2. Mantan Cupu

1220 Kata
Mendengar ungkapan Anne yang mengatakan bahwa ketua OSIS itu adalah mantannya ia sempat terkejut, tapi Iqbal tidak mau bertanya lagi. Sampai akhirnya mereka berhenti di aula yang sudah penuh siswa baru. Mereka tidak kebagian kursi, jadi hanya bisa berdiri di dekat pintu. Ada satu hal yang membuat Anne gugup. Iqbaal, sang mantannya itu malah ikut berhenti di sampingnya. Tanpa bicara sama sekali dan hanya melihat ke depan, ia semakin gelisah. Di depan sana seorang gadis cantik berjilbab itu masih mengumumkan pembagian gugus. Di depan sana juga banyak anak-anak OSIS yang lainnya. Entah itu hanya diam, atau mencari perhatian pada adik kelasnya. Tapi kenapa ketua OSIS mereka malah diam di belakang? "Oke, semuanya sudah disebut dan ingat kalian ada digugus mana. Jangan pernah ada yang mau pindah atau keluar." Anne merasakan bahwa si kakak kelas itu melihat ke arah belakang. Mungkin dia sedang melihat ke arah Iqbaal (?) "Dan yang baru masuk. Sebutkan nama lengkapnya." Satu-satu mulai menyebutkan nama lengkapnya masing-masing, dan pengurus OSIS juga memberitahukan di mana gugus mereka berada. "Yang cewek siapa namanya?" "Annelisa Luvita." "Yang keras, gak kedengaran." Anne mengerucutkan bibirnya kesal. Apalagi banyak yang sedang melihat ke belakang lagi. "Annelisa Luvita." Suara bartion itu tiba-tiba mengheningkan aula yang awalnya ramai. Gadis itu menerjapkan matanya berulang-ulang kali menatap seseorang yang di sampingnya dari tadi. Tapi cowok itu masih menatap lurus. "Sekarang kakak bakal komando—" "Gue belum kesebut." Lagi-lagi Anne menoleh ke arah sampingnya, tapi kali ini berada di sisi kirinya. "Siapa namanya?" "Iqbal Febrian." Dia melihat lagi ke buku yang ada di tangannya, lumayan lama dan membuat aula ramai lagi dengan pembicaraan masing-masing. "Gak ada. Kamu digugus sembilan aja, bareng sama cewek yang di samping kamu." Iqbal menatap Anne sambil tersenyum, begitu juga si gadis berkepang dua itu. Sedangkan seorang cowok di sisi kanan Anne, malah melangkah ke depan dengan aura kesal. ●●●● Kini waktunya sedang istirahat, Anne akhirnya bisa menemukan sahabatnya yang dia cari keberadaannya dari pagi. Mereka sedang berada di kantin dan Anne terus mengomeli sahabatnya karena memberi informasi yang tidak akurat. Bukan kenapa-kenapa, masalahnya Anne sangat malu dengan kebegoannya waktu zaman dulu, lebih tepatnya 2 tahun lalu. Dia baru sadar jika sebenarnya sampai saat ini belum bisa melupakan sosok sang mantan. Tapi untuk menemuinya lagi Anne tidak punya nyali. "Yaudah kali, kalo lo mau pindah sekolah juga it's oke gue mah," ujar Karina ikutan kesal. Sedang menikmati makanannya tapi ia juga harus mendengar ocehan dari sahabatnya. "Gak mungkin lah, Mami mau aku sekolah ke sini. Lagian aku setuju juga dikira kak Iqbaal gak ada di sini." "Bahas kak Iqbaal mulu dah. Mendingan kak Fauzan, udah ganteng dia tegas lagi. Ini tuh yang disebut pria idaman." Dia Rinrin. Anne juga tidak mengenal gadis sedikit agak tomboy itu. Tapi karena Karina yang membawanya ia juga harus menerimanya. Katanya mereka satu gugus, dan Rinrin belum ada teman baru. "Apa, kak Fauzan? Gak, ya! Dia udah bikin aku malu di depan kalian semua." "Dasar, anak kunti! Salah sendiri kenapa telat," sindir Rinrin. "Ish, kesel banget sih. Karin, kamu dapet temen gila ini dari mana sih?" "Idih ngatain gue. Kar, lu dapet sahabat bulukan kayak gini dari mana sih?" "Lama-lama gue karungin lo berdua," ucap Karina kesal. "Lo juga Ann, kok bisa telat sih? Gue nunggu di gerbang demi lo, untung gak telat." "Ini semua gara-gara Mami. Aku dikepang dulu, padahal aku bilang udah mau telat." "Penampilan lo kayak gini emang cupu. Gue rasa lo harus pake helm kalo ketemu kak Iqbaal lagi." "Loh, kok?" Anne menatap Karina dengan bingung. "Inget gak ucapan lo waktu putusin kak Iqbaal dulu? Sekarang keadaannya berbeda. Lo yang katanya cantik tiba-tiba jadi upik abu. Dan kak Iqbaal yang tadinya hanya remahan rengginang sekarang jadi pangeran," jelas gadis itu membuat Anne terdiam. Masa itu, sangat memalukan. "Emang ya, dunia ini berputar." "Tuh sahabat lo aja bilang gitu. Emang dah lo paling buluk di angkatan kita," celetuk Rinrin. "Ih, dasar nenek lampir!" "Heh, mau ke mana lo?" teriak Karina saat Anne meninggalkan mereka. "Cari Iqbal." "Kak Iqbaal lagi di sini woy!" Anne tidak menyadari kalau Iqbaal sebenarnya berada di kantin. Dan selama cowok itu ada di kantin, dia selalu melihat ke arah Anne, hanya Karina yang menyadarinya. Gadis itu sudah menjauh dari kantin dan mungkin juga tidak mendengar ucapan Karina yang terakhir. Dan Karina melihat Iqbaal juga ikutan pergi dari kantin. Dalam hati gadis itu mentertawakan mereka. Karina tahu hubungan mereka dari SMP. ●●●●● Anne mencari teman barunya namun cowok itu belum terlihat sama sekali. Dia pergi dari kantin tujuannya bukan mencari teman barunya, tapi dia kesal dengan Karina, apalagi cewek tomboy bernama Rinrin itu. Karena belum mengetahui setiap sudut sekolah, Anne duduk di teras depan kelas. Daripada nanti ia tersesat kan menyusahkan diri sendiri juga. "Nyari gue?" Tubuh Anne mendadak menegang mendengar suara itu. Dia memejamkan matanya dengan kuat sebelum menoleh ke belakang. "K-ak Iqbaal..." Wajah yang sedari tadi hanya menampilkan ekspresi datar, kini terlihat menyunggingkan senyuman. Tapi bagi Anne itu sangat menakutkan. "Selama dua tahun gak ketemu. Lo gak nyapa gue?" Anne menggaruk leher belakangnya sambil menyengir konyol. "Hai, mantan!" "Heh?" Iqbaal mengangkat sebelah alisnya. "Aduhh maaf ... eum, hai kak Iq-baal." "Lugu!" Tiba-tiba tangan Iqbaal mengelus kepala Anne. "Gue seneng bisa ketemu lo lagi. Sengaja ya sekolah di sini? Biar—" Iqbal menggantung ucapannya, mata tajamnya tak pernah mau teralihkan dari wajah Anne. Sedangkan gadis itu, tentu saja dia gugup. "Kangen ya sama gue?!" bisik Iqbaal. "Eum ... ih, mm ... I-tu ...." "Gugup?" "Iya!" ucap Anne dengan lantang. Tapi ujung-ujungnya dia menutup mulutnya dengan pipi yang merona. "Masih aja bikin gue seneng." "Siapa?" "Kamu!" "Hah? Aku?" Ah, benar-benar dibuat gugup. Berpura-pura tidak mengerti ternyata lebih menyusahkan. Susah untuk membalas apa lagi, selain hanya diam karena gugup. "Lucu, ya!" "Apanya yang lucu?" Iqbaal tertawa pelan. "Inget kejadian dua tahun lalu? Lo putusin gue karena apa coba?" Anne langsung melotot mendengarnya. Dia tidak berani lagi menatap mantannya itu. Kejadian di masa lalu yang tidak ingin diingatnya lagi malah diingatkan kembali. Parahnya dengan orang yang pernah ia hina. "Hoi, Anne!" teriakan seseorang dari arah kanan membuat keduanya menoleh. Anne tersenyum kala seseorang yang dicarinya sudah ketemu. Eh, salah! Dia yang datang sendiri. Sedangkan Iqbaal tiba-tiba mengeluarkan ekspresi datarnya seperti beberapa jam yang lalu. "Iqbal," gumam si gadis sambil tersenyum. Saat ingin melangkah Anne ditahan oleh Iqbaal. Gadis itu menoleh dengan bingung, tatapan Iqbaal membuatnya jadi takut lagi. "A-ada apa, kak?" "Gak ada." Iqbaal melepaskan kembali tangannya. Dan segera gadis itu berlari menuju temannya. Sampai di depan Iqbal, cowok itu bertanya. "Lo abis rundingan mau balikan?" "Kamu ngomong apa sih?" Anne melihat ke belakang, Iqbaal masih berada di tempatnya. "Tadi aku nyariin kamu, eh kak Iqbaal malah nyamperin aku," jelas Anne, dia terlalu jujur. "Dari mana sih? Dicariin susah bener." "Kepo!" Anne berdecak sebal. "Udah makan?" "Belum. Kenapa?" "Aku bawa bekal, mau?" Iqbal tersenyum menggoda pada Anne. Dan Anne melihat itu malah jijik. "Jangan GR dulu kamu. Aku abis makan di kantin, terus lupa kalo aku bawa bekal. Nah, kalo aku bawa balik lagi bekalnya Mami pasti marah. Dan aku udah gak sanggup lagi buat makan." Cowok itu mengambil kotak bekal dari tangan Anne. "Gue curiga sama orang yang kalo jelasin sampe sedetail itu." "Loh, kenapa? Kan adanya penjelasan biar gak salah paham." "Tau ah."

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN