Episode 2

2136 Kata
Kami benar-benar terisolasi. Jangankan menghubungi keluarga di Indonesia , menghubungi KBRI terdekat saja kami tidak bisa. Dan mengejutkannya hanya ada satu polisi di desa ini. Atau bisa jadi , di pulau ini. Kami memang diberi tempat bermalam , tapi kami tidak diberi makan dan minum. Tentu saja kami tidak punya uang satu sen pun , sehingga hari itu , kami benar-benar tidak makan dan tidak minum. Rasanya persis seperti di penjara. Keadaan itu bertahan sampai esok harinya. Kami terpaksa minum air sumur dan tidak makan sama sekali. Orang di desa ini tidak seramah orang filipina pada umumnya. Mereka acuh , dan sibuk dengan urusan masing-masing. Kami lalu sadar kalau kami tidak akan makan kalau tidak bekerja . Jadi di hari ketiga , kami datang ke rumah Opsir Frans , untuk minta dicarikan pekerjaan. Aku tidak menyalahkan orang kampung ini karena yang aku lihat , opsir Frans sendiri cuma makan nasi putih dengan lauk yang mirip seperti ikan asin. Kami lalu dibawa ke kebun milik warga , namun mereka cuma butuh tiga orang. Aku akhirnya mengalah , namun ketiga sahabatku itu berjanji mereka akan menyisihkan uang mereka buatku. Aku dan Opsir Frans kembali berkeliling namun tidak ada lagi yang butuh pekerja. “ Opsir Frans! Opsir Frans! Motor aku rusak lagi nih!” Kami lalu bertemu perawat muda yang perawakannya sama sekali tidak mirip seperti orang filipina. “ Ah.... Nona Yumi .... sudah saya bilang saya tidak terlu mengerti mesin. Kenapa gak minta tolong sama Joshua saja. “ gerutu Opsir Frans. “ Joshua... joshua nya hilang! “ sahut perawat muda itu “ Ya Tuhan , ini kasus ke lima orang hilang bulan ini. “ Opsir Frans hanya bisa menggeleng-geleng kepala. “ Saya ngerti mesin sih. Boleh saya lihat?” perawat itu langsung tersenyum semangat “ beneran? Boleh-boleh ! Sini ikut aku “ Perawat itu lalu mengajakku ke motornya yang berada di luar klinik kesehatan tempat ia bekerja. Aku terkejut begitu melihat motor yang perawat itu gunakan ternyata honda gl pro. Aku tertawa “ motornya mantap “ Sahutku dengan bahasa filipina. Perawat itu keheranan “ maksudnya?” “ Sorry aku belum pernah lihat cewek bawa motor kayak gini “ sahutku “ oh , di sini emang adanya motor kayak gini , yah mau gimana lagi “ jawabnya “ ini sih businya basah mbak “ perawat itu sepertinya tidak mengerti dengan apa yang aku katakan “ aduh aku gak ngerti , kalo butuh apa-apa , coba lihat gudang punya Joshua tuh “ Perawat itu menunjuk ke gudang yang berada tepat diseberang klinik. Aku bawa motor itu ke sana , dan mengecek apa saja yang ada digudang itu. Tidak terlalu lengkap namun setidaknya cukup untuk menghidupkan motor itu kembali. Sepuluh menit kemudian aku menggengkol motor itu , dan mesin pun langsung menyala “ waaah motornya hidup lagi ! Makasi ya. Tapi.... tapi kayaknya aku gak bisa bayar “ perawat itu muncul kembali , cuma untuk mengatakan kalau ia tidak bisa bayar servisku. “ Emang tadi aku minta bayar?” Perawat itu tersenyum “ iya yah , makasi ya mas “ Ia pun tertawa malu “ Btw aku David “ “ hei David , aku Ayumi , “ Kami berkenalan. Meskipun ia tidak bisa membayarku , namun setidaknya ia memberiku makan siang. Cuma nasi putih dan beberapa sayur tapi lebih dari cukup untuk menghilangkan lapar setelah dua hari tidak makan. Ayumi rupanya perawat dari jepang , yang datang tahun lalu untuk misi kemanusiaan. Ia datang bersama dokter Tanaka , namun dokter Tanaka menghilang beberapa bulan yang lalu, bersama kedua temannya. Kini ia satu-satunya perawat di klinik , dengan seorang dokter perempuan yang sudah tua. “ maaf , tapi ini , ada baju sama celana baru buat kamu. Aku lihat baju kamu udah kotor jadi , aku ambil baju yang gak kepake di klinik. “ Dan setidaknya aku mendapat pakaian baru . “ Kalau mau mandi , di klinik ada air kok “ Ayumi sangat cantik , sangat sexy dan baik hati. Ia tidak seharusnya ada di tengah desa pelacuran ini. Aku berterima kasih namun ia tersenyum dan mengatakan kalau ialah yang seharusnya berterima kasih. Aku bertanya kenapa ia butuh motor itu , dan sambil tertawa ia menjawab kalau ia cuma malas jalan kaki ke rumahnya. Aku lalu mandi membersihkan tubuhku , dan mengganti pakaianku dengan pakaian bersih. Aku kembali segar dan setidaknya tidak terlihat seperti orang terdampar lagi. Aku kembali ke pos polisi , lalu tidur siang , dan saat aku bangun , jam di tanganku menunjukkan pukul sembilan malam. “ David , kita nyiapin makan malam nih buat lo “ Teman-teman telah menyiapkan makan malam untukku. Mereka akan bekerja lagi besok sedangkan aku , aku masih tidak tahu mau makan apa besok. Desa itu penuh dengan petani , kuli dan sopir dari desa-desa sekitar , yang datang untuk mabuk-mabukan , judi dan n*****t dengan cewek-cewek cantik di desa itu. p*****r paling tua di desa ini cuma berumur 21 tahun. Sedangkan yang paling muda , aku takut jika aku memberi tahunya , cerita ini akan di blok oleh admin. “ Kita dapet motor nih dari yang punya kebun “ Ketiga temanku itu mendapat sebuah motor custom untuk berangkat ke kebun. Jadi , kurasa mereka akan bonceng tiga ketika akan berangkat kerja. Aku bercerita jika tadi siang aku bertemu dengan perawat jepang , dan mereka semua tertawa , dan langsung meminta aku buat mengenalkan perawat itu ke mereka. Kami semua tertawa dan rasanya puas sekali bisa tertawa seperti itu. Untuk sesaat kami bisa melupakan masalah kami di pulau itu. Teman-temanku harus berangkat pagi-pagi sekali. Mungkin jam 5 pagi , yang pasti sebelum matahari terbit. Saat aku bangun , mereka sudah tidak ada lagi. Aku keluar dari pos dan bertemu dengan Ayumi yang sudah bekerja di klinik kesehatan “ Pagi David.... “ Ia menyapaku . Aku membalas sapaannya , lalu duduk di bangku di depannya. Aku sangat putus asa , sehingga saking putus asanya , aku bertanya apakah Ayumi punya cara agar setidaknya kami bisa menghubungi KBRI di ibu kota. Ia hanya tersenyum , lalu meminta maaf karena tidak ada yang bisa ia lakukan. “ tapi aku denger , dulu dari warga desa sini, orang-orang komunis itu punya komputer , yang nyambung ke internet. Tapi aku gak tahu ya bener atau gak , namanya gosip “ Aku berterima kasih kepada Ayumi karena itu mungkin satu-satunya jalan pulang buat kami. “ Nyantai aja lagi , btw kamu bisa ngetikkan?” Hari itu aku membantu Ayumi di klinik kesahatan. Aku membantu mengetik , menyapu , membersihkan kamar mandi , bahkan sekedar memanggilkan nama pasien. Setiap hari klinik itu pasti ramai karena ini satu-satunya klinik di sepanjang puluhan kilometer. Klinik tutup jam dua siang , dan lagi-lagi aku mendapat makan siang dari Ayumi. Aku bahkan berkenalan dengan dokter tua yang sudah puluhan tahun tinggal di desa ini. “ makasih ya buat hari ini. Kalo rame gini aku sering keteteran . Kalo sepi ya kayak kemarin , gak ada kerjaan . Anterin aku pulang dong , aku capek nih .... Pleeeease “ Ayumi memintaku mengantarnya pulang dan tentu saja aku menerimanya. Rumahnya sebenarnya tidak jauh , tapi cukup lumayan kalau jalan kaki. Apalagi terkadang filipina bisa lebih panas dari di Indonesia. Aku memboncengnya dengan motor dan waktu sampai , Ayumi mengajakku mampir ke rumahnya “ eh , Yumi udah pulang ? “ Yumi tinggal dengan seorang cewek filipina. Yumi memperkenalkan siapa temannya dan kami pun berkenalan “ Angel “ “ David “ Angel lalu ke dapur untuk membuatkan aku air putih , dan Yumi ke kamarnya buat ganti baju. Hari pun hujan . Aku jadi punya alasan untuk tinggal lebih lama di rumah Yumi. Kami berdua mengobrol di ruang tengah , dan ia pun bertanya seperti apa kehidupanku di Indonesia. Aku beritahu dia kalau aku mahasiswa semester lima jurusan teknik mesin , aku anggota geng motor , dan kehidupanku gak jauh-jauh dari nongkrong dan party. “ Asik ya , aku sebenarnya kangen bisa party kayak dulu. Tapi , kamu tahu sendiri lah “ Kehidupan sehari-hari Ayumi di Tokyo pun sebenarnya tidak jauh beda. Ia suka party , suka kumpul dan minum-minum dengan temannya , dan setelah ia ke filipina semuanya hilang. Sudah setahun ia tinggal di Filipina dan ia mengatakan kalau ia sangat rindu dengan keluarganya. “ Bukannya aku benci ama Filipina , tapi kadang , kadang aku cuma pengen pulang “ Kami berdua mengobrol dengan bahasa inggris jadi Angel tidak mengerti apa yang kami obrolkan. Aku bertanya apa dia sudah punya pacar , dan Yumi pun tertawa. Tentu saja ia sudah punya pacar, tapi ia yakin kalau pacarnya pasti sudah punya pacar baru. “ emangnya , kenapa kamu nanya? “ tanya Yumi penasaran “ yah , siapa tahu buka lowongan “ Kami berdua tertawa terbahak-bahak namun hujan itu semakin deras Lima menit kemudian “ ngggh ngghhh slrppp slrrp nghhh” Aku menindih tubuh Yumi , mengecup-ngecup bibirnya dengan liar. Yumi melepas pakaiannya dan aku pun langsung melepaskan pakaianku. Kuremas buah dadanya dan mencumbu bibirnya seganas-ganasnya. Lidah kami saling melilit-lilit dan kedua tanganku sudah meremas kedua buah dadanya. Ia dekap punggungku dan terus mengecup-ngecup liar bibirku Aku lepaskan ciumanku lalu kulumat lehernya yang putih mulus nan sexy. Jemariku masih terus meremas buah d**a bundarnya dan sesekali memainkan p****g susunya. Kubasahi lehernya dengan liurku dan pipinya semakin memerah. Desahannya semakin lepas dan mengeras saat jemariku meremas-remas liar buah dadanya. Bibirku lalu mendarat dan langsung menghisap buah dadanya. Ia mendesah makin keras , dan menggesel-gesek penisku dengan paha mulusnya. Ia meremas kasur dan tubuhnya mengejang saat bibirku mengecup-ngecup p****g susunya. Kutusukkan dua jemariku ke lubang vaginanya , dan mulai mencolok-colok vaginanya yang masih sempit dan menjempit Yumi mendesah panjang. Ia lepaskan kepalaku dari buah dadanya , dan kami pun kembali b******u liar. Ia remas penisku , lalu ia kocok-kocok seganas-ganasnya. Kami berganti posisi sehingga kini ia berada di atas dan aku berada di bawah. Tanpa kondom , Ia masukkan penisku ke dalam v****a sempitnya dan tanpa basa-basi , ia lalu menggoyang pinggul dan menggenjot dengan kecepatan penuh. Kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya. Kepalanya mendongak dan pinggulnya terus menggenjot dengan kecepatan penuh. Suara tepukan kedua s**********n kami terdengar seperti masuk. Aku memberi isyarat jika aku hampir keluar namun ia mengacuhkannya . Tak lama penisku berkedut , lalu memuncrat di dalam vaginanya. Yumi tersenyum genit dan membiarkan spermaku membanjiri vaginanya. Ia diamkan penisku di dalam vaginanya , membiarkanku merasakan sensasi ejakulasi di dalam v****a sempitnya. Ia tundukkan wajahnya dan kami kembali b******u. Ia membersihkan penisku dengan tisu bayi , dan ketika hujan berhenti , aku minta izin untuk pulang ke pos polisi “ hati-hati ya pulangnya. Ato kalo gak , bawa aja motornya “ Ia melambaikan tangannya sebelum kami berpisah. Yumi mengizinkanku untuk membawa motornya pulang , karena ia tidak terlalu menggunakannya. Aku kembali ke pos polisi dan di sana , Togar sudah duduk menungguku. “ Vid , kita harus ngomong. “ ucap Togar “ ngomong apa? Mana yang lain?” Togar lalu berbisik “ Jangan di sini lah , di hutan sana , yang lain udah nunggu” Kami berkendara ke hutan , di mana Rio dan Benny menunggu. “ DOR! DOR!” Dan aku terkejut waktu mereka sudah latihan menembak di tengah hutan “ Guys! Kalian ngapain! Dapet dari mana barang gituan?! Kalo polisi tahu gimana? Atau kalo tentara komunis anjing itu denger gimana? “ Aku panik bukan main namun Rio dan Benny cuma geleng-geleng kepala “ Denger Vid . Lo lihat orang-orang komunis itu , terus elo lihat tentara dan polisi di sini. Apa lo yakin mereka bakal nolongin kita? Apa menurut lo kita bakal diem terus nungguin kabar dari tentara-tentara itu? Jadi orang jangan punya mental babu Vid “ Rio memang punya mental “ sok jagoan “ dan kadang-kadang , sifat buruknya itu sering kambuh. Tapi jika ada yang punya pikiran untuk melawan balik , itu juga dia. Bahkan saat kami di Jakarta, Rio juga sering sok jagoan kayak gini yang akhirnya berujung ke yang namanya “tawuran” “ Bukannya mental babu Yo, tapi lo lihat kemampuan mereka , Kak Evan aja gak sempat udah ditembak duluan . Lah kita-kita ini ? “ Rio lalu mendekat dan menyerahkan pistol itu ke genggamanku “ Makanya elo coba. Cuma elo yang belum nyobain “ Pistol yang ia serahkan itu , colt m1911 , yang tentu saja custom atau rakitan. Pistol ini berpuluru kaliber .45 acp dan single action, yanga artinya pistol gak akan bisa nembak kalau palunya gak ditarik pake jempol. Tembakan selanjutnya gak perlu ditarik lagi dan ketika peluru habis , slide akan terkunci secara otomatis. Penembak lalu memasukkan magazin baru dan merilis slide kembali , dan pistol tinggal ditembakkan tanpa perlu ditarik palunya lagi “ DOR!DOR!” “ sekarang elo ngerti kan vid? “ Aku mengangguk. Aku menembak dua peluru dan hanya satu yang mengenai kaleng sasaran “ Elu tahu kayak ginian dari mana yo?” Rio dengan santai menjawab “ PUBG sama CSGO “
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN