Kinara berada di ruang pribadinya di Kuil Agung, ruang yang sama di mana ia menemukan petunjuk Permata Surya bertahun-tahun yang lalu. Lima tahun menjabat sebagai Ketua Dewan Tetua telah memberinya ketenangan dan ketegasan.
Namun, keheningan malam itu terasa berbeda.
Di atas meja kerjanya, sebuah peta bintang kuno yang ia warisi dari ibunya, sang Darah Matahari, bergetar samar.
Awalnya, ia mengira itu adalah resonansi biasa dari Permata Surya yang tersimpan di bawah Kuil. Tetapi ketika ia menyentuh peta itu, sebuah pola baru muncul di rasi bintang: garis-garis Silat Bayangan yang familier, membentuk rangkaian kata-kata yang hanya bisa dipahami oleh seorang Kartografer Bintang.
Itu adalah pesan rahasia dari Arya: "KEGELAPAN BEREVOLUSI. JANGAN PERCAYA BATU BAYANGAN. CAHAYA HARUS Bergerak."
Hati Kinara gundah.
Lima tahun ia menahan kerinduan, lima tahun ia berjuang untuk tidak mencari bayangan itu.
Dan kini, bayangan itu kembali, membawa peringatan yang mengancam kehancuran Mandira yang baru dibangun. Kinara tahu, pesan itu lebih dari sekadar peringatan; itu adalah panggilan.
Kinara segera memanggil Nyi Ratih. Nyi Ratih, yang kini menjabat sebagai kepala militer Dewan, tiba dengan wajah tegang. "Ada masalah, Kinara. Pasukan kami menemukan desa tambang di Barat Daya ditinggalkan.
Penduduknya hilang, dan ada jejak debu hitam aneh di sana."
"Itu ulah sihir yang berevolusi," Kinara menyimpulkan, menunjukkan pola bintang Arya.
"Bhairawa musnah, tetapi kekuatannya terserap ke dalam mineral bumi. Arya menyebutnya 'Batu Bayangan'. Seseorang bernama Kalana menggunakannya untuk menciptakan prajurit tanpa substansi—Jenderal Bayangan."
Nyi Ratih mengernyit. "Prajurit tanpa substansi? Serangan fisik akan sia-sia."
"Kita tidak punya pilihan selain bertarung, Ratih," ujar Kinara, matanya memancarkan tekad seorang pemimpin. "Kita harus menghancurkan Kalana dan sumber Batu Bayangan sebelum dia merekrut pengikut Bhairawa yang tersisa."
Kinara menyusun rencana mendesak. Dewan Tetua mengeluarkan dekret darurat, mengumumkan ancaman baru dari kelompok 'Pemuja Kegelapan'. Secara terbuka, mereka mengerahkan pasukan terbaik Mandira untuk mengamankan jalur perdagangan vital yang menuju ke Barat Daya. Namun, secara rahasia, Kinara memiliki rencana yang lebih spesifik, rencana yang melibatkan satu-satunya entitas yang ia percayai: Arya.
Kinara tahu bahwa Arya telah berubah dari Bayangan Keadilan menjadi Pewaris Cahaya untuk melawan Jenderal Bayangan. Ia membutuhkan Arya sebagai s*****a utama, tetapi ia tidak bisa memintanya kembali dari pengorbanannya. Itu akan melanggar janji di Dimensi Roh.
Maka, Kinara memutuskan untuk melakukan Pengorbanan Tandingan.
Ia pergi ke altar di Kuil Agung di mana Keris Naga Langit dan Permata Surya diletakkan.
Ia tidak berlutut sebagai ratu, tetapi sebagai seorang wanita yang mencintai. Ia mengambil sehelai rambutnya dan meletakkannya di antara dua pusaka itu. Rambutnya, yang membawa energi Darah Matahari, menjadi medium spiritual.
Kinara menutup matanya, memfokuskan energi Batinnya (yang ia latih secara diam-diam selama lima tahun) dan mengirimkan pesan Batin langsung ke alam Arya. Pesannya bukan permintaan, melainkan informasi taktis dan pengungkapan kerinduan.
"Arya. Kau telah mengajariku pengorbanan. Aku telah mengirim Pasukan ke Utara untuk mengalihkan perhatian Kalana. Titik lemah Kalana ada di 'Batu Keseimbangan' yang ia gunakan untuk memurnikan Batu Bayangan, terletak di Gua Serigala. Aku tahu kau tidak bisa kembali. Tapi... jagalah dirimu, Penjaga Senyap. Aku merindukanmu."
Pesan itu menembus kabut Lembah Peneduh, mencapai Arya saat ia sedang bermeditasi di bekas gubuk Resi Bima.
Arya merasakan kehangatan yang menyakitkan dari pesan itu. Ia merasakan kasih sayang, tetapi juga strategi yang cerdas. Kinara tidak memintanya melanggar sumpahnya; ia memberinya target dan jalan keluar.
Arya tahu, Kinara telah membahayakan posisinya sebagai Ketua Dewan dengan mengambil inisiatif ini tanpa persetujuan penuh. Ia kini harus berpacu dengan waktu. Kalana pasti akan bergerak sebelum pasukan Kinara tiba.
Arya bangkit, tubuhnya kini tidak diselimuti bayangan, melainkan diselubungi aura cahaya putih redup—transformasi dari Pewaris Cahaya.
Dengan Keris Naga Langit yang kini selalu menyatu dengannya, ia melangkah menuju Barat Daya. Tugasnya adalah menemukan Gua Serigala, menghancurkan Kalana dan Batu Keseimbangan, sekaligus memastikan Kinara dan Mandira tetap aman di tengah kekacauan yang akan datang. Perburuan terhadap ancaman baru telah dimulai.