Part 02

1081 Kata
Vote dan komen! * * * * * Debi memasuki kawasan apartemen Eros. Pria itu dari kalangan keluarga yang sangat kaya raya, sehingga tinggal di apartemen semewah ini bukanlah hal mustahil bagi seorang Eros. Debi hanya ingin meminta penjelasan, kenapa Eros memerkosa dirinya, Debi tidak akan memarahi pria itu. Dirinya hanya meminta penjelasan, karena bukan tanpa sebab kekasihnya itu memerkosa dirinya. Debi menghela napasnya. Kenapa dirinya selalu saja membela pria itu. Jelas-jelas Eros salah. Eros telah mengambil harta berharga miliknya, selama sebulan ini. Debi mengurung diri dalam rumah dan baru sekarang dirinya menemui pria itu. Semenjak peristiwa sebulan yang lalu, Eros tidak pernah menghubungi Debi lagi. Nomor Eros juga tidak aktif lagi, bagaikan ditelan oleh bumi. Pria itu tak ada kabar. Kabar kehamilannya tiga hari yang lalulah, membawa Debi ke sini dan ingin menemui Eros dan menanyakan alasan pria itu sekaligus meminta pertanggungjawaban pada Eros. Usia kehamilan Debi tiga minggu. Membuat wanita yang berumur 21 tahun itu, harus menelan kenyataan pahit. Dirinya hamil saat ia masih sangat muda. Debi belum siapa menjadi seorang ibu, tapi, menggugurkan kandungannya bukanlah hal yang tepat. Demi segala macam keresahan dan pergulatan di hatinya, Debi berniat mempertahankan anaknya dan memberi tahunya pada Eros. Walau Eros tidak mau menerima anaknya ini, Debi akan tetap mempertahankan kandungannya dan membesarkan anaknya sendiri. Namun, Debi berdoa dalam hatinya agar Eros mau menerima janin ini. Bagaimanapun ini adalah darah daging Eros sendiri. Debi memasuki lift dan menekan tombol menuju lantai apartemen Eros, dirinya beringsut ke sudut lift dan menutupi wajahnya menggunakan blazer, melihat beberapa pria masuk yang beberapa kali ditemuinya di perusahaan Eros. "b*****t si Eros, dia udah tidurin anak orang malah pergi begitu aja. Mana dia udah dapat pulau pribadi dan beruntungnya lagi, dia dapatin cewek masih perawan!" Jantung Debi berdetak dua kali cepat, mendengar ucapan lelaki yang Debi tahu sebagai teman Eros. Mereka semua tertawa dan terlihat sangat senang melihat penderitaannya, sekarang Debi sedang hamil anak Eros. "Sialan memang Eros! Aku kasihan melihat gadis cantik dan lugu itu. Kalian tidak pernah melihat, bagaimana dirinya sangat memuja Eros?" "Ya, aku melihat gadis itu sangat memuja Eros. Sayang sekali, pria pujaannya harus mengambil harta berharga miliknya. Tepat satu bulan pertaruhan kita, Eros tiduri gadis itu. Ahh, beruntung sekali b******n Eros meniduri anak magang di perusahaannya. Debita Sanjaya, gadis itu begitu cantik," ucap salah satu dari ketiga pria yang dalam lift itu. Debi mengepalkan tangannya, tidak menyangka selama ini dirinya hanyw dijadikan mainan. Ia berpikir Eros benar-benar menyukai dan mencintainya, ternyata lelaki itu menjadikannya kekasih karena untuk menang taruhan dan mendapatkan pulau pribadi. Sebegitukah harga diri Debi di mata Eros? Hanya demi pulau pribadi Eros memerkosa dirinya dan meninggalkan dirinya begitu saja, pria itu tidak pernah menghubungi dirinya lagi. Habis manis sepah dibuang. Debi tertawa miris dalam hatinya. "Sekarang Eros menetap di Amerika dan mengatakan tidak mau berurusan dengan gadis itu lagi. Kasihan sekali gadis itu." "Sialan memang Eros." Ketiga pria itu keluar dari dalam lift, mereka hanya sampai lantai 5 dan apartemen Eros terletak pada lantai 7. Debi mendekati tombol lift dan menekan tombol kembali ke lantai satu, dirinya ingin menemui seseorang sebelum dirinya pergi dari kota ini. Biarkan anak dikandungannya tidak tahu ayahnya siapa. Dan Debi akan membesarkan anak ini sendirian, keluarganya sekarang tidak akan peduli juga dengan dirinya. Karena mereka hanya ingin harta orangtua Debi. "Kau menghilang dan menjadikan aku bahan taruhanmu, kau akan menyesal nantinya! Aku tidak akan pernah memberi tahumu tentang anak ini!" gumam Debi dan keluar dari dalam lift. *** Debi berhadapan dengan pengacara mendiang ayahnya. Pria paruh baya itu menatap dirinya dengan senyuman manisnya. Debi sengaja datang ke sini, dirinya ingin mengambil semua kekayaan orangtuanya. Dan tidak akan membiarkan mereka menikmatinya lagi. Hatinya seolah sudah mati, mendengar bagaimana kejamnya dunia pada dirinya. Dan Debi akan kejam juga pada mereka semua. "Aku ingin harta Sanjaya aku yang memegang kendali sekarang. Aku tidak ingin Riska, suami, dan anaknya tinggal di rumahku lagi!" ucap Debi tegas. Herman pengacara dari mendiang ayah Debi, mengangguk. Herman tahu bagaimana watak Riska dan suaminya, hanya ingin harta Debi saja. Mereka tidak pernah menyayangi Debi selayaknya seorang anak. "Baik, semuanya akan dirimu yang mengendalikan mulai sekarang. Umurmu sudah 21 tahun. Di surat wasiat ditulis saat umurmu 21 tahun, kau bisa mengambil alih semua harta Sanjaya," jelas Herman. Herman sengaja tidak mengatakan pada Riska dan suaminya, batas umur Debi memiliki harta itu sepenuhnya, karena Herman tidak mau mereka menjebak Debi dan memaksa Debi menanda tangani surat alih kepemilikan harta Sanjaya. "Aku ingin mereka hari ini juga angkat kaki dari rumahku, berikan mereka rumah yang berada di Jakarta Pusat dan satu butik milik mendiang ibuku. Aku masih tahu terimakasih pada para iblis sialan itu!" Debi mengepalkan tangannya. Herman mengangguk mengerti. Herman menghubungi orang kepercayaannya, untuk mengusir Riska dan keluarganya dari rumah Debita Sanjaya. Pria itu juga geram dengan kelakuan orang-orang sok kaya itu. "Saat kau pulang ke rumah semuanya sudah beres." Debi mengangguk, ia tersenyum manis pada Herman. Menganggap pria itu sebagai ayahnya sendiri. Selama ini, Herman selalu menanyakan bagaimana kabarnya dan apakah Debi baik-baik saja. "Satu lagi Paman, aku akan pindah ke Prancis hari ini. Aku minta padamu untuk mengurus perusahaan di Jakarta dan perusahaan di Prancis biar aku yang mengurusnya." Herman terkejut mendengar ucapan dari anak sahabatnya. Ia tidak menyangka Debi akan meninggalkan Jakarta dan pindah ke Prancis. "Kau ingin pindah? Kenapa?" tanya Herman tidak mengerti. Kalau Debi pindah ke Ukraina masih sangat wajar, karena di Ukraina tempat kelahiran ibu gadis itu dan keluarga ibu gadis itu masih banyak di Ukraina. "Aku ingin mengurus anak cabang perusahaan di sana dan aku ingin suasana baru. Di Jakarta rasanya, banyak hal yang ingin aku lupakan," ucap Debi lirih. Herman mendesah kasar. Ia tahu kalau Debi pasti memiliki masalah dan dirinya tidak tahu masalah gadis itu, ia hanya berharap Debi selalu baik-baik saja. "Kau pergi ke Prancis jam berapa?" tanya Herman kenbali. "Aku akan berangkat dua jam lagi. Aku sangat berterimakasih padamu, aku lega meninggalkan Jakarta dengan harta milik ayah sudah ada di tanganku, bukan berada di bawah pengawasan Riska dan suaminya lagi," ucap Debi tersenyum. Dirinya sudah memikirkan segalanya dan sengaja mengurus harta orangtuanya dahulu, sebelum pergi. Ia tidak ingin bertemu dengan Eros lagi, kalau pria itu kembali ke sini. "Baiklah, semoga kau sehat dan baik-baik saja." Debi mengangguk, dirinya berdiri dari tempat duduk dan berpamitan pada Herman. Sebentar lagi Debi akan meninggalkan kota yang membuatnya sakit. Debi akan memulai hidup barunya dengan calon anaknya. Berharap dirinya tidak akan pernah bertemu lagi dengan pria berengsek itu. Pria yang membuat hatinya sakit dan meninggalkan sebuah kenangan buruk. Bagaimana pria itu memerkosa dirinya dan ternyata hanya menjadikan dirinya sebagai bahan taruhan. Lelaki sialan itu tidak akan pernah bertemu dengan anaknya ini. Karena ini hanya anaknya, bukan anak lelaki sialan itu! * * * * * * Bersambung  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN