Tingkah Aneh Ibu

1216 Kata
                Kejadian dalam mimpi semalam kembali terulang di hari berikutnya. Sosok tampan itu hadir dengan pakaian dan bentuk tubuh yang sama. Hanya setting tempatnya yang berbeda, kali ini kami berada di sebuah taman. Berlari lari kesana kemari mengitari air pancuran di tengah taman sambil ia menggandeng tanganku.                 Paginya semua badan terasa pegal dan nyeri terasa. Aroma tubuh yang menyeruak keluar begitu bau menyengat. Aneh, tidak biasanya tubuh ini mengeluarkan aroma yang menyesakkan hidungku. Beranjak dari tempat tidur langsung bergegas ke kamar mandi. Dengan bau badan seperti ini rasanya ingin segera menghapusnya dengan guyuran air.                 Selesai dari itu, terlintas kembali dalam pikiranku sosok yang selalu hadir setiap malam dalam tidurku. Masih coba bersikeras mengapa hal tersebut bisa terjadi, padahal selama ini tidak pernah bermimpi yang aneh aneh.                 Selama di kelas pagi itu selalu di ganggu oleh bayangan cowok tampan dalam bunga tidurku. Pelajaran di sekolah jadi sulit ku pahami karena tidak focus pada keterangan guruku hari itu. Hampir semua mata pelajaran ku lalui tanpa ada satupun yang nyangkut di otak kecilku.                 Kejadian ini berulang terus selama seminggu ini, tidak hanya di rumah, di sekolah tapi di lingkungan bermain pun bayangan cowok it uterus menghantui. Lama kelamaan aku pun mulai jengah dengan kejadian ini. Hidupku seperti di hantui, tidak bisa tenang seperti manusia normal lainnya. Kemana saja aku melangkah wajah cowok tampan itu terus mengikuti tanpa bisa ku hentikan. “Ris, kamu kenapa? Seminggu ini ku lihat gelagatmu rada aneh begitu.” Tanya salah seorang sahabat karibku. “Entahlah Mir, seperti ada yang terus mengikuti aku.” Sang sahabat hanya melempar senyum sinis, seperti ada sesuatu yang ia tahu namun sengaja di sembunyikan. “Kamu sepertinya ada ‘ciri’ Ris.” “Ciri apaan sih, kan emang dari dulu aku punya ciri ciri cantik Mir, ada ada aja kamu nih.” “Hehehe, iye percaya kamu memang cantik, tapi ini beda sis. Cantiknya kamu ga cuma buat kaum Adam menggeliat tapi juga dari ‘sebelah’ demen kamu juga.” “Eits, ga lucu deh canda mu Mir, belum pernah merasakan ciuman maut ku nih anak, bener bener lu ye.” “Beneran Ris, tu sosok yang sok tampan yang selalu berusaha mendekatimu” “Ah bodo ah, kamu beneran bisa lihat ‘mereka’ Mir? Jangan bercanda ah, aku takut nih.” Sambil ku genggam tangan sahabat ku ini. Jika saja ada yang melihat kelakuanku begini sudah pasti jadi bahan tertawaan. Masa gadis preman bisa penakut begitu. Hari berikutnya kejadian itu kembali terulang, setiap malamnya cowok tampan itu hadir terus. Dan anehnya lagi aku malah merasa bahagia dengan kehadirannya. Kedua orang tuaku mulai menaruh curiga dengan perubahan pada diriku yang seperti tidak biasanya. Aku memang jadi lebih sering murung seorang diri, tidak seceria seperti dulu. Kadang malah senyum senyum sendiri tanpa ku sadari. Setiap diajak ngobrol selalu ngelantur, yang di tanya A malah di jawab B, terkadang malah ga jawab sama sekali. Arah mata memang focus ke mereka tapi tidak pikiranku. Ayah jadi sering memarahi jika sudah begitu. Beruntung aku masih memiliki sang malaikat yang selalu melindungi meski tau posisi anaknya salah. Sementara di sekolah sahabat karibku mencoba mengingatkanku akan kejadian yang akan aku alami jika terus menuruti mimpi itu. “Itu bukan wujud aslinya Ris, dia hanya mau peralat dirimu agar jadi budaknya.” Itu pesan terakhir sang sahabat saat berpisah dari sekolah. Pesan tersebut selalu terngiang di telingaku dan berhasil membuat bulu kudukku bergidik. Timbul dalam diri merasa ingin melawan bayangan yang terus menghantui tersebut. Setibanya di rumah ibu sudah menyambutku dengan membantu membawakan tas sekolahku. Tidak biasanya ibu melakukan hal tersebut sehari-harinya. Apalagi aku kan sudah besar, bisa melakukan hal seperti itu dengan tanganku sendiri. Aku hanya melongo melihat tingkah laku ibu. “Ibu sehatkan?” “Sudah lekas ganti baju, mandi terus makan, sudah Ibu siapkan semuanya.” “Ok siap bosku, muah …” sambil bergegas ke kamar mandi. Begitu masuk ruangan tersebut, wangi bunga mawar langsung menyeruak keluar. Sontak bulu kudukku meremang semuanya. Aku cari sumbernya dari mana wangi tersebut. Done! Ternyata asalnya dari air dalam ember besar yang sudah di taburi bunga mawar. “IBUUUUUU, INI APAAN ADA AIR KEMBANG …” Ibu yang mendengar jeritanku segera bergegas mendatanginya. Khawatir jika terjadi sesuatu pada anaknya. “Kamu mandi sementara pakai air itu dulu Ris, biar wangi. Udah kamu nurut ajalah, ga usah banyak tanya.” Mendengar ultimatum begitu mau tidak mau aku pun terpaksa menuruti kata Ibu. Wangi sih memang tapi aku merasa ada yang aneh dengan air tersebut. Bulu kudukku terus meremang tak mau berhenti sedari tadi. Perasaan was was terus menghantui, seperti ada yang sedang mengawasi. Segera ku mandi dengan air tersebut agar perasaan ini bisa berakhir. Selesai mandi dan berganti pakaian, aku hampiri ibu yang sudah anteng di meja makan. Terlihat di wajah beliau sedikit tegang ketika melihat anaknya. “Tadi itu air apaan sih Bu, aneh banget, kok ga biasanya … coba lihat nih bulu Riris pada merinding semua Bu.” Sejenak ibu terdiam dan terus memandang serius ke arahku. Tingkah ibu semakin aneh, aku jadi takut juga melihatnya. “Kamu baik baik aja kan Ris?” “Ibu kenapa sih, sedari Riris pulang tadi kok aneh begini, udahan dong bu, Riris laper beud nih.” Sejurus kemudian aku raih piring dan menaruh nasi yang agak banyak dari biasanya. Perutku sedari tadi sangat lapar karena harus mengikuti pelajaran tambahan hari ini. Meski aku tetap tak memahami materi itu karena gangguan yang biasa. Menu hari ini terasa istimewa, dalam sekejap aku mampu menghabiskan 2 porsi. Padahal lauk dan sayur yang di masak ibu adalah menu biasa, tidak ada yang istimewa. Entah kenapa nafsu makan ku jadi berlipat siang ini. Ibu hanya terdiam memandang cara makanku. Aku sendiri juga merasa heran, apa efek mandi kembang tadi ya. Biasanya sepiring nasi saja aku sudah susah payah menghabiskannya. Selesai makan langsung ku bereskan semua hasil dari makanku. Piring dan gelas dicuci, serta beberapa kotoran dibuang ke tempat sampah. Setelahnya aku duduk manis di meja makan tadi. Sementara sang Ibu tetap tak bergerak pada posisinya. “Air kembang tadi dari Mbah Anom kenalan Ibu. Dia orang pintar yang biasa beresin gangguan demit.” “Astaghfirullah Ibu, kenapa percaya begituan, Riris lho sehat aja kok Bu.” Aku memang orang yang tak begitu percaya hal takhayul, apalagi jika di hubungkan dengan perdukunan. “Sehat apaan, itu lihat reaksi ketika kamu mandi tadi? Terus makan kamu yang nda seperti biasanya. Bener kata si Mbah ada sesuatu yang ga beres di badanmu Ris.” Aku coba mencairkan suasana agar ibu tidak begitu tegang. “Hahaha Ibu nih, itu kan kebetulan Bu, kan Ibu juga tau klo Riris penakut kalau soal demit. Soal makan tadi Riris memang lapar banget karena di sekolah tadi ada pelajaran tambahan Bu.” “Ga, ibu ga yakin begitu, benar kata si Mbah. Kamu perlu di obati Ris, nanti sore kamu dengan Ibu ke rumah Mba Anom. Ibu juga sudah ngomong ke Ayah mengenai kamu.” “Bu, Riris ga sakit Bu … Riris sehat kok bu.” Aku coba memohon untuk tidak mengikuti keinginan Ibu. Perasaanku jadi semakin tidak enak, khawatir jika nantinya terjadi sesuatu pada diriku. “Kamu sering mimpi aneh kan setiap malam? Di sekolah juga sering melamun di kelas, tidak focus belajar.” Lah kok Ibu bisa tau semuanya, padahal selama ini aku sudah menyimpannya dengan aman. Pasti ulah dukun itu yang memberitahukan ke Ibu ku. “Gurumu yang lapor ke Ibu dan Ayah soal kelakuanmu di sekolah. Pokoknya sore ini kamu harus ikut Ibu, ga ada tapi tapian…” Ibu langsung beranjak dan pergi ke kamarnya tanpa mendengar bantahanku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN