08. Weirdness

1524 Kata
"Jadi akhirnya kamu mau mengakui aku sebagai teman?" Tyo mengembangkan senyuman lebar penuh kelegaan. Merasa sangat bahagia karena akhirnya Rena mau mengakui bahwa mereka sudah saling mengenal. "Apa sih sebenarnya maumu?" Renata menghela napas panjang, memupuk kesabaran ekstra untuk menghadapi Tyo. "Ayo kita pergi dari sini, Renee!" Lanjut Tyo dengan nada yang diperhalus, untuk bisa merayu dan setengah memohon kepada Renata agar mau meninggalkan tempat terkutuk itu. "Mana bisa begitu? Aku sedang bekerja sekarang." Rena menolak tegas permintaan Tyo. Semakin kesal ulah dengan pria asing nan aneh dan menyebalkan di hadapannya itu. "Gak usah dilanjutkan lagi pekerjaan hari ini. Kamu gak cocok dengan pekerjaan murahan seperti semacam itu." "Tahu apa kamu?" Hardik Renata marah. Tersinggung dengan perkataan Tyo yang seolah menghina pekerjaannya. "What the hell are you two talking about?" James mengumpat-ngumpat marah. Sudah kehilangan kesabaran karena mendengar pembicaraan dengan bahasa dari planet yang sama sekali tidak dimengerti olehnya. "Security! Get him out of here!" Lanjut pria itu memanggil beberapa penjaga yang sudah mulai mendekati mereka, bersiap siaga menanggapi keributan yang sepertinya akan segera terjadi. "Kamu ikut aku baik-baik atau perlu aku seret kamu keluar secara paksa dari sini?" Tyo bertanya dengan nada lebih mendesak kepada Renata. Karena dia dapat melihat beberapa penjaga bar berperawakan kekar yang sedang berjalan mendekati dirinya. Bisa runyam urusannya kalau tertangkap berbuat onar, apalagi kalau harus berurusan dengan kepolisian di negara orang seperti ini! "Tapi, bagaimana dengan ... " Rena masih berat hati untuk membuat keputusan. "Don't worry. Aku yang akan urus dan bayar semua ganti rugi atas kejadian ini." Tyo tahu benar akan alasan keraguan Renata. Tentu saja semua karena masalah pekerjaannya hari ini, masalah kontrak kerja yang harus dia lakukan. Dan jika melanggar kontrak kerja, tentu saja Renata harus membayar ganti rugi sebagai kompensasinya. "Haaaah?" "Ayo pergi!" Tyo mendekati Renata dan menarik sebelah lengannya dengan setengah memaksa. "Tunggu, tunggu sebentar!" Renata makin kebingungan dengan tingkah Tyo yang semakin agresif. Pria itu tiba-tiba menarik tubuhnya dengan paksa. "Where the heck are you going?" James sudah mengeluarkan kata-kata kotor demi melihat Tyo yang ingin membawa Renata pergi. Tanpa mau kalah, dia juga menarik sebelah tangan Renata yang lainnya. Mencegah gadis itu pergi bersama si pria asing. "Aaauuuuw ... " Rintih Renata kesakitan karena tarikan tenaga dari dua pria di kedua belah tangan kanan dan kirinya. Tyo mengentikan langkahnya karena mendengar rintihan itu. Sebenarnya bisa saja Tyo bersikeras adu kekuatan untuk menarik Renata dengan paksa. Dan dia yakin sekali bahwa tenaganya pasti lebih besar dari si James yang berperawakan cungkring itu. Namun kali ini Tyo memilih mengalah, tak ingin menyakiti Renata. Tyo melangkah menghampiri James, lalu dia mengambil selembar kartu nama dari saku jasnya. Memberikan kartu namanya sendiri kepada pria itu. "This is my card name, I take Renata with me. You can take all the charge for the compensation from me later." Tyo menjelaskan bahwa dia akan menanggung semua ganti kerugian yang diderita James. James menerima kartu nama itu dan membacanya sekilas, sedikit bingung juga dengan jabatan Tyo yang tertulis di sana, sebagai seorang CEO. Meski James sendiri tidak tahu di mana kira-kira perusahaan Tyo berada. Namun yang jelas James bisa mengerti kenapa Tyo berani bersikap searogan itu. Karena dia memang memiliki power yang cukup kuat untuk bisa melakukannya. "I'll take my leave, excuse me." Tyo memanfaatkan momen keterkejutan James untuk kembali berpamitan. Dia menarik sebelah lengan Renata, membawa gadis itu pergi bersamanya. Tyo berjalan dengan langkah cepat memburu sambil terus menggenggam erat jemari Renata. Ulah yang membuat suasana Moulin Rouge Bar menjadi heboh seketika. Dimana James dan teman-temannya sudah memaki serta berteriak penuh emosi, memerintahkan security untuk mengejar Tyo dan Renata. Banyak sekali orang yang menanggapi teriakan mereka, mencoba menghalangi langkah Tyo membawa Renata pergi dari bar. Akan tetapi Tyo sama sekali tak perduli dan ambil pusing, dia tetap berjalan dengan langkah tegap bersama Renata. Tak sedikitpun gentar atau tergoyahkan, untuk keluar dari Bar. Berjalan terus keluar dari gedung luknut itu menuju ke arah parkiran mobil. Situasi menjadi menguntungkan mereka berdua karena orang-orang dan para petugas keamanan Bar hanya mengejar sampai ke pintu keluar gedung saja. Tak melanjutkan pengejaran sampai ke luar gedung dan parkiran mobil. "Slow down please!" Keluh Renata, merasa kesulitan untuk menyamai langkah kaki Tyo yang jelas lebih panjang dari kakinya. Tyo tidak menjawab permintaan itu, tetap meneruskan langkahnya ke arah mobil Aston Martin yang tadi dipakainya. Dengan langkah kaki yang lebih pendek dan perlahan agar Renata tak perlu berlarian untuk mengejar langkahnya. "Kamu mau membawaku ke mana sih sebenarnya?" Tanya Rena saat Tyo akhirnya berhenti tepat di sebelah mobil super mewah berwarna hitam. Mau tak mau Rena jadi mengamati mobil dan penampilan pria yang ada di hadapannya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sebuah super car, dandanan perlente dalam balutan setelan mahal, serta tingkah arogan seenak udelnya sendiri? Sudah dapat dipastikan bahwa pria ini bukan pria biasa. Renata dapat menebak asal usul Tyo, pasti dia berasal dari salah satu keluarga crazy rich negara Indonesia dari segala tingkah dan kelakuannya. Kelakuan khas para sultan! "Ayo, aku antar kamu pulang!" Tyo membukakan pintu mobil untuk Renata. "Haaaa? Pulang?" Renata seakan tak percaya dengan pendengarannya sendiri. "Iya, sudah malam. Tidak baik untuk seorang wanita malam-malam di tempat berbahaya seperti ini." Tyo menggiring Renata untuk memasuki dan duduk di jok mobilnya. Kemudian dia beranjak pula ke bagian driver seat dan mulai melajukan mobilnya. "Tunjukkan jalan yang harus kuambil." Pinta Tyo kepada Renata. Yang langsung dituruti oleh gadis itu dengan mengatur GPS penunjuk arah di layar mobil untuk ke arah apartemennya. Selanjutnya baik Tyo ataupun Renata hanya duduk terdiam membisu tanpa kata. Sibuk dengan permainan pikiran di kepala mereka masing-masing. Terlalu canggung dan bingung untuk memulai berbicara dalam suasana yang sedikit rumit di antara mereka. Keduanya hanya bisa sesekali melemparkan pandangan diam-diam untuk menilai rekan seperjalanan yang duduk di sebelahnya. "Kuharap kamu bisa memberikan penjelasan yang bagus untuk semua kegilaan ini." Renata yang akhirnya membuka percakapan setelah cukup lama mereka terdiam. "Aku gak suka melihat kamu duduk bersama dengan si Bajigur tengik itu." Jawab Tyo tanpa mengalihkan pandangan dari arah kemudi. "What a non sense!" Cecar Renata marah. Tak terima karena Tyo membawa pergi dirinya secara paksa hanya karena alasan tak masuk akal seperti itu. "Ngapain sih kamu tadi?" "Kerja lah. Memang mau ngapain lagi?" "Kerja buat apa sampai kayak gitu?" "Oh c'mon! You know exactly what I want." Renata semakin kesal dengan ucapan demi ucapan Tyo, si pria asing yang terkesan menghakimi dirinya. "Renata Archambeau, seorang model profesional dibawah naungan Wihelmine. Berasal dari negara Indonesia dengan nama asli Renata Merry Sudibyo." Kedua bola mata Renata melebar demi mendengar ucapan Tyo. Bagaimana pria itu tahu tentang nama aslinya? Sementara di kota ini Renata selalu memakai nama panggung dari bahasa Perancis yang telah dipilihnya sendiri. Archambeau, keberanian. "Kamu? Kamu sudah menyelidiki aku?" Cecar Rena dengan nada naik satu oktaf. "Renee, aku tahu kalau kamu berasal dari keluarga Sudibyo. Salah satu dari keluarga terpandang di negara kita. Sangat tidak mungkin kalau kamu sampai hidup dalam kekurangan uang dan materi." "Lalu kenapa kamu harus bekerja menjadi seorang model? Kenapa kamu harus mencari uang bahkan dengan memamerkan tubuh serta melayani para pria hidung loreng begitu?" Tyo mencoba menanyakan rasa penasaran yang sudah berkelebat di kepalanya sejak tadi. "Bukan urusanmu!" Hardik Renata dengan tatapan mata berkilat-kilat penuh kemarahan. Merasa terhina dengan perkataan Tyo yang bahkan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dirinya. Tyo menghela napas panjang mendengar jawaban itu. Pasti ada sesuatu kan? Tak mungkin putri dari keluarga terpandang sampai diijinkan menjadi seorang model. Untuk apa? Mereka sudah memiliki aset yang berlimpah untuk membiayai Renata. Tanpa gadis itu harus bersusah payah untuk bekerja seperti ini. Akan aku selidiki lebih jauh lagi tentang masalah ini. Tyo bertekad dalam hati untuk menggali lebih jauh tentang asal usul Renata lebih dalam lagi. Setelah itu, kembali terjadi keheningan di antara mereka. Kecanggungan yang nyata seakan menggantung di atmosfer, mampu membuat mereka merasa semakin berat untuk hanya sekedar bernapas. Deg! Deg-deg, deg-deg! "Ssshhhh ..." Tyo hanya mendesah pelan saat merasakan adanya perubahan signifikan yang terjadi pada tubuhnya. Tiba-tiba saja detak jantungnya menjadi sangat cepat dan bertalu-talu seperti sedang berlari maraton ribuan meter. Membuat benda mungil itu memompa darah semakin deras sehingga meningkatkan aliran sirkulasi darah, pernapasan, serta suhu tubuhnya. Sial, sepertinya sesuatu yang dimasukkan James ke minuman tadi benar-benar obat seperti yang aku takutkan. Dalam hati, Tyo mengumpat karena bisa menebak bahwa obat itu benar-benar aprodisiak. Dan sialnya lagi obat itu sepertinya sangat keras dan cepat sekali bereaksi. Tyo melonggarkan dasi yang dipakainya di leher. Membuka pula beberapa kancing kemejanya. Untuk mengatasi rasa gerah karena suhu tubuhnya yang semakin memanas. Sangat panas bahkan dapat mengalahkan kesegaran dari hembusan air conditioner mobil super mewah. Dari sudut matanya, Renata dapat menangkap perubahan gelagat Tyo yang terlihat tidak beres. Dia mengalihkan pandangannya untuk mengamati pria itu lebih lekat lagi. Betapa kagetnya Renata saat mendapati wajah Tyo yang sudah berwarna merah padam. Dengan banyak sekali peluh yang mengucur deras di wajah serta napas pria itu juga menjadi cepat dan pendek-pendek. "Hei? Are you Ok?" Tanya Renata khawatir akan keadaan Tyo. Bisa berbahaya kan kalau dia mengemudi dalam keadaan tubuhnya yang sedang tidak baik? Kenapa dia? Perasaan barusan sehat dan baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba aneh begitu? Apa dia sakit?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN