Wanita Asing di Kamarku

777 Kata
Baca YOUNG MASTER SECRET dulu yah. Jangan lupa follow aku, Ini cerita ke enam aku, follow juga instagramku @emmashu90 _____ Langkah kaki berlapis sepatu pantofel gegap gempita di lantai hotel bintang tujuh. Pria bertubuh tinggi dengan penampilan khas ala kantoran, jas cokelat dipadu dasi warna senada melangkah melewati sederet pintu di kiri kanannya. Ia harus segera sampai kamar untuk merebahkan tubuh yang terasa lelah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan. Melelahkan. Hotel itu sepi, sudah tengah malam. Dering ponsel memecah keheningan. Pria tampan itu menjawab telepon sesaat setelah melihat ID penelepon adalah Hiroshi Tanaka, ayahnya. “Halo, papa!” Azka menempelkan ponsel ke telinga. “Azka, bersiaplah, peresmian kepemimpinan Tanaka Groups akan disahkan besok. Jaga stamina mu!” Suara Hiroshi terdengar penuh kebanggaan. “Tentu.” “Baiklah, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.” Sambungan telepon diputus. Azka berhenti di depan sebuah pintu, mengeluarkan kunci dari kantong celana. Lalu memutar benda itu ke lubang pintu. Ia memasuki kamar, menekan sakelar lampu. Ruangan gelap pun berubah terang. Tubuhnya terasa gerah memaksanya langsung mandi. Untung saja ia termasuk pria pekerja keras yang rajin mandi, jadi tidak sempat mengumpulkan daki sekilo seperti yang dilakukan temannya yang agak gila itu. Yiiiieeek. Usai mandi, Azka mengenakan piyama, mematikan lampu dan tidur di kasur king size. Bibirnya menyungging senyum, menanti hari esok yang akan menjadi hari bersejarah bagi Azka, Keluarga besar Tanaka berencana akan menobatkannya menjadi penerus Tanaka Groups. Surat menyurat sudah dikemas, tinggal peresmian saja. Satu jam kemudian, Azka mengerjapkan mata saat merasakan silau, entah siapa yang menyalakan lampu kamarnya. Tunggu dulu, seingatnya sudah mematikan lampu saat hendak tidur, lalu kenapa ruangan bisa terang? Bukankah ia sekarang sedang tidur di salah satu kamar hotel? Lalu adakah orang lain yang masuk ke kamarnya selain dirinya? Sepertinya ia lupa mengunci pintu kamar. Ia membuka mata, mengucek sebentar. Kasur di sisinya terayun, ada yang menduduki sisi kasur. Azka menoleh, terkejut melihat sosok gadis duduk di sisi kasur hanya mengenakan bra saja, memperlihatkan keindahan tubuhnya, untung bawahnya masih mengenakan celana panjang. Gadis itu tampak asik pada ponselnya. Apakah Azka bermimpi? Ia mengumpulkan nyawa terlebih dahulu, mengingat-ingat. Dia tidak sedang bermimpi. Ya, dia ingat sekarang sedang berada di kamar hotel. Dan gadis itu siapa? Otak Azka memberikan jawaban atas pertanyaannya sendiri, dia pasti gadis nakal. “Gadis nakal! Aku tidak memesan wanita dan kau bisa muncul di sini, hm?” Azka bersungut. Menatap tubuh gadis yang tanpa baju, tidak tahu malu. “Aaaaa…” Gadis itu menjerit sambil menarik selimut yang menutup sebagian tubuh Azka untuk menutupi tubuhnya sendiri. Terutama dua benda bulat yang dibungkus rapi itu. “Siapa kau?” “Seharusnya aku yang bertanya, siapa kau? Dasar! Gadis nakal, pura-pura malu!” cibir Azka heran melihat gadis cantik yang tiba-tiba sudah ada di depannya hanya mengenakan bra dan menurutnya pura-pura kaget saat melihat wajahnya. Lucu! Pikiran Azka pun mulai bereaksi, ingin ngerjain gadis itu. gadis nakal menurutnya perlu dikerjain supaya tahu diri. Azka bukanlah pria br*ngsek yang suka main wanita, atau pacaran dengan melakukan sekss bebas. Dia tidak pernah berbuat mes*m dengan seorang gadis. Kehidupannya disibukkan dengan pekerjaan, dan ia tidak pernah terpikir menghabiskan waktu dengan wanita. Tapi saat melihat fakta semenakjubkan ini, ia pun menelan dan ingin melakukan sesuatu yang menurutnya adalah sebuah hukuman. “Apa yang kau mau sampai bisa masuk ke kamarku? Mau ena-ena? Mau bayaran? Kau pasti salah masuk kamar, bukan? Ini bukan kamar pria yang memesanmu. Baiklah, mari bersenang-senang.” Azka menarik selimut, membuat selimut tersebut terlepas dari pegangan Aysa. Lalu dia lempar selimut itu ke sembarang arah. Gadis itu menyilangkan tangan ke dadaa, menutupi aset termahal miliknya. “Jangan sok jual mahal, sudah murah mengaku saja murah!” Azka menarik lengan gadis itu dan menjatuhkan tubuh mungil itu ke kasur, kedua kaki pria itu mengunci kaki gadis itu. Tangannya memegangi kedua tangan gadis itu, kiri dan kanan. Ia ingin membuat gadis nakal itu terbuai, lalu setelah itu Azka akan menyuruh gadis itu pergi sebelum hasrat gadis itu terpenuhi. Rasakan bagaimana menderitanya menahan hasrat. “Lepaskan aku! Aku bukan wanita seperti yang kamu pikirkan. Aku juga nggak tahu kenapa aku bisa ada di sini. Aku terjebak. Lepaskan!” Gadis itu berusaha memberontak, namun sia-sia. Tenaganya kalah kuat dari tenaga Azka. “Lepaskan atau akan kusunat kau!” ancam gadis itu. Tapi… Ah, kenapa yang keluar ancaman tidak bermutu begitu? Lidahnya kacau sekali. “Apa kau pikir ada wanita baik-baik yang mendatangi kamar laki-laki bahkan melepaskan pakaiannya? Memalukan! Sebelum kau menyunatku, kau akan terlebih dahulu menjerit!” Azka menekan satu tangan gadis itu dengan siku, tangan lainnya memegangi dagu gadis itu dengan jemari kokohnya. Membuat dagu kepala gadis itu tak bisa bergerak. Gadis yang menjajakan diri memang harus diberi pelajaran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN