(10) Cry again

845 Kata
Cry again |  alone Menangis memang bukan yang terbaik, tapi terkadang menangis jauh Lebih melegakan, dari pada bercerita dan malah menjadi bahan cerita orang lain. Sampai saat ini aku paha, menangis adalah obat penenang. CHAPTER SEPULUH, SELAMAT MEMBACA! Gadis itu kini benar-benar sendiri, hembusan angin melewati jendela kamarnya perlahan, hamparan lantai yang dingin menyeruak kebadannya. Gadis itu menangis diatas lantai putihnya, dia takut, dia rindu, dia sedih dia kecewa, semunya menjadi satu. sekali lagi Gadis itu menangis,menangisi hidupnya yang kejam, kejadian masa lalu berputar dipikirannya dia ingat semuanya dia ingat ketika dia selalu dibedakan oleh mamanya, dia ingat ketika mamanya mengatakan dia anak sialan, namun dia tidak mempermasalahkannya, karna dia tidak mendengarkan seakan-akan telinga tertutup tangan yang lembut didunia ini, tangan yang akan mengusapnya disaat ia menangis, tangan yang selalu mengobati luka ketika ia terluka, dan ia bahagia memiliki tangan seorang kakak bernama Alena alissha alexander, gadis itu sangat menyayanginya, selain itu ia juga mempunyai Riel! Gabriel Gunawan Alexander dia adalah sosok pelindung Ela dirumah, bahkan lelaki itu tak segan-segan memaki Valen saat Ela dimarahi mamahnya Namun sayang, semuanya pupus, semua menghilang ditelan takdir, dia sangat ingat ketika kakak perempuannya, sosok pelindungnya mati didepan mata. Dorr! "Argh! jangan.." Ela berteriak---suara tembakan itu seakan-akan yang paling tajam ia ingat suara tembakan itu, yang membuat nya seakan merasa takdir semakin kejam. "Kak... hiks hiks. Bukan bukan hikshiks kak Bukan arghhh!! KAK RIEL! hikshiks" gadis itu menangis dia Ela! dia sekarang benar-benar terpuruk cukup sudah dia tidak kuat!oh...ayolah dunia ini benar-benar menyakitkan dunia ini KEJAM. Ceklek "Kak Adel ko---" "Berenti panggil gua adel!", ketus Ela menatap tajam Raka yang baru saja memasuki kamarnya yang gelap "Hiks hiks gua bukan Adel gua Ela gua bukan Adel si pembunuh hiks, hiks!" "Kak kak ad---ela kak lo disitu lo dimana, kenapa gelep banget", Raka meraba-raba dinding kamar Ela mencari tombol lampu "Argshh" Ctakk, lampu kembali hidup menerangkan semua isi dalam kamar Ela "Kak lo kenapa lo gak pa--" "Gua gak papa, lo bisa pergi sekarang" "Tapi kak ini kamar lo?"tanya Raka bingung karna kamar Ela benar-benar kacau "Kenapa kamar gua? Lo mau hina gua juga?  Silahkan, hina sepuas lo." ucap Ela tersenyum miring lalu berjalan menuju toilet didalam kamarnya "Gua gak papa, tadi gua nonton drakor jadi lo gak usah banyak tanya gua kenapa", ucap Ela dan memberhentikan langkahnya "Kalo lo memang butuh sandaran gua siap kok kak, lo gak usah ngerasa asing. Inget! Gua masih adek lo, adek kandung lo!"tegas Raka berusaha untuk tidak menangis "Jujur kak gua pengen banget ngerasain kasih sayang dari lo bukan Dari Eca terus, karna lo juga kakak gua, dan gua butuh lo gua butuh seorang kakak yang tulus kaya lo, gua bisa liat mata lo kak! Jujur gua sedih ngeliat keluarga kita hancur... bahkan gua sempet ngerasa kalo gua lah yang membuat semuanya hancur disaat gue la---", Raka tidak melanjutkan ucapannya, karna Ela Gadis itu lebih dulu berlari dan memeluk Raka "Gua tau kak, gak selamanya yang kuat akan terlihat kuat dan gak selamanya yang tahan akan tahan oleh drama dunia" ucap Raka lembut dan mengelus rambut Ela "Gua seneng gua bisa deket sama lo kak gua tau lo butuh orang yang bisa buat lo kuat dan gue siap kak! Gue siap!!" "Makasih Raka makasih banyak... maaf maafin gua yang gak becus jadi kakak lo gue buruk banget sebagai kakak gua jahat banget ama lo gua---gu--"ucap Ela lirih setelah melepaskan pelukannya kepada Raka "Sstt.... Udah semuanya sudah dan sekarang waktunya kita memperbaiki, gua muak ketika melihat lo dibentak mamah gue gak kuat ngeliatnya!" ucap Raka sambil mengusap air mata Ela "Hahaha" Ela tertawa hambar untuk menghibur segala keseriusan suasana. "Adek gua ini ternyata udah gede yah, pemikirannya uda bijak ganti nama geh sekarang jadi Raka Teguh hahaha" Raka pun mengerucutkan bibirnya membuat Ela gemas dan tak tahan untuk tak mengacak rambut Raka, walaupun harus sedikit berjinjit. "Ish apaansih"dumal Raka karna rambutnya diacak-acak oleh Ela, namun Raka bahagia dia melihat ketulusan disana dimata hitam pekat kakaknya, beda dengan Eca meskipun mata dia berwarna Coklat madu namun terlalu banyak kebohongan didalamnya membuatnya m Raka, setidaknya muak. "Ahaahah lucu banget sih"ucap Ela dan berahli ke pipi Raka dan mencubitnya " ishh, sakit tau. lagian nama gua itu Bukan Raka Teguh,Tapi RAKA FAUZAN---" "Alexander" ucap Ela dengan memeutar bola matany malas cukup sudah dia muak mendengar marga itu "Uda ahh lo pergi deh gue mau tidur ngantuk!" ucap Ela dan berahli ke kasur Quen size nya "Siap tuan putri selamat tidur" ucap Raka dan menyelimuti Ela, lalu Mengelus pucak kepala Ela sayang membuat si-empunya nyaman, dan menutup kedua matanya "Andai keluarga kita bisa kumpul ter masuk elo kak, lo berhak ngedapetin semuanya" Lirih Raka yang masih mengelus pucak kepala Ela Dan itu mustahil- Batin Ela lirih... Karna Ela memang belum sepenuhnya tertidur. "Gue janji! mulai sekarang gak akan ada yang boleh nyakitin Elo kak sekalipun itu MAMA!"ucap Raka mantap lalu mencium kening Ela dan pergi meninggalkan kamar Ela. "makasih, setidaknya ada lo yang bakalan ada disamping gua Setelah Kak Riel dan Alen makasih makasih banyak" ucap Ela lirih dan menutup matanya lalu ia merasakan bahwa akan MIMPI INDAH.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN