2 ; She's Crazy, right?

1952 Kata
Halsey - Walls Could Talk "Wah daebak! Jadi noona menjawab seperti itu?" retorik. Jinmin terkejut sambil membuka mulutnya membentuk huruf konsonan. Taeri hanya mengedikan bahunya acuh tak acuh sambil mengeluarkan makanan yang ada di dalam kabin sebanyak-banyaknya dan meletakan pada meja makan di mana Jinmin sedang duduk sekarang. Toh Jeongoo memperbolehkannya. Sebenarnya melihat itu rasanya Jinmin iri, karna Jeongoo itu lumayan pelit jika berhubungan dengan makananan –tapi Taeri malah mendapatkan akses sepenuhnya. "Jadi apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Yunki yang sudah masuk begitu saja dengan seenaknya ke apartement Jeongoo. Berjalan mendekat ke meja makan dengan mengenakan pakaian serba hitam dari kaus, celana, parka panjang sampai topi yang dikenakan seperti ingin menutupi seluruh wajahnya. "Tidak bisakah kau memencet bel?" "Untuk apa? Aku tahu kode pin nya. Belum berubah." jawab Yunki santai dengan sombong seperti biasa. "Untuk menunjukan bahwa kau bukan makhluk barbar yang tidak punya sopan santun." sarkas Taeri sukses membuat Yunki terdiam geram mati kutu. Dan gadis itu tersenyum penuh kemenangan dengan angkuhnya. Pagi hari dengan nilai 1-0 antara Kim Taeri dan Min Yunki. Jinmin hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum manis seperti malaikat. Sungguh luar biasa ketika pria itu bisa jadi malaikat ataupun iblis sesukanya. Pun Jinmin maupun yang lain sudah terbiasa dengan perdebatan yang selalu terjadi antara Taeri ataupun Yunki. "Ngomong-ngomong hyung kenapa di sini pagi-pagi? Hyung pasti tahu kan kalau Jeongoo sedang pergi bersama Jin hyung?" tanya Jinmin bingung. Ditanya seperti itu membuat Yunki memutar bola matanya malas. Lalu memincingkan mata, menatap sinis kepada Taeri yang sudah tersenyum licik. Membuat Yunki muak sekali dan rasanya ingin mengikat gadis itu lalu membuangnya ke laut. "Kau lupa? Aku harus jadi b***k peliharaan itu." Yunki menunjuk dengan dagunya sementara Jinmin mengangguk-anggukan kepala. Yang lain juga sudah mengetahui tentang ini. "Hei Min Yunki, tak boleh begitu pada majikan." Taeri menggelengkan kepala dan menggoyangkan telunjuknya sambil menghela napas dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan dengan sengaja. Seperti sedang mengajari anjing peliharaan. Sukses membuat Yunki tambah kesal sementara gadis dalam batin Taeri berteriak kegirangan senang. Score nya menjadi 2-0 sekarang. Biasanya dalam list kegiatan favorite Taeri, setelah nomor satu 'Ayo menikmati kegemasan Jeon Jeongoo.' yaitu adalah acara 'Mari menggoda Taekyung dan mendapatkannya.' sekarang berganti menjadi 'Ayo mengganggu Min Yunki sampai dia merasa tidak ingin hidup di dunia lagi dan mati saja.' Sangat menyenangkan. "Ya majikan yang hanya tinggal dua hari lagi. Kau sendiri kenapa berada di sini Jim?" tanya Yunki tepat kepada sasaran. "Ah menyampaikan misi berikutnya dari Namjoon hyung. Sesuatu yang harus noona lakukan. Dan—" Jinmin menatap Taeri menumpuh wajahnya dengan kedua tangan. Tersenyum smirk dengan tatapan flirt. "—ingin menemui noona saja." goda Jinmin dengan semua pesonanya. Bohong kalau ada yang bisa menahan pesona Park Jinmin. Bagaimanapun Taeri juga wanita. Taeri membalas tersenyum memberikan tatapan menggoda lainnya. Hanya sebatas serangan balik satu-sama lain seperti itu. Sekadar gurauan pagi, bukan hal khusus tertentu. Tapi itu sukses membuat Min Yunki mual. Menunjukan wajah jijik ingin muntah dengan sengaja. "Jangan sampai kepalamu rusak, Park. Cukup Jeongoo saja." Taeri mendengus kesal memincingkan mata pada Yunki si b******k itu. "Lagipula jangan main-main. Walaupun Jeongoo memafkanmu. Tapi terakhir kali aku ingat jelas kau galau merana karna diabaikan Jeongoo." Mood Jinmin sukses langsung hancur. Bibir tebalnya yang kecil itu mempout lucu. Sebenarnya Yunki juga gemas dan lalu mengusap kepala Jinmin sambil membuang muka. "Tenang, hyung juga merasakan hal yang sama kok waktu diabaikan Jeongoo." Diam-diam Taeri yang melihat itu, tersenyum tipis. Segelap apapun dunia mereka, sedalam apapun kebusukan yang mengakar, mereka memiliki ikatan kuat yang bahkan membuat Taeri merasa hangat hanya dengan melihatnya. Berada di sekitar mereka. "Yunki," panggil Taeri tiba-tiba ketika tersadar melihat keadaan Yunki yang ada di sebrang mejanya itu. Yunki menoleh dan membulatkan mata sipitnya itu. "Apa?" "Kau habis melakukan misi?" tebak Taeri. Yunki mengangguk. "Ya tengah malam. Selesai aku langsung ke sini kok. Tak perlu protes. Tidak telat lama kan? Aku masih ingat janjiku kok." "Oh pantas saja hyung mewarnai rambut lagi, menjadi blondie." Alih-alih memperhatikan atau menjawab ucapan mereka, Taeri malah mencondongkan badannya. Setengah torso berada di atas meja untuk menjangkau Min Yunki yang duduk di samping Jinmin. Membuat mata Yunki membulat ketika wajah Taeri mendekatinya. Dan lagi posisi itu membuat kaus putih Jeongoo yang dipakai Taeri jadi sedikit tertarik ke bawah. Yunki jadi dapat melihat belahan d**a sekaligus bra hitam di dalamnya. Dia buru-buru membuang muka mengalihkan pandangan. "Hei lihat ke sini!" keluh Taeri. Yunki hampir tersedak karna hal itu apalagi ketiba tiba-tiba telunjuk dan ibu jari Taeri memegang dagu dan memutar wajahnya kembali ke pandangan awal. Yunki tetaplah pria bagaimanapun. "Kau berdarah. Kacau sekali. Mengerikan wajahmu." ujar Taeri sambil menghapus sisa darah di bibir Yunki yang terluka dengan ibu jarinya. Kemudian gadis itu kembali menjauh. Yunki dapat bernapas lega lagi dan jantungnya mulai berdetak normal kembali. Baiklah dia hampir saja berpikir yang tidak-tidak. "Wah iya hyung. Kau kacau sekali," ujar Jinmin membernarkan dengan terkejut setelah memerhatikan dengan seksama. Taeri menggeleng-gelengkan kepalanya jadi teringat Jeongoo. Dia langsung menuju kulkas mengambil es batu yang di isi air dingin. Sebuah sapu tangan dan juga beberapa obat di kotak penyimpanan. Pun Taeri langsung mendekat ke samping Yunki. Duduk di bangku sana, membuka dengan seenaknya topi Yunki. "Hei!" protes Yunki. "Berisik!" tanggap Taeri dengan galak. Yunki ingin balas protes tapi yang bisa dia lakukan adalah berteriak mengaduh perih ketika Taeri membersihkan lukanya. "Hei! Pelan-pelan! Kau ini ingin membunuhku ya? Sengaja menekan dengan kencang begitu." "Iya memang sengaja." "YAK—AUW!" "Makanya kau tidak perlu berisik. Diam saja. Gaya saja seperti sok jagoan. Begini saja mengaduh kesakitan." Yunki sukses bungkam. Sementara Jinmin cekikan melihatnya. Yunki kesal. Taeri juga kesal. Tapi Taeri tak tega juga melihatnya. Dan Yunki juga sebenarnya berterima kasih. Taeri memegang bibir Yunki dengan ibu jarinya mengusap lembut dengan wajah khawatir. Teringat setiap Jeongoo terluka karna melakukan misi. Wajah inosen Jeongoo yang membuat Taeri ingin memeluk. Yunki tertegun sesaat harus menetralkan degubnya. Bukan, bukan karna perasaan cinta atau semacamnya. Tapi sudah sewajarnya pria bereaksi dalam keadaan seperti ini. "Berhenti..." lirih Yunki dengan canggung. Tubuhnya serasa kaku. "Ehm?" tanya Taeri menatap mata Yunki langsung. Menaikan kedua alisnya bingung. "Berhenti memegang bibirku seperti itu dan tolong agak menjauh. Mengganggu. Membuatku tak nyaman." Taeri hanya mengangguk-anggukan kepalanya santai. "Baiklah sudah." Dengan tenang tanpa terganggu sedikitpun, Taeri kembali menaruh segalanya di tempat semula. Jinmin menatap raut wajah Yunki yang memerah dan lalu tertawa dalam hati. "Aku akan membuatkan tteokbokki untuk kalian. Kalian lapar kan?" tanya Taeri karna tahu Yunki langsung datang ke sana setelah melakukan misi. Sebenarnya dia merasa bersalah. Jinmin mengaggukan kepala. "Kau bisa memasak?" Taeri menatap Jinmin dengan senyuman lebar. "Tentu saja tidak.. Hehe." Jawaban yang sukses membuat Jinmin dan Yunki bergidik. Terlebih lagi dengan raut inosen ketika mengatakannya. Mereka merasa bahwa akan segera mati karna teracuni makanan sebentar lagi. "Tenang, ini tinggal dihangatkan kok. Bukan aku yang buat. Mudah." Mereka lega mendengarnya. . . . . . . . Yunki tersedak ketika mendengar cerita Jinmin tentang apa yang mereka bicarakan ketika dirinya baru datang. "Kupikir Jeongoo itu posesif sekali. Aku pikir dia tak akan mau kau disentuh siapapun," ujar Yunki menanggapi cerita tentang pengakuan Jeongoo beberapa hari yang lalu. "Itu memang benar." jawab Taeri sambil menyuap makanannya. "Lalu? aku tak mengerti." "Itu karna Jeongoo terobsesi pada Taeri noona." jelas Jinmin sambil mengunyah makanannya. Yunki masih mengerutkan dahinya tak mengerti. Taeri mendapati raut itu dan memadang wajah Yunki dengan menyedihkan. "Akan aku jelaskan padamu. Kasihan sekali ternyata otakmu tidak seberapa," sarkas Taeri lagi. Score jadi naik menjadi 3-0 untuk pagi ini. Untuk seorang yang sering mengklaim dirinya Jenius –dan memang Yunki itu pintar– tentu membuat dirinya kesal. Tapi kali ini dia tak dapat mengatakan apa-apa karna memang tak menemukan jelas korelasinya. "Jadi—pertama aku mengerti mengapa Jeongoo memaafkan Taekyung dan Jinmin, ya walaupun memang karna mereka sudah seperti kakak untuknya. Malam itu dia juga bilang sendiri, karna yang terpenting adalah aku miliknya. Kesimpulan dari itu semua adalah seks dan perasaan berbeda. Selama Jeongoo merasa aman tentang eksistensiku untuk dia sepenuhnya, dia tak masalah. Yang penting adalah perasaan. Seks yang tak menggunakan hati mungkin sedikit membuatnya kesal, tapi dia tak merasa terancam." Yunki mengangguk-anggukan kepalanya mulai mengerti. Sementara Jinmin yang sudah dijelaskan tadi menepuk-nepuk bahu hyungnya itu dengan tampang sok tahu. 'Tentang cemburu atau masalah rela kekasihnya disentuh orang lain? Tentu tidak rela dan akan cemburu. Marah? Jelas. Tetapi jika itu tanpa seizinnya. Ini adalah masalah fetish Yunki. Atau rasa penasaran dan keinginan besar. Kau tidak akan mengerti jika tak mengalaminya atau menjadi orang sok tahu berpikiran sempit. Terlalu naïf nyaris memuakan yang selalu menyalahkan dan melihat dari satu sisi." Telak Yunki bungkam dengan sindiran keras yang terlalu logis itu. Pragmatis. Dan bertambah menjadi 4-0. "Jadi intinya adalah jika aku melakukannya atas apa yang dia inginkan. Atas seizinnya. Itu berbeda lagi. Dia tak akan masalah. Karna apa? Itu berarti dia memiliki kontrol sepenuhnya dalam diriku." Pun Yunki terdiam sesaat mencerna semua itu. Dia menganggukan kepala. "Aku mengerti. Jeongoo teramat mencintaimu. Terobsesi dan semua hal-hal gila di kepalanya mulai meliar. Dia ingin mengontrolmu sepenuhnya dalam kepemilikannya. Dengan melihat kau bercinta diatas kemauannya itu salah satu bentuk kontrol mutlak. Dan juga salah satu realisasi obsesi." Taeri tersenyum dan menunjuk Yunki. "Yup! Kau benar! Seratus untukmu! Wah kau pintar juga." Yunki tersenyum dan menganggukan kepala, berganti menjadi kekehan ringan. "Kau juga pintar. Aku mengerti mengapa Jeongoo bisa mencintaimu." Jinmin hanya senyum diam-diam lagi melihat kedua orang itu tanpa sadar saling memuji. "Kau sendiri.. Apa jawabanmu?" tanya Yunki penasaran. Taeri mengedikan bahu santai. "Aku bilang 'Ayo lakukan saja." Yunki tersedak karna itu. Langsung mengambil minum dan meneguknya. "Kau kaget kan hyung? Sama. Aku juga ketika mendengar jawaban noona." "K–kau gila?" tanya Yunki. Setengah pertanyaan retorik. Setengah lagi benar-benar butuh pernyataan jelas. Taeri tak langsung menjawab malah terdiam berpikir sambil menghela napas panjang –kembali dengan wajah mengesalkan yang membuat Yunki ingin mendorong kepala Taeri dengan jarinya. "Sepertinya aku memang gila," jawab Taeri dengan wajah meyakinkan dan benar-benar serius yang dilebih-lebihkan. Yunki sukses melongo. Tawa Jinmin meledak. "Kalian berdua gila. Cocok." ujar Yunki menggeleng-gelengkan kepala kehilangan akal. Tak habis pikir. "Mungkin kalau gadis lain akan menolaknya. Tapi aku adalah Kim Taeri. Jawaban apa yang akan kau harapkan? Toh aku sudah pernah melakukannya dengan Taekyung. Jika melakukan dengannya lagi tak masalah. Menarik juga melihat Jeongoo terangsang hebat ketika aku disetubuhi di depan matanya. Wah aku nyaris gila membayangkan wajah h***y Jeongoo. Menggairahkan." Jinmin pun ikut mengangguk. Melakukan pembenaran. "Dan lagi aku juga tidak masalah jika diminta bercinta dengan Taeri noona." Taeri ikut menganggukan kepala. "Tapi tenang saja kok. Jeongoo tak membahas itu lagi. Tak mengatakan benar-benar akan dilakukan atau tidak. Dia hanya menyuarakan isi kepalanya. Mencoba jujur karna dia takut aku akan pergi ketika tahu banyak sisi gelap tentangnya. —tapi dia salah. Aku akan tetap di sampingnya. Bertahan. Bersamanya." Taeri menunduk sambil tersenyum tipis dengan tulus. Yunki dan Jinmin bisa melihat jelas itu semua. Dan merasa lega adik kesayangan mereka menemukan orang yang benar-benar mencintainya. Jeongoo mungkin terobsesi, tapi tak masalah karna Taeri juga kecanduan akan dirinya. "Tapi aku harap Jeongoo memang tidak berniat melakukannya—" Yunki tiba-tiba memecah keheningan yang ada. Membuat Taeri maupun Jinmin menatapnya penasaran. Kalimat apa yang akan keluar dari bibir Yunki yang sekarang dengan raut begitu serius. Terlihat sangat gelisah seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. "—karna dari semua kesimpulan yang aku dapat, jika itu terjadi tentu saja dia tak akan meminta orang yang membuat merasa hubungan dirinya dan kau terancam. Tentu dia tak akan memilihmu yang pernah meloloskan jari pada Taeri Apalagi Taekyung yang jelas-jelas pernah mengatakan cinta, hampir merebut mu, Taeri." Yunki menarik napas dalam-dalam dengan wajah ngeri. "Dan dia pasti akan meminta orang yang sangat tidak ada rasa tertarik. Atau bahkan saling tidak menyukai." Kemudian Taeri menegang bergidik jijik mengerti ke mana arah Yunki. "Dan orang yang masuk kualifikasi itu adalah aku." []  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN