DUA.

1422 Kata
Samuel Andreas Cokroaminoto, 32 tahun, masih muda, tampan, kejam, dingin, datar, tinggi, suka perintah, masih banyak julukan dari pekerja di kantor ini. Beda dengan Yulia, ia malah menyebutkan "Tampan dari mana? Berengsek?! Bajiingan?! Pria tak bertanggungjawab, sesukanya pergi tanpa berkata sepatah kata pun?! Tanpa bersalah menyumbang s****a ke rahim dengan seenak jidat sebagai kenangan terindah?! Penghinaan masih terngiang-ngiang sampai sekarang?!" itulah isi otak dari Yulia. Apalagi, pria yang bernama Samuel itu dengan terang-terangan menyebutkan mantan terindah. "Maaf, Anda salah orang. Memang Anda mengenal saya?" ucap Yulia, bertanya pada Samuel. Samuel mengangkat satu alisnya, dia tentu tidak mungkin tertipu oleh wanita menjadi dambaan hati selama tujuh tahun. Penantian yang Samuel berikan untuk wanita di depannya itu, tentu hal momen paling indah. "Saya? Tentu mantan terindahmu. Bagaimana kabarmu? Apa kamu mendapat kesulitan selama saya pergi memberikan sesuatu yang tentu tidak kamu lupakan?" jawabnya membungkuk sedikit badannya lebih mencondong ke depan, dan lebih dekat melihat wajah Yulia yang terpaku dalam diam. "Mak-maksud Anda, apa? Saya tidak mengerti?! Permisi?!" Yulia memilih untuk menghindar. Samuel mengamati Yulia, ia tau kalau Yulia mencoba menghindar. Senyuman tercetak di wajah tampan pria itu tentu tak akan mudah lepas. "Bagaimana kabar Kesya? Apa dia baik-baik saja?" Yulia terhenti ketika Samuel menyebutkan nama Kesya, putri kecilnya. Dengan cepat Yulia memutar badannya membalas menatap wajah pria telah menyumbangkan s****a kepadanya. Samuel terlihat tenang, tidak merasa tanda salah dari kata-kata yang ia ucap tadi. **** Waktu terus berjalan seperti biasa, pekerjaan Yulia saat ini tidak konsentrasi banget. Isi kepala penuh dengan wajah pria b******k yang ia temui sekarang. Sampai telegeram di samping komputer pun tidak digubrisnya. Christine, sang manajer pun memperhatikan Yulia dari tadi. "Yul, Yulia?!" tepukan sekali mengagetkan Yulia tengah melamun. "Hah?!" Yulia sontak menoleh menatap Christine yang dari tadi memperhatikan sikap aneh teman kerjanya. "Pak Samuel meminta mu menghadap ke kantornya. Ada yang penting ingin dibicarakan," ucap Christine menyampaikan kepada Yulia. Yulia tak bergeming cuma menyimak apa yang dipesankan oleh manajernya. "Hei?! Yulia?! Kamu dengar apa yang aku katakan tadi?" Christine sekali lagi bertanya pada Yulia. "Ah, ya?!" sahut Yulia segera bangun dari tempatnya. Kemudian ia keluar dari ruangan itu, kemudian turun menggunakan eskalator tanpa lift. Dengan sekaligus ia ingin menyerahkan laporan yang tidak lengkap kepada bagian cost control. Sebelum ke ruangan Samuel, Yulia memilih untuk ke ruangan pembelian memberikan rekening koran kepada admintrasinya. Pasti bagian pembelian itu sudah kesal banget padanya. "Hai, Lita?! Maaf lama menunggu ini rekening koran, dan ...." "Langsung saja kamu kasih ke bos barunya," sambung Lita ketus. Yulia yang akan menyerahkan kepadanya ditarik kembali, hari-hari tak biasanya. Ia harus berhadapan dengan pria itu. Yulia mau tak mau menuju kantor bos baru milik hotel ini. Yulia berharap pertanyaan yang baru saja Samuel ucap tadi tidak mengganggu pikiran Yulia. "Pak Samuel, ada di dalam?" Yulia bertanya pada Lina, sekretarisnya. "Masuk saja. Sudah ditunggu dari tadi," jawabnya. Yulia menghela napas pendek kemudian mengetuk pintu itu tiga kali. Kemudian Yulia menekan gagang pintu turun mendorong pelan. Sosok yang tengah duduk di depan meja lumayan besar, dengan sorotan tajam arah pintu tersebut. Yulia pun masuk lalu menutup kembali pintu itu. Seumur - umur ia belum pernah memasuki ruangan ini. Bukan, sekali saja saat di interview oleh Pak Johannes dulu. Tidak ada bedanya ruangan ini masih sama. "Bapak memanggil saya? Ada perlu apa, ya, Pak?" Yulia mengangkat suara dengan cara sopanannya. "Aku merindukanmu, kamu tidak merindukanku?" balas Samuel bersuara. Yulia tidak beri respons untuk balasan Samuel. "Maaf, Pak. Saya pikir Anda memanggil saya untuk ..." "Tidak usah terlalu formal padaku, aku tau kamu ingin mengumpat. Mengumpat saja, aku siap menerima umpatan mu?!" sambung Samuel sudah berdiri dihadapan Yulia. Samuel mengangkat dagu Yulia mendongak untuk melihat wajahnya. Tanpa sopan, Samuel berikan satu kecupan kepada sebagai kerinduan untuk wanita mantan terindah. Yulia melebarkan dua mata yang dilakukan oleh Samuel padanya. Yulia langsung mendorong d**a bidang Samuel menjauh darinya. Plak! Tamparan keras untuk Samuel, Samuel malah tenang setelah mendapat tamparan dari Yulia. Dengan siluet tajam dari Samuel menatap wanita itu. Yulia mundur untuk mencoba keluar dari ruangan Samuel. Tetapi terlambat, Samuel sudah mengunci dengan remot otomatisnya. Satu tangan mengunci Yulia. *** Makan siang, sudah waktunya makan siang. Yulia berserta teman-teman satu kantor menuju kantin makan siang yang telah tersedia beberapa menu lauk. Ya, walau tidak seenak di restoran dekat lobi. Yang penting bisa kenyang. Akan tetapi, menu sayurnya kadang tidak selera untuk perut mereka. Soalnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh karyawan hotel ini. "Menu hari ini apa?" tanya Evina, bagian admintrasi banquet. "Tidak enak menu hari ini, cari makan di luar saja, yuk!" jawab Ida. Yulia baru saja akan masuk ke kantin sudah di tarik oleh Ida dan teman-temannya. "Yul, makan di luar, yuk!" ajak Evina. "Loh, memang kenapa? Memang menu hari ini tak selera?" Yulia bertanya pada kedua teman kerjanya. Evina dan Ida menggeleng. Yulia mempertimbangkan tawaran dari kedua temannya ini. Terlalu lama menunggu persetujuan darinya, Evina dan Ida pun menarik Yulia ikut bersama dengan mereka. "Kelamaan pikirnya, soal bayaran nanti saja. Yang penting cari makan dulu di luar?!" ujar Ida menelusuri anak tangga eskalator itu. "Tapi ...." Belum selesai bicara pintu saat akan buka pintu keluar menuju lobi. Tiba-tiba muncul sosok berbadan tegap menghalangi ketiga wanita itu. Posisi yang paling sial itu adalah Yulia. Tepat berhadapan dengan Samuel. Ya, berbadan tegap itu adalah Bos baru di sini. Ida dan Evina menyingkir memberi hormat kepada atasan barunya. Sementara Yulia masih berdiri di tengah-tengah. Samuel menatap ketiga karyawan itu, apalagi memakai sandal jepit. Bukannya karyawan kantor tidak diizinkan untuk keluar menggunakan sandal jepit? "Selamat siang, Pak!" sapa Evina memberanikan diri membuka suara terlebih dahulu. Samuel tidak menanggapi sapaan Evina. Ia masih sibuk memperhatikan Yulia dari tadi. Yulia malah membuang muka ke tempat lain. Samuel mengangkat satu alis, dapat ia tebak. Pasti ketiga karyawannya ini akan makan di luar. "Mau ke mana kalian bertiga?" Akhirnya Samuel membuka suara. Rentan banget suaranya.. Serasa menekan tekanan batin. "Mau cari makan, Pak!" jawab Evina cepat. Samuel senyum tipis, dugaannya benar. "Mau cari makan? Bukannya hotel menyediakan makan siang untuk karyawan kantor?" Samuel bertanya lagi pada mereka bertiga. "Menu makan siang hari ini kurang selera, Pak. Jadi ..." "Benarkah? Lalu makan siang batas waktunya setengah jam. Terus kalian akan makan di luar berapa jam untuk kembali? Kantor tidak boleh ada yang kosong. Harus ada satu orang menjaganya. Kalau barang penting hilang siapa yang bertanggungjawab?" Samuel menceramahi ketiga karyawannya. "Tidak lama kok, Pak. Cuma beli makan di luar terus kembali lagi sebelum waktu jam makan siang berakhir," jawab Evina lagi. Evina paling berani menjawab pertanyaan lebih tinggi pangkatnya. Samuel malah melirik Yulia dari tadi. "Baiklah, saya izinkan kalian makan di luar. Tetapi hanya dua orang saja. Kamu, Yulia. Ikut dengan saya. Ada yang ingin saya bicarakan penting!" ujar Samuel kemudian. Menginstruksikan Evina dan Ida beranjak dari tempat ini. Evina dan Ida pun keluar menuju lobi ke depan jualan makanan. Sedangkan Yulia masih berdiri di tempat tak berkutik. Soalnya Samuel berdiri di sampingnya. "Maaf, sekarang masih jam istirahat untuk pembahasan kerja tunggu jam istirahat usai!" ucap Yulia sopan, lalu beranjak dari tempat ia berdiri. "Mau ke mana?" Samuel menarik Yulia, Yulia hampir menabrak badan tegapnya Samuel. Tidak hanya itu, Samuel mengambil kesempatan menarik pinggang Yulia lebih dekat lagi menempel padanya. Tentu Yulia kaget bukan main. "Apa yang kamu lakukan?! Lepasin?!" Yulia berusaha menjauh dari Samuel. Tetapi pelukan tangan yang melingkar di pinggang Yulia semakin erat. Samuel tersenyum bahagia, bisa membuat wanita ini marah padanya. "Kalau kamu meronta terus, aku benar-benar akan mencium di depan teman-temanmu?!" ancam Samuel, beberapa detik kemudian Yulia berhenti merontak. Tentu ia tak ingin dipermalukan oleh pria b******k ini. Samuel semakin gemas dengan wanita ini. Sudah lama, tujuh tahun berpisah kembali lagi bisa melihat wajah cantik yang tak berubah ini. Tak sia-sia ia menitipkan cinta dan berenang di rahim wanita di depannya. Bahkan wanita ini berhasil melahirkan buah hatinya begitu cantik. Wanita yang luar biasa, bagaimana bisa Samuel melupakan kenangan manis. Meskipun ia harus menjadi bajiingan agar bisa terikat dengan wanita ini. Ya, Samuel sengaja menyumbangkan cinta untuk Yulia. Agar Yulia tidak bisa menikah dengan pria mana pun. "Beginikan kamu manis, diam, tidak meronta-ronta. Kamu tahu, aku benar-benar rindu akan manjamu itu. Apalagi ingin memberikan adik untuk Kesya." Samuel mendekatkan telinga Yulia. Yulia dengan cepat mendorong badan tegap pria b******k itu dari pelukannya. Kemudian sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Samuel. Samuel tidak membalas tamparan dari Yulia. Pasti Yulia akan marah akan kata-kata nya. "Dasar b******k! Kamu pikir aku wanita apaan?! Dengan seenak jidatmu memberikan adik untuk Kesya! Tak cukupkah kamu menyiksa batinku?! Lebih baik enyaklah dariku!" pungkas Yulia membara tak tahan lagi dengan sikap keji seperti Samuel.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN