Ada Cemburu

1089 Kata
Nampak expresi tak suka yang terpancar dari wajah Sonia. mulutnya cemberut menatap tajam kekasih gelapnya. Huhh, akhirnya istri sah menang melawan pelakor. Gagal sudah rencana mereka hari ini untuk berduaan. hihi. Dan selanjutnya aku akan terus mengganggu dan menggagalkan rencana mereka, hingga kalian bisa berkata jujur. * Sampai di pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, aku memiliih-milih pakaian yang indah nan mahal walau sebenarnya aku tak sedang membutuhkannya. Bang Surya disibukkan oleh Carla sementara Sonia ia bagaikan patung berjalan mengikuti langkahku kemanapun aku menuju. "Kak aku pegel," ungkap Sonia kesal, wajahnya merenggut tanda tak nyaman. "Satu toko lagi, sabar," jawabku sambil melenggang, terpaksa ia pun mengikuti. Tanganku terus menggandeng Bang Surya, sementara Carla berdiri beriringan tak jauh dengan kami. Dan Sonia berjalan di belakang mengekor, kudengar beberapa kali dia mendengus kesal namun tak kuhiraukan. Sebisa mungkin aku berpura-pura romantis di hadapan Sonia, pasti dia terbakar api cemburu, untung ga jadi abu tuh hati!. Memasuki toko pakaian netra Sonia tertuju pada sebuah lingerie merah, ia pasti menginginkan lingerie itu, tak mau kalah lekas aku meraih lingerie merah itu lalu mencocokannya ke tubuhku. "Bagus ga, Bang?" Bang Surya mengukir senyum secara paksa, "Bagus, Dek." "Yasudah aku ambil," kataku seraya melirik Sonia. Puas sekali rasanya membuat dia jengkel seharian. Karena Sonia yang merengek kelelahan kami berempat istirahat sambil menyantap makan siang, seperti biasa aku akan membuatnya kepanasan lagi. "Sonia tolong photoin kita bertiga donk," ucapku seraya menyodorkan ponsel padanya, ia diam menatapku dengan tatapan tak suka. "Nora banget sih, kaya ga pernah makan di mall aja harus di photo segala," umpatnya kesal "Buat kenang-kenangan Sonia, ayo cepet!" ia pun menurut Cekrekk! Satu photo diambil, sempurna. Sekarang aku ganti pose hanya berdua dengan Bang Surya, Aku dan dia saling bersuapan. Memang ini terkesan nora tapi tak mengapa yang terpenting Sonia bisa kepanasan. Puas berselfi ria tiba-tiba teman semasa kuliahku__Daniel menghampiri, dari kejauhan ia melambaikan tangan ke arahku. Kebetulan banget Daniel lagi jomblo cocok jika disandingkan dengan Sonia. "Hai, Rah apa kabar?" ucapnya seraya bersalaman dengan Bang Surya. "Alhamdulilah, Dan. Kenalin ini adekku Sonia. Masih inget 'kan?" ia menatap Sonia sejenak. "Oh iya inget donk. Cantik ya sekarang pangling liatnya," ungkapnya sambil tersenyum, nampak raut wajah tak suka dari Bang Surya. Ide bagus kenapa ga aku jodohkan saja Daniel dan Sonia. Selain tampan ia juga mapan, yang kudengar dari teman-teman ia sudah sukses merintis usahanya di bidang kuliner. "Kalau gitu kalian ngobrol aja berdua di sana, buat pendekatan," sahutku, nampak Daniel tersenyum kemudian netraku bergulir menatap Sonia, kutajamkan mata padanya dengan maksud memberi kode. Dengan sedikit paksaan akhirnya mereka berdua mengobrol terpisah dengan kami, sesekali Bang Surya melirik Sonia dengan tatapan tak suka, Mungkin ia cemburu. Ada sedih yang kurasakan. Tapi biarlah sepertinya aku harus membiasakan diri untuk bersikap acuh tentang perasaanku, tak ada lagi yang bisa diharapkan dari pernikahan ini, sudah jelas jika Bang Surya begitu mencintai Sonia. Menjelang Sore kami telah tiba di rumah, aku bergegas masuk kedalam kamar, sedangkan Bang Surya ia duduk di ruang tamu, mungkin saat ini ia sedang berbincang dengan Sonia, tak apa kini kesempatanku untuk mengambil buku tabungan Carla yang disembunyikan dibawah kasur, Kamu terlalu bodoh, Bang. Sekarang buku tabungan ada dalam genggamanku, akan aku sembunyikan semua berkas-berkas penting, posisi sekarang sudah tak aman, serigala berbulu domba sudah mulai beraksi, hihi. Dari lantai atas kulihat mereka sedang berbicara saling bersitegang, aku tak dapat mendengar dengan jelas obrolan mereka namun dapat dipastikan jika saat ini mereka tengah bertengkar, baguss, rencanaku untuk menggoyahkan hubungan mereka nampaknya berhasil. Aku melangkah pelan menuruni anak tangga, setelah kehadiranku disadari oleh mereka secepat kilat Sonia berlari menuju kamarnya lalu menutup pintu dengan keras, 'Selamat menikmati rasa jengkelmu, Nona'. Sedangkan Bang Surya ia nampak belingsatan melihatku yang tiba-tiba muncul dihadapannya. "Ayo masuk kamar, Bang. Mandi sana," ucapku datar namun ia diam, lalu duduk disampingku. "Bang, Daniel dan Sonia cocok 'kan?" ia nampak tersentak mendengar pertanyaanku. Kena kau!. "Ga tau!" jawabnya ketus. "Cocok lah, Bang. Daniel itu masih muda tampan dan mapan pula, dia udah punya Restoran, kurasa ia bisa membahagiakan Sonia, dia pantes bersanding dengan pengusaha bukan dengan karyawan biasa," cetusku ceplas-ceplos, masa bodoh ia mau tersinggung atau tidak, memang itu kenyataannya. "Tau ah!" ia melenggang menaiki anak tangga menuju kamar. Sensi banget sih yang lagi cemburu!. * Selepas shalat maghrib aku ketiduran dan terbangun pukul 21:30 karena mendengar suara berisik dari lantai bawah, Carla juga tertidur disampingku mungkin kami kelelahan akibat jalan-jalan tadi siang, kutajamkan pendengaran, sepertinya itu suara Bang Surya dan Sonia sedang bertengkar di lantai bawah, aku beranjak dari ranjang dengan perlahan, Karena ditakutkan Carla akan terbangun lalu melihat pertengkaran ayahnya. Berjalan mengendap-ngendap, sinar lampu yang temaram membuatku melangkah dengan leluasa, diluar nampak tengah turun hujan jadi suara mereka tak terdengar dengan jelas, kuputuskan untuk terus melangkah menuruni anak tangga mendekati keberadaan mereka. "Aku akan pergi sekarang meninggalkanmu sejauh mungkin kalau kamu tak bisa bersikap tegas," suara jeritan Sonia terdengar jelas olehku. Benar saja Sonia marah karena cemburu melihat keromantisan aku dan Bang Surya tadi siang. "Sonia, jangan seperti ini aku mohon mengertilah, dan bersabar sebentar," rayu Bang Surya. Sonia terisak, namun aku tak dapat melihat mereka berdua secara jelas. "Aku ga bisa tinggal disini dan melihat kamu bersikap romantis pada Sarah, aku jijik Cuihh!" Kurang ajar!, yang menjijikan itu kalian aku merutuk dalam hati. "Iya abang minta maaf, sayang ... jangan pergi sekarang ini sudah malam, hujan pula," sahut Bang Surya membujuk. "Hujan atau badai aku tetep akan pergi, lepas jangan halangi aku!" terdengar suara langkah kaki berlari, aku mengintip dibalik tembok rupanya Sonia berlari keluar menembus derasnya hujan kemudian disusul oleh Bang Surya setengah berlari, aku melangkah menyusul mereka namun tetap menjaga jarak aman. Bang Surya mencekal tangan Sonia, dan berbicara entah apa aku tak mendengarnya karena suasana bising akibat derasnya hujan, yang kulihat ia memegang kedua bahu Sonia dan menatap wajahnya, mereka saling bertatap muka. Mesra sekali mirip film-film India. Kemudian berpelukan ditengah derasnya hujan. Jantungku berdegup kencang, kakiku bergetar menyaksikan 2 sejoli yang sedang berpelukan ditengah derasnya hujan, air mata meleleh dengan sendirinya. Aku tak sanggup, tapi harus kuat. Dengan sedikit kekuatan aku berjalan dengan maksud ingin memergoki mereka namun terdengar suara Carla memanggil namaku menuruni tangga, ia terbangun karena mendengar suara petir yang saling bersahutan, karena bocah itu memang sangat takut terhadap suara petir maka Ia tak akan berani tidur sendirian. "Mama ... Mama gelap ada petir takut!" Suaranya semakin jelas mendekat. Ya allah bagaimana ini, ingin sekali aku melabrak mereka berdua saat ini tapi bagaimana dengan Carla, kenapa ia selalu muncul disaat aku ingin memergoki ayahnya. Ia masih terlalu kecil jika harus mengetahui yang sebenarnya. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN