuat gadis itu merasa lega dari siksaan. Kakinya yang mengangkang lebar jatuh lemas. Bersamaan dengan Jungkook yang berbaring di samping gadis itu dan langsung memeluknya. "Apa tanganmu sakit?" Tanya Jungkook melihat ikatan gadis itu. Taeri mengangguk dengan takut-takut. "Dengar, aku akan melepasnya tapi kau jangan pernah coba-coba berpikir untuk pergi dari sini. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan. Tapi kau adalah milikku." Taeri mengangguk lemah. Jungkook lalu membuka ikatannya. Dia mendekap Taeri erat. "Jangan buat aku melakukan sesuatu yang tidak aku inginkan padamu." Taeri ketakutan berpikir hal apa yang dapat Jungkook lakukan padanya. Tapi di sisi lain dia memang mencintai pria itu. Pria yang begitu posesif. *** Taeri bangun ketika pagi datang. Jungkook sudah tidak ada di sampingnya. Sesuatu diantara selangkangannya masih terasa begitu nyeri. Begitu juga semua sendi di tubuhnya. Dengan langkah gemetar dan gontai, Taeri mencoba bangkit. Dia menatap pakaiannya yang sudah tidak ada dimana-mana. Akhirnya Taeri mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya dan lalu berjalan keluar kamar itu. Menyusuri ruangan apartement mewah ini. Dia tahu Jungkook memang kaya raya, namun tidak mengira sekaya ini apalagi untuk umurnya yang mash sangat mudah. Selain itu masih banyak pertanyaan lainnya di benak Taeri. Dimana keluarga Jungkook dan mengapa Jungkook tinggal sendiri. Selama ini hubungannya dengan Jungkook hanya berakhir di ranjang dan uang. "Noona.." Taeri terkesiap mendengar suara yang memanggilnya. Jungkook sekarang sedang menatapnya sambil duduk di meja makan menyantap sarapan di meja dengan menu yang sangat lezat. Siapa yang memasak? Mungkin Jungkook mempekerjakan pelayan. Tentu saja karna dia kaya. Taeri menelan salivanya. Mengingat sikap Jungkook yang semalam tentu saja membuat dirinya takut. Bibir Jungkook mempout. "Noona mengapa seperti ketakutan denganku? Tidak mau makan? Aku sudah menyiapkan ini semua untuk kita berdua." Menggemaskan. Dan membingungkan. Padahal dia semalam baru saja –sungguh dualism seorang Jeon Jungkook. "Kemarilah noona." Taeri berjalan mendekat sambil memegang selimut yang menutupi tubuhnya. Taeri menarik bangku untuk dia duduk karna sejujurnya perutnya juga sudah minta diisi karna begitu lelah semalam. "Siapa yang menyuruh noona duduk di sana?" "Eh?" Jungkook menepuk pahanya. "Duduk di sini sayang." "Tapi –" "Patuhi aku." Jungkook berubah lagi. Begitu mengintimidasi dan emm –sexy. Taeri duduk di paha Jungkook. Membelakangi pria itu agar bisa menyantap makanan di meja. Jungkook menarik selimut yang menutupi tubuh Taeri sehingga gadis itu telanjang dalam pangkuan Jungkook. Jungkook memeluknya. "Selimut itu hanya akan mengganggu. Sekarang makanlah." Taeri mulai menyantap makanan yang ada di meja dimulai dari salah satu waffle. Sementara Jungkook memejamkan matanya sabil menciumi punggung Taeri dan tangannya sibuk meraba tiap jengkal kulit gadis itu. Meremas p******a Taeri sambil menghisap lehernya. "Akh Kook aku sedang makan." "Ya sudah makan saja. Aku hanya sedang bermain dengan milikku." Milikku yang dimaksud Jungkook tentu saja dirinya. Taeri mencoba bersikap biasa saja tetap memakan yang ada walaupun jadi terasa begitu canggung. Sementara Jungkook sibuka melecehkan gadis itu dengan jemarinya. Sekarang tangannya sudah mengelus paha Taeri dengan lembut dan beralih ke selengkangan. Kemudian menyelipkan dua jarinya masuk ke dalam lubang Taeri. Membuat gadis itu tersentak merapatkan kedua kakinya. "Hei noona, jangan dirapatkan seperti itu. Buka saja yang lebar. Santai saja jangan ditahan." Taeri membuka kakinya membiarkan jemari Jungkook menginvasi lubangnya dengan gerakan menusuk ke dalam. Taeri mengerjapkan mata berkali-kali mengunyah diselingi dengan desahan hebat. "Kookie, pakaianku ada dimana?" Tanya Taeri teringat. "Aku membuangnya." Mata Taeri membulat. "Sudah robek noona. Kau tidak ingat semalam?" "Tapi –" "Lagipula kau tidak perlu pakaian. Kau hanya perlu telanjang agar setiap aku menginginkan hal seperti ini lebih mudah." Jungkook mengocok jarinya dengan cepat. Mengoyak dinding kewanitaanTaeri dengan berakan menggunting. "Nghh Kook." Jungkook mengambil buah anggur yang ada di meja setelah Taeri minum dan langsung melumat bibir gadis itu. Memberikan anggur dari mulutnya langsung. "Kau tahu? Sarapanku yang sebenarnya bukanlah makanan-makanan ini, tapi kau noona." Tangan Jungkook langsung mengibas beberapa piring di meja dengan asal sampai jatuh kelantai dan membuat bunyi pecahan yang keras. Dia langsung menggendong Taeri ke atas meja dan membuka kaki gadis itu lebar-lebar. Jungkook memposisikan kepalanya diantara dua kaki Taeri, menghirup harum kewanitaan gadis itu sebelum mulai menjilatinya seperti itu adalah hidangan penutup. Membuat kepala Taeri mengadah ke belakang sambil menahan bobot tubuhnya sendiri agar tidak ambruk karna sensasi yang Jungkook berikan. "Jung –akh." "Mendesahlah sayang. Mengerang dan meraung kalau perlu." Jungkook memainkan k******s Taeri dengan lidahnya sambil jemarinya mulai kembali mengoyak-ngoyak lubang gadis itu. Dua serangan sekaligus. "Jungkookie!" Panggil Yoongi santai sambil memasuki apartement itu. Mata Yoongi terbuka lebar ketika melihat betapa berantakan meja makan itu dengan banyak pecahan dan yang lebih gila adalah siaran langsung di atas meja makan dengan seorang gadis yang menjadi hidangan untuk Jungkook. Yoongi ingat jelas gadis itu pernah ada di layar lcd milik Jungkook. Gadis yang selama ini Jungkook ceritakan –kim Taeri. "What the f**k Jeon Jungkook!" Mata Taeri langsung membulat dan mendorong kepala Jungkook. Jungkook langsung bangkit dan memeluk gadis itu. "f**k, hyung! Mengapa kau bisa di sini?" "Tentu saja untuk bertemu denganmu." "Bisakah kau mengetuk dan memencet bel dulu?" "Sejak kapan aku harus seperti itu?" "Sejak aku membawa wanita untuk pertama kalinya ke apartement ku." Jungkook langsung mengambil selimut itu dan menutupi tubuh Taeri. Yoongi mengerutkan keningnya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dia bisa di sini? Dan sejak kapan kau membiarkan wanita masuk ke daerah pribadimu." 'Apa dia mengenalku? Tapi bagaimana dia bisa tahu aku? Apa Jungkook menceritakan tentangku? Lalu siapa pria itu?' Taeri bermonolog pada dirinya sendiri. "Dia berbeda. Sudah aku bilang kan aku mencintainya hyung!" "Jung –" "Jadi ada apa hyung ke sini?" Tanya Jungkook untuk menghentikan perdebatan yang sia-sia menurutnya. Yoongi hanya menghela napas. "Ada hal yang harus kau lakukan." Jungkook mengerti hanya dengan satu kalimat itu. "Baiklah ayo kita bicakan di ruang kerja ku. Jangan di sini." Jungkook tidak ingin Taeri mendengar tentu saja. Dia lalu menatap gadis itu. "Noona kembali lah ke kamar. Aku akan menghubungi pelayan untuk membereskan semua kekacauan ini dan juga membawakan kau makanan lagi." Taeri mengangguk. "Pakaian?" "Sudah aku bilang kau tidak butuh pakaian, noona!" Wajah Taeri memerah malu sementara Yoongi hanya memutar bola matanya. "Baiklah kita bisa membelinya nanti bersama. Apapun yang kau inginkan. Sekarang aku ada urusan," ujar Jungkook sambil berhalau pergi bersama Yoongi. Meninggalkan Taeri dengan segala kebingungan yang tidak dia mengerti. Taeri dan segala perubahan yang akan terjadi pada hidupnya hanya karna satu nama ; Jeon Jungkook. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN