Ide untuk Mencari Papa Sewaan

1073 Kata
“El, lo baik-baik aja, kan?” tanya Nora heran melihat sahabatnya murung sejak ia masuk ke ruangannya. Biasanya ia dan Elena akan bercanda tawa sambil menikmati camilan saat sama-sama sedang tidak ada tugas dari atasan mereka. Namun, sejak kemarin Elena selalu murung, membuat Nora curiga. Jangan-jangan Elena sedang tertimpa musibah atau masalah besar saat ini. “Nggak, Ra. Gue ga baik-baik saja saat ini,” jawab Elena jujur. “Ceritain, ada apa, El?” tanya Nora menarik kursinya mendekati kursi sahabatnya. Elena tertegun cukup lama menatap sahabatnya yang ia kenal sejak ia masuk ke perusahaan ini 3 bulan lalu. Ia awalnya ragu untuk menceritakan masalahnya. Namun, ia akhirnya berpikir ada baiknya menceritakan pada Nora tentang kehamilannya. Mana tahu dia punya solusi untuk masalahnya. “Gue hamil dan Pak Alvin adalah ayah dari anak yang gue kandung, Ra,” aku Elena jujur mengakui penyebab dia murung sejak kemarin. “A-apa? Lo serius? Lo ga sedang becanda, kan?” seru Nora tak percaya. Elena menghela nafasnya cukup dalam, baru ia menceritakan masalahnya dari awal hingga akhir. “Berengsek! Gue ga nyangka Bos kayak gitu, El. Lo cuman minta nikah di atas kertas aja, masa dia ga mau? Kurang ajar!” ujar Nora geram sambil mengepalkan tangannya. “Jadi, apa rencana lo sekarang?” tanya Nora ikut tersulut emosi. “Apa lagi, Ra? Gue harus cari cara agar anak gue ga lahir di luar nikah.” “Jadi, lo mau nikah? Dengan siapa, El? Ga gampang cari laki-laki yang mau nerima anak lo. Apalagi kalo mau buru-buru. Ga bakalan dapet, El,” ucap Nora realistis. “Iya, gue tahu, Ra. Ga mungkin ada laki-laki yang mau sama gue. Gue ga mikirin soal gue lagi, Ra. Yang gue pikirin cuman anak gue. Dia harus punya papa. Gue ga mau dia dihina dan dicap sebagai anak haram seumur hidupnya,” lirih Elena perih. “Terus, gimana, El? Gue ga ada ide, sumpah! Gue bingung, gimana mau bantuin lo,” ucap Nora tak tahu harus berbuat apa untuk membantu meringankan beban sahabatnya. Masalah Elena terlampau besar dan tak bisa ditutup-tutupi. Kehamilannya akan segera diketahui orang banyak dan membayangkan penderitaan Elena saja sudah membuat Nora merasa perih. “Kayaknya gue harus cari papa sewaan, Ra,” ceplos Elena yakin. “Papa sewaan? Maksud lo, El?” “Papa sewaan alias laki-laki yang mau gue bayar buat nikahin gue sampai anak gue lahir dan sukarela menjual nama belakangnya buat dipakai anak gue selamanya. Dengan sangat terpaksa gue harus pakai nama belakang papa sewaan itu untuk anak gue karena papa kandungnya tak sudi mengakuinya, Ra,” jelas Elena menerangkan. Nora memeluk Elena erat. Ia benar-benar iba dengan Elena. “Kenapa nasib lo jadi gini, El? Lo cantik dan cerdas. Kenapa gara-gara kejadian satu malam yang tak disengaja, lo harus ngalamin ini semua? Gue ga tega sama lo, El.” “Makasih atas perhatian lo, Ra. Gue sudah ikhlas nerima ini semua. Andai gue picik, udah gue gugurin anak ini dan kembali menggapai cita-cita gue. Namun, ga adil buat anak ini, Ra. Dia ga salah apa-apa. Gue ga berhak memutus kehidupannya. Gue rela nerima ini semua dan merawat anak ini penuh cinta. Hanya saja nasibnya begitu malang, tak diakui oleh papa kandungnya sendiri.” Elena menitikkan air matanya kala membayangkan anaknya tak akan mendapatkan kasih sayang papanya. Kenapa ia harus lahir dari rahimnya yang bahkan tidak bisa memperjuangkan papa kandungnya? “Elo yang sabar, El. Gue yakin lo dan anak lo bisa jadi sukses tanpa bantuan dari papanya sedikit pun. Gue yakin anak lo tegar menjalani takdirnya nanti, El,” ujar Nora menguatkan Elena. “Makasih, Ra,” sahut Elena sambil menyeka air matanya. Nora melepas pelukannya dari Elena lalu menyodorkan selembar tisu pada sahabatnya tersebut agar ia bisa menyeka air matanya. “Lo udah dapat calon papa sewaannya, El?” tanya Nora cepat. “Gue lagi hubungi sepupu gue, mana tahu ada kenalan laki baik-baik yang butuh uang, terutama yang ikhlas nama belakangnya dipakai anak ini hingga mati, Ra. Gue lagi nunggu kabar dari dia. Kalo ga ada terpaksa gue cari sendiri,” terang Elena menjelaskan. “Cari di mana, El?” tanya Nora penasaran. “Yang jelas bukan nyari di jalanan, Ra. Gue bakal adain sayembara aja. Jadi para lelaki yang akan nyari gue dan gue bisa seleksi dari sana,” tambah Elena lagi. Nora membelalakkan matanya, kaget dengan rencana sahabatnya. “Gila! Seekstrem itu, El? Nama baik lo jadi taruhannya kalo begitu caranya.” “Gue ga bakal munculin wajah gue, Ra. Hanya yang terpilih yang bisa lihat wajah gue dan gue akan bikin kontrak pernikahan yang ga ngerugiin gue, kok,” jelas Elena lagi. “Syukurlah, kalo gitu, El. Gue kira lo mau ekspos wajah lo di sosmed.” “Nggak lah, Ra. Gue ga mau juga anak gue sampe tahu kalo papanya adalah papa sewaan. Gue akan jaga identitasnya sampai mati,” ucap Elena penuh tekad. “Itu artinya anak lo ga bakalan pernah tahu kalau Pak Alvin adalah papa kandungnya, ya, El?” tanya Nora memastikan. “Iya, Ra. Sampai mati pun anak gue ga bakalan tahu siapa ayah kandungnya dan untuk apa juga dia tahu. Dia bahkan gak sudi mengakuinya. Dia bahkan tega anggap gue cewek murahan juga penggali emas.” “Kurang ajar bener, Pak Alvin! Kalo gue jadi elo, gue bakal lakuin yang sama. Sampai mati ga bakal gue kasih tahu dan akan buat anak gue sukses melebihi papanya biar papa kandungnya nyesal sekalian,” geram Nora emosi. “Makasih, Ra. Lo beneran sudah buat mood gue naik sekarang. Gue jadi kuat dan semangat untuk hunting papa sewaan buat anak gue,” kata Elena tersenyum lega. Nora tersenyum pada Elena, merasa bersyukur bisa sedikit membantu sahabat yang baru ia kenal tiga bulan ini, tapi serasa lebih dari saudara kandung sendiri. “Gue ga bisa bantu yang lain, El. Lo bisa andalin gue buat tempat curhat lo. Kapan pun lo butuh gue, gue siap dengerin curhatan lo,” ujar Nora tersenyum lembut pada sahabatnya. Tiba-tiba suara seorang laki-laki menyeruak dari arah belakang Elena dan Nora membuat mereka refleks menoleh ke arah suara. “Ehem! Puas kalian gibahin saya!” sindir Alvin garang. “Pak Alvin! Apa yang sedang bapak lakukan di sini?” tanya Elena kesal. Kenapa pula laki-laki berengsek ini menemuinya di ruangan sahabatnya. Tak ada lagi yang ingin ia bahas dengan laki-laki sialan ini lagi. “Ikut ke ruanganku sekarang, Sekretaris Elena. Dan jangan menyebar gosip murahan tentang saya, Asisten Nora!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN