Erisa merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, rambut panjang sebahunya ia cepol tinggi agar memudahkan ia tidur nanti. Gadis itu bergerak tidur menyamping dengan mengerjapkan matanya berusaha memikirkan kejadian tadi di panti asuhan. Syahir menangis. Air matanya mengalir pada kedua pipinya yang membuat Erisa kepikiran sampai sekarang. "Kenapa ya? Apa ada sesuatu yang terjadi di rumahnya?" Gumam gadis itu dengan menggigit-gigit bibir bawahnya sembari berpikir. "Kenapa juga dia harus nangis begitu di depan semua orang? Dan bisa-bisanya gue kepikiran sampai sekarang. Astaga, Syahir!" Geram gadis itu sudah terduduk di atas ranjangnya. Benar-benar tidak bisa terlelap kini. "Akh ... pusing gue." Gerutunya dengan berdiri sembari mengembuskan napasnya kasar. "Apa sebaiknya gue telepon aja kali

