Gazain mandi junub di rumah Gia. Tanpa sungkan lelaki itu berganti pakaian seolah tak ada Gia yang tertutup selimut saja di atas ranjang. Setelah konfrontasi mereka yang tiada titik temu tadi Gia ditinggalnya diam seribu bahasa. Perempuan itu tatapannya masih hanya kebencian, padahal sudah Gazain tunaikan nafkah batinnya dengan cukup layak. Gazain sudah rileks, setelah semua hasratnya tumpah ruah, amarahnya juga menurun drastis. Meski begitu masih tersisa kekesalan Gazain untuk pemberontakan Gia. Rasanya ia masih ingin menyiksa, menjatuhkan harga diri perempuan itu lagi dan lagi. Gazain sekedar tidak suka kehadirannya dan juga sikap angkuhnya. Sebab kedatangan dia Medina berani menolaknya dan hubungan mereka jadi rumit begini. Gia pikir sebaiknya ia beranjak daripada terus satu ruangan

