Dusta Fiona

1023 Kata
Tiga bulan berlalu sejak Fiona menangis,Sovia sudah tidak pernah melihat Fiona galau dan bersedih.Mungkin karna Dewa sudah jarang ke kampus.Sovia senang,kalau Fiona bisa menyadari,tanpa Dewa,dunia juga akan tetap baik baik saja. Pagi yang cerah,perut yang kenyang dan notif transferan dari sang ayah,membuat wajah Sovia ceria. "Eh Sov, bukan kamu saja yang berhak bahagia.Aku juga sedang berbunga bunga tauu.." "oyaa.. aku ikut bahagia dan makin bahagia.Ada apa? cepet cerita!" Sovia bertanya dengan antusias. Fiona mencoba memastikan keadaan aman,dengan melirik ke kanan dan ke kiri.Merasa ruang kelas masih sunyi,karna cuma ada beberapa siswa,Fiona melebarkan senyumnya.lalu berbisik ke telinga Sovia."Aku semalem abis ngobrol seru bareng Dewa" "oyya? "Sovia kaget,antara heran dan senang.Heran bagaimana awal mulanya.Tapi juga senang melihat sahabatnya bahagia. "Ternyata,Dewa itu,asyik kalau di ajak ngobrol.Semalam,dia bercerita panjang lebar.kami bercanda seru sekali" "Semalam? wah ! kalian bertemu dimana? Hayoo,kalian janjian ya?"Sovia terus tersenyum,kebahagiaan Fiona menular padanya. Fiona mengedip kedipkan matanya lalu tersenyum malu malu.Dengan lirih,dia berucap.Kami ngga ketemuan.Tapi,kami janjian nanti malam mau telfonan." "Idih.. sweet bangeeett.kalian tidur bersama ya?" Sovia sudah mulai kambuh jahilnya. "iya dong.. tapi kami ngga bisa nananina,cuman bareng bareng tidurnya.Bareng waktunya tapi beda lokasinya" Timpal Fiona. ha.. ha ha ha Seketika tawa mereka membahana.Sampai mendapat teguran dari teman,yang duduk di pojok ruangan. "Nona nona cantik,boleh tertawa,asal jangan lupa bayar hutang!" Dan tawa mereka kembali berderai. Setelah kelas selesai Sovia dan Fiona berpisah didepan kelas.Mereka sedang mempunyai urusan masing masing.Fiona melangkah ke parkiran dengan hati ringan dan ceria.Senandung senandung kecil mengalun di bibirnya. Sovia sedang berjalan ke arah perpustakaan.Besok akan ada kuis,dan Sovia akan mempersiapkan dari sekarang. Dari kejauhan,Sovia melihat Dewa juga sedang sendirian.Hari ini,Dewa memakai celana dan kemeja slim suit ,pas sekali dibadan.Dilengkapi dengan sepatu fantofel yang mengkilat,dan rambut yang licin kebelakang.Mungkin habis sidang.Bisa dipastikan,Fiona akan kejang kejang kalau lihat tampilannya. Akhirnya,Sovia dan Dewa berpapasan juga.Dewa sudah tersenyum sejak pandangan matanya bertemu dengan sosok Sovia.Sovia hanya tersenyum dan menyapa sambil lalu.Karna tidak ada Fiona untuk dia ledeki dan Mahendra yang ia pandangi. "Sovia.."Dewa menegur Sovia lebih dulu. "Hay Dewa, duluan ya" Sovia berlalu. Tuh anak malu malu meong.Bikin makin gemes aja.Dewa memperhatikan Sovia sampai hilang di telan pintu. Pagi pagi,Fiona sudah tidak sabar bertemu dengan Sovia.Fiona berkali kali keluar masuk pintu,berharap lekas ketemu Sovia.Pucuk di cinta ulampun tiba.Akhirnya Fiona bisa bertemu dengan Sovia.Fiona bergegas mengajak Sovia duduk di bangku."Sini Sov! " Fiona berhasil menyeret Sovia duduk. "Semalem,Dewa sudah mulai rayu rayu.Katanya selama ini,dia merhatiin aku diam diam.Dia makin gemes kalau lihat aku malu malu" Fiona bahagia dengan ceritanya. "Aku ikut bahagia,kamu ada kemajuan pesat dengan Dewa.Tapi Fio.. aku lagi galau nih.Sudah berhari hari tidak bertemu Mahendra."Sovia memajukan kedua bibirnya.Menunjukkan ekspresi sedih yang berlebihan "Poor Sovia.. sini peluk nyonya Dewa dulu.Puk puk puk,nanti biar mama bilang sama papa Dewa,suruh bawa Mahendra." "Ga asyik ah.." Sovia kembali merajuk. "Sovia,semalem Dewa bla bla" Tak terasa,sudah satu bulan Fiona bertelfon ria dengan Dewa.Tapi kali ini,ada yang berbeda dengan Fiona,Tidak ada kecerian di wajahnya."Sov gawat nih" "kenapa Fio sayang.. kok panik gitu?" "Dewa pingin ngajak jalan" "Ya bagus dong.Berarti kalian ada kemajuan." "Sov.. aku minta maaf" Wajah Fiona terlihat memelas.Air matanya sudah berdesakan,lalu luruh dari matanya.Nafas Fiona sudah tersengal,punggungnya bergetar.Fiona nangis sesunggukan. Sovia bingung,kenapa Fiona tiba tiba minta maaf dan menangis. "Ayo Fio,cerita sama aku.Kita kan sahabat."Bujuk Sovia Fiona mengangkat kepaalanya,menghapus air mata yang mengalir,lalu mengatur nafasnya."janji jangan marah ya?"Fiona kembali memastikan. Sovia menganggukkan kepalanya mantab."iya.Janji,aku ngga akan marah ke kamu.asal kamu mau cerita" Fiona menatap wajah Sovia dengan sungguh sungguh.terlihat gurat penyesalan dan kesedihan pada matanya. "Aku selamanya ga akan siap kalau Dewa ngajak jalan Sov.Selama ini,Dewa ngga tau,kalau akulah yang tiap malam telponan sama dia.Awalnya,aku ngga sengaja dapet nomer telfonnya.Aku menemukan lembaran yang terjatuh dari dosen pembimbingnya.. ternyata,ada kontak Dewa.Aku memberanikan diri menghubungi nomer itu.Begitu sambungan di angkat,aku panik.Tapi aku bisa mengatasinya.Tapi,aku kembali panik ketika Dewa bertanya siapa.Aku tidak berani mengakui,kalau aku yang menelfonnya.Bisa bisa,dia langsung memutus sambungannya.Tidak ada nama yang terlintas selain namamu Sov.Dan kamu tau? Dewa masih mau menerima telfon,karna dia fikir,itu kamu.Aku sakit Sov,ketika dia melontarkan puji puji dan rayu.karna aku tau,itu bukan untukku.Tapi,di satu sisi aku juga bahagia.karna aku masih bisa mendengar suara dan tawanya.Berkali kali dia ngajak Video callan.Tapi aku selalu menemukan alasan yang jitu.Kadang aku beralasan sedang tidak memakai baju yang layak.Tapi ternyata,justru membangkitkan nalurinya sebagai lelaki.Dewa semakin memaksa untuk ketemu.Dan puncaknya adalah semalam.Dia mengancam tidak mau menerima telfonku lagi.Aku ngga boleh menelfonnya lagi Sov"Tangis Fiona kembali tergugu. Sovia benar benar shocks dengan pengakuan Fiona.Tidak sedikitpun terlintas di benaknya,Fiona akan menggunakan namanya.Tak cuma itu,ternyata selama ini Dewa telah salah sangka padanya. Kegalauannya terjawab sudah.Ternyata ini penyebabnya.Kenapa,belakangan ini Mahendra menghindarinya.Pantas saja,gelagat Dewa berbeda.Ternyata selama ini Dewa menganggap dirinya memiliki kedekatan dengan Sovia.Cerita cerita Fiona tiba tiba saja memenuhi kepalanya.Ajakan ajakan bertemu dan berwisata bersama membuatnya ngeri.ke pantai,ke puncak dan entah kemana lagi.Sovia tidak lagi berani menebak,apa yang dipikirkan Dewa terhadap dirinya.Sovia tidak bisa marah,karna sudah berjanji untuk memaafkan Fiona. Isak tangis Fiona kembali menyadarkan Sovia. "Sudahlah Fio,semuanya sudah terjadi.walaupun aku juga tidak menyangka kamu akan berbuat sejauh ini.Sekarang,kita harus mencari solusinya.Apa rencana kamu selanjutnya? karna,cepat atau lambat Dewa pasti akan mengetahuinya." Fiona menghapus air matanya.kali ini linangannya sudah tidak banjir lagi.Dia sudah bisa mengatur nafasnya. "Sov,bantulah aku sekali lagi.aku akan mengajaknya bertemu dan menjelaskan semua.Tapi kamu harus temani aku" Sovia menyetujui semua usulan Fiona.Sovia terlalu kasihan dengan Fiona.Walaupun imbasnya,dia terlihat jelek di hadapan Mahendra.Karna,Sovia yakin.Dewa pasti sudah cerita semuanya pada Mahendra.Membayangkan Dewa bercerita pada Mahendra,kalau dirinya selalu bertelpon ria sepanjang malam,seketika itu harga dirinya terasa hilang. "Dewa,.. ketemuan yuk" "Akhirnya.. kamu mau show off juga.Ayo kapan?" "Besok kita ketemu di cafe miracle ya.aku pakai outfit warna pink shabby" "eh cantik, walaupun kamu ngga ngasih clue,aku tetep langsung bisa ngenalin kamu.Tau ngga say,aku udah ngga sabar pingin buktiin ke teman teman kalau kita udah jadian" "ok Dewa,udah malem aku tutup ya." "Tumben say,buru buru mo nutup telfon.Udah ngantuk ya.Ok deh,have a nice dream Sovia" Dewa menutup sambungannya dengan hati yang berbunga.Sementara Fiona tersedu mendekap ponselnya. Hari yang dijanjikan telah tiba.Fiona dan Sovia memakai outfits yang sama,duduk manis di cafe miracle .Perasaan Fiona dan Sovia menjadi tidak karuan,ketika melihat Dewa berdiri di pintu masuk.Dewa hanya mematung dipintu ketika melihat Fiona dan Sovia memakai outfits yang sama.Dewa langsung berlalu tanpa menghampiri mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN