PART 3 - SUASANA BARU

1896 Kata
   IMPIAN TAK BERTEPI. PART 3  - SUASANA BARU Sekalipun sudah berpisah dan berusaha melupakan,  terkadang alam bawah sadar enggan untuk menerima.  Itu sebabnya mimpi kebersamaan kerap hadir, padahal sebelum tidur Nadya tidak pernah berharap sedikitpun bermimpi bertemu dengan Arkhan Pranaja. Ia ingin menghapus nama lelaki itu dari lubuk hatinya, juga dari impiannya selama ini. Ia sudah menerima takdir cintanya yang berakhir mengenaskan. Tapi tampaknya, hari ini ia kembali bergelut dalam mimpinya. Nadya seolah merasakan kenyamanan, bergelung di dalam selimut dan dekapan hangat itu. Tubuh kekar yang mampu menenggelamkan tubuh mungilnya ketika  hawa dingin menerpa. d**a kokoh  yang sering memeluknya,  membuat Nadya enggan melepaskan pelukan, karena rasa nyaman bersandar disana, rindu sekali rasanya berada dalam posisi itu, hingga … KRRIIIINGGGGGG. Nadya membuka matanya, lalu bangkit dari posisi tidurnya. Ia menghela napas. Rupanya ia bermimpi. Mimpi yang sudah lama tak pernah lagi hadir dalam hidupnya. Mimpi berada dalam pelukan seorang Arkhan Pranaja, laki-laki yang pernah menjadi suaminya, laki-laki yang pernah pergi  begitu saja tujuh tahun lalu. Dan sekarang ia kembali  ke kota ini karna suatu alasan yang tidak bisa ia biarkan. Ia menyibak selimut. Matanya termenung sesaat. Menunggu kesadaran seutuhnya, sebelum akhirnya ia bergegas ke kamar mandi. Nadya membersihkan diri dan menyiapkan sarapan, ini hari pertama ia masuk kerja di kantor cabang Jakarta, jadi ia tidak boleh telat. Ia masih berpikir, memasak untuk sarapan. Tapi, sepertinya tak akan sempat. Masa hari pertama masuk kerja sudah terlambat. Pikirnya. Akhirnya  Nadya memutuskan untuk membuat secangkir kopi saja. Baru saja ia selesai membuat kopi , ketukan di depan rumah terdengar, menandakan ada orang yang bertamu. Nadya bergegas membuka pintu, karna ia tahu siapa yang datang pagi itu. “Morning sweetheart.” Wajah tampan Gavin pagi itu terlalu mempesona untuk semua yang melihat. Di pastikan wanita meleleh melihatnya, namun tidak buat Nadya. Nadya melihat Gavin membawa sebungkus makanan. “Bubur depan kompleks” Gavin seolah tahu Nadya akan bertanya tentang bungkusan yang ia jinjing pagi itu. “Aku buatkan kopi,” usul  Nadya sambil melenggang masuk, di iringi Gavin setelah sebelumnya menutup pintu. Gavin langsung menarik kursi di ruang makan dan duduk, lalu membuka bungkusan plastic berisi bubur. Nadya membawa dua buah mangkok, lalu kembali membawa dua cangkir kopi dengan asap mengepul. Tampaknya perutnya memang meronta ingin di isi. Penampakan bubur ini benar-benar mengugah selera. “Selamat makan.” Nadya memulai sarapannya. Mereka makan dalam diam. Gavin menatap wajah  Nadya. Saat Nadya mengangkat wajahnya, tatapan mereka bertemu. “Ada apa?“ “Are you oke ?“ tanya Gavin. “I’m fine. Kenapa?” Nadya mengangkat kedua bahunya. “Yakin kamu baik-baik saja setelah bertemu Arkhan semalam?” Nadya meletakkan sendoknya dan menghela napas. “Aku gak bisa terus sembunyi Vin, mau sampai kapan? Aku harus bisa hadapi. Aku bukan pengecut dan aku bukan buronan yang harus takut sama siapa pun. Yang jelas aku gak akan mengganggu kehidupan mereka, kuharap ia juga tidak mengusik kehidupanku.” “Aku ingin melindungi kamu, asal kamu izinkan.” Gavin menatap penuh cinta pada Nadya seperti yang biasa Gavin lakukan selama ini. “Aku percaya kamu bisa, tapi aku gak mau melibatkan kamu dalam masalah aku Vin, sudah cukup selama ini kamu bantu aku, thanx ya.” Nadya menggenggam telapak tangan Gavin sambil tersenyum. Selalu begitu. Selalu tembok kokoh yang Nadya bangun untuk membentengi dirinya. Membuat Gavin sulit menghancurkan tembok itu, sekuat apapun ia berusaha menunjukkan pada wanita cantik ini, jika ia selalu serius dengan niatnya. Namun, kembali Gavin harus mengalah akan kekecewaan. Nadya dan segala kekerasan hatinya. Yang entah mengapa menggelitik hati Gavin ingin menjadi pelindungnya terus-menerus. Bukan hanya tujuh tahun ini, tapi selama hidup Gavin. Andai Nadya mengizinkannya. ==== Hari ini untuk pertama kalinya Nadya memasuki gedung baru tempatnya bekerja. Ia di promosikan dari cabang  yang ada di kota Malang, membuatnya kembali ke ibukota Jakarta. Kota yang sudah lama ia tinggalkan demi mengobati sebuah luka yang teramat pedih.  Butuh waktu lama Nadya berusaha melupakan segala kesedihan dan kelukaan hatinya. Mengingat apa yang sudah lelaki itu lakukan, terkadang membuat Nadya bertanya dalam hati, dimana cinta yang dulu diagungkan dihadapannya? Demi  permata hatinya, Nadya bertekad untuk bangkit dari keterpurukan. Dan ia berhasil. Ia ingin menatap masa depannya hanya dengan permata hatinya, tanpa mengingat lagi sosok bernama Arkhan Pranaja. Hari ini Nadya baru saja berkeliling ruangan kantor PT. Merpati Jaya Persada yang bergerak di bidang export perabotan dari kayu jati.  Nadya dipercaya untuk menempati posisi  sekretaris manajer.  Kinerja Nadya selama di Malang sudah bisa membuat ia mendapat  promosi  pindah ke kantor pusat. Yah,  selama tujuh tahun Nadya tinggal di Malang, merangkak posisi  dari bagian administrasi.  Hingga akhirnya mendapat  kesempatan mengambil promosi  pindah ke mari.  Tentu saja tak akan Nadya sia-siakan, apalagi  gaji di ibukota lebih menjanjikan. Dan dari semua alasan, Nadya lebih memiliki alasan lebih spesifik mengapa ia menginginkan pindah ke ibu kota. “Ada yang perlu dipertanyakan lagi mbak Nadya?” tanya Liana, orang yang akan Nadya gantikan posisinya, karna ingin resign untuk fokus mengurus anak di rumah. Terkadang langkah wanita terkendala dalam karir, ketika di tuntut dalam urusan rumah tangga. Itu yang menyebabkan wanita bernama Liana memilih untuk resign. “Hmmm sementara belum sih, namun kira-kira Pak Adit itu orangnya gimana ya?“ Nadya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Maksudnya?“ Liana tak mengerti arah pertanyaan Nadya. “Orangnya galak atau …” Liana tersenyum. “Pak Adit itu orangnya ramah, ramaaaaaah sekali, di jamin kamu bakal betah disini.” “Oooooo.” Nadya mengangguk. “Oh ya, ada satu lagi.” Kata-kata Liana membuat Nadya siaga. “Kalau bisa kamu jangan jatuh cinta ya sama Pak Adit.” Nadya melotot. “Becanda say.” Liana tersenyum yang membuat Nadya ikutan senyum. Percakapan mereka terhenti saat kedatangan seorang laki-laki muda, bersih dan tampan dengan setelan jas yang menandakan ia  memiliki jabatan penting di kantor ini. Laki-laki itu memandang ke arah Liana seolah bertanya. “Selamat pagi Pak Adit.” Liana menyapa. “Ini kenalkan mbak Nadya, pengganti saya, yang lulus kemaren dari kantor cabang Malang.” Liana menerangkan sebelum atasannya bertanya. “Selamat pagi pak, saya Nadya.” Nadya mengulurkan tangannya. “Selamat pagi Nadya, selamat bergabung di perusahaan kami.” Adit Suryana tersenyum manis ke arah  Nadya. Entah  mengapa Adit merasa pernah  melihat sosok Nadya, hanya ia lupa. Ia menatap Nadya dengan dahi berkerut. “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Adit pada Nadya. “Seingat saya, baru kali ini saya datang ke kantor pusat, pak.” Nadya bergantian memandang  Adit dan Liana. Adit terlihat mengangguk mengerti. “Saya akan membawa mbak Nadya keliling divisi pak, sekalian perkenalan.” Liana memutus tatapan Adit pada Nadya. “Oke silahkan,” ucap Adit lalu ia  menatap kepergian Liana dan sekretaris baru nya. Merasa ada yang janggal, Adit segera memasuki ruangannya. Ia meletakkan tas yang tadi dibawanya dari rumah. Lalu membuka filing cabinet tak jauh dari mejanya. Sesaat ia mencari berkas, dan ditariknya sebuah map. Map  yang menampilkan data diri para pegawainya.  Dan yang sekarang ia pegang merupakan data diri Nadya Faranisa. Ia membaca semua data sang asisten, mulai dari usia, alamat tempat tinggal dan status, disini di sebutkan Nadya belum menikah. Mungkinkah ia salah berasumsi. Bukankah nama Nadya banyak di dunia ini? Bisa jadi Nadya yang ini berbeda dengan Nadya yang ia maksud. Adit menutup berkas tersebut dan mengetik kan satu nomer di ponselnya. ***** Nadya tersenyum memandang layar handphone-nya. Hari ini Gavin tidak bisa menjemput ke tempat kerja, karna ada urusan kantor. Tapi kata-kata yang ia sampaikan lewat chat bagaikan  sepasang kekasih. Walau seratus kali Gavin merayunya tak akan membuat Nadya melambung, yang ada ia hanya tersenyum. Bahagia karna di dunia ini serasa memiliki saudara kandung.  Nadya hidup sebatang kara, karna sudah tujuh tahun ini hanya Gavin dan keluarga kecil Siva yang menjadi kerabatnya. Mobil taxi online berhenti di tempat Nadya menyewa sebuah rumah mungil. Mungkin secepatnya ia akan segera pindah, ke rumahnya yang sebenarnya. Rumah yang ia beli dengan harga murah hasil kerja kerasnya selama ini. Yang masih dalam pengerjaan tukang bangunan, karena ada beberapa yang memerlukan sedikit renovasi. Nadya membuka gerbang rumahnya perlahan. Setelah melepas sepatunya, ia memasukan anak kunci dan membuka pintu. Suasana gelap menyapanya. Saat ia melangkah masuk, dan mencoba meraba saklar lampu. “SURPRAISSSSSS.“ Lampu menyala dan tampaklah Gavin dari dalam ruang makan membawa sepotong kue tart. Nadya menutup mulutnya terharu. Ia tak menyangka Gavin masih mengingat hari ulang tahunnya. Gavin dan semua perlakuan romantisnya, selalu membuat Nadya tersanjung. “Happy Birthday honey.” Gavin tersenyum manis sambil menyerahkan kue di depan Nadya, berharap Nadya meniup lilin yang ada diatas kue-nya. “Make a wish.” Nadya menutup matanya sambil berdoa dalam hati, dan saat membuka matanya, ia meniup lilin tersebut hingga padam. Hanya satu yang ia panjatkan. Selalu diberi kebahagiaan dalam hidupnya, dimanapun dan dengan siapapun. “Tunggu!! Ada satu lagi surpraise dari aku.” Gavin menaruh kue di atas meja. Lalu kembali ke dalam. Nadya hanya mengerutkan dahinya. Selanjutnya, Nadya menatap tak percaya siapa yang kini bersama Gavin. “Bundaaaaaa,” seorang gadis kecil berlari berhambur ke pelukan Nadya. Nadya memeluknya erat, meluapkan rasa rindunya pada malaikat kecilnya. “Bundaaaaa ika kangen.” Nadya melepas pelukannya dan menghujani ciuman kewajah sang putri, hingga putrinya terkekeh geli. “Anak bunda kok gak bilang sih mau datang kemari?” Nadya menatap wajah cantik anaknya. Cantika Faranisa tersenyum sambil melirik Gavin. “Kata  Papa Gavin, rahasia,” bisik Cantika. Nadya melirik Gavin, namun yang di lirik malah pura-pura melirik ke arah lain. “Aku ingin kamu bahagia malam ini,” bisik Gavin dengan tatapan hangatnya . “Terima kasih Papa Gavin.” Nadya tersenyum sambil melirik sang putri. Ia memang rindu sekali dengan putrinya ini. Hanya belum sempat berkunjung ke rumah Mbak Siva. “Sekarang waktunya kita makan malam.” Gavin membuka beberapa bungkusan yang sudah ia siapkan sejak sore. Ia memang sengaja ingin membuat surpraise untuk Nadya, dengan menghadirkan Cantika. Padahal Nadya baru besok bisa berkunjung menemui Cantika. Setelah urusan kepindahannya selesai. Mereka bertiga makan dalam satu meja, sudah seperti keluarga yang bahagia. “Sayang ya mbak Siva gak ikutan makan malam bareng kita. Memangnya acara Mas Heru gak bisa di cancel ya.” Nadya bertanya  pada Gavin. “Dia titip pesan, besok baru bisa mampir, sekalian ajak anak kita pergi ke mall, supaya papa dan bundanya bisa ngabisin waktu berdua.” Gavin menaikkan kedua alisnya, namun di sambut Nadya dengan rotasi bola matanya. Saat mereka bersama Cantika, mereka menunjukkan jika mereka sebuah keluarga yang bahagia, supaya  Cantika tidak kehilangan rasa hangatnya memiliki orang tua yang utuh. Jadi sudah bisa di tebak, berapa banyak hutang budi Nadya pada Gavin dan Siva kaka nya. Kalau saja saat itu tidak ada mereka, entah bagaimana hidup Nadya. Kesalahan Nadya dalam hidupnya hanya satu, mencintai sosok laki-laki bernama Arkhan Pranaja. Harusnya ia menyelidiki siapa sosok laki-laki yang bertahta di hatinya , sebesar apa jurang yang ada diantara mereka. Namun sebesar apapun kesalahan Nadya, ia tidak pernah menyesali telah memiliki Cantika Faranisa, buah hatinya bersama Arkhan, yang hingga sekarang belum dan bahkan tidak akan diketahui laki-laki yang dulu berlabel suami Nadya. Tidak, Arkhan tidak boleh tahu jika mereka di anugerahi bidadari kecil nan cantik ini. Cantika Faranisa hanya memiliki Bunda Nadya dan Papa Gavin. Juga Mama Siva dan Papa Heru. Tidak akan ada Papa Arkhan dalam hidup Cantika. Hingga ia cukup usia untuk mengetahui bagaimana hubungan kedua orang tuanya dulu.   Semoga suka ya. Love Herni. 27 Mei 2021 Judul : IMPIAN TAK BERTEPI. PEN NAME : HERNI RAFAEL. https://m.dreame.com/novel/C4XxoA5KrvGZkiZKcxLx0Q==.html
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN