part 10 - bukan masalah

1233 Kata
Sedikit ada rasa lega di diri Leindra, ternyata perempuan yang takut atau menghindar darinya adalah orang yang sama. Berarti dirinya tak se-iba itu bukan? Hingga tak ada perempuan yang mau menatap nya. "Saya tidak bermaksud untuk begitu,"  Jawab Feby sambil menunduk dan memainkan jarinya. "Tidak begitu bagaimana?"  Tanya Leindra lagi. Feby rasanya sedikit menyesal setelah ikut makan malam dengan Leindra dan Elang. Sudahlah ia salah kostum dan sekarang ia di interogasi dengan pria di depannya ini. "Ya, saya... Saya malu, pak." Leindra merasa tidak nyaman dengan panggilan Feby terhadapnya, tapi bagaimana lagi? Ia merasa seperti om-om yang p*****l dan mendekati para anak remaja. Bisa-bisa Feby jadi Ilfeel dan mengira bahwa Leindra adalah om-om m***m bukan? Dan lagi, siapa juga yang mau dengan duda beranak satu sepertinya?  "Saya hampir kira bahwa saya semenakutkan itu untuk dilihat,"  Kata Leindra sambil makan makanan jepang di depannya. Elang sangat suka matcha, apapun yang berkomposisi teh hijau. Dan kebetulan di restoran jepang lah yang paling memungkinkan untuk memilih banyak menu berbau teh hijau. Sementara Feby ia tidak begitu menyukai matcha. Ia lebih suka sesuatu yang tidak menyengat dan manis. Melihat anak gadis yang duduk di depannya ini menyuapi Elang sambil menyendokki makanannya sendiri membuat Leindra tersenyum. Walaupun gadis ini seperti tak terurus, wajah yang sedikit kumel, pakaian yang seadanya dengan kaos model kerah berwarna putih yang sedikit menguning digabungkan dengan celana hitam polos, gadis ini seperti tidak nemiliki waktu untuk membahagia kan dirinya. Setelah Feby menyuapi makanan Elang untuk suapan terakhir, saat ia menghadap ke depan, tiba-tiba Leindra sudah menyodorkan sushi yang dicapit oleh sumpit. Lalu Feby melihat kearah Leindra, dan pria itu malah menaikkan alisnya, kode sebagai Feby untuk cepat memakan sushi yang ia sodorkan. Dengan ragu-ragu Feby membuka mulutnya dan memakan sushi itu pelan-pelan. Rasa-rasanya keadaan ini menjadi manis, tapi langsung saja Feby mengingat sesuatu bahwa Leindra memiliki seorang istri bukan?  Apakah pria ini dengan sengaja menuntun Feby agar menjadi istri simpanannya begitu? Feby langsug keselek makanannya sendiri dan terbatuk. Tangan kecil Elang ikut menepuk-nepuk punggung Feby sedangkan Leindra langsung menyodorkan minuman terdekat diantara mereka, langsung saja Feby meminumnya dengan cepat. "Makannya pelan-pelan saja, padahal tidak ada yang menyuruh kamu cepat-cepat,  heran saya," Oceh Leindra seperti mengomeli anak kecil. Sedangkan Feby malah tersenyum kecil, sepertinya orang yang menjadi istri dari Leindra dan ibu dari Elang adalah orang sangat beruntung, bukan? Dikelilingi para pria yang seperti ini. Pasti sangat menyenangkan. "Ini sangat enak, mangkanya saya makan sampai seperti itu."  Jawab Feby dengan alasan yang sederhana. "Memangnya kamu belum pernah mencoba ini sebelumnya?"  Tanya Leindra sambil menunjuk makanan di antara mereka yang dijawab dengan gelengan kepala dengan Feby. Malu sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi? Leindra pun yang setelah bertanya demikian, merasa tidak enak, ia pikir Feby sudah pernah paling tidak sekali ke restoran jepang, ternyata ini pertama kalinya untuk Feby. Astaga... Separah apa keadaan ekonomi Feby sehingga makan jepang saja tidak pernah. Batin Leindra. .... Sesampainya di rumah keluarga Susanto, Feby langsung ingin pulang, karena ini sudah larut, tapi saat ia mengarah ke motornya, tiba-tiba Leindra menarik tangannya. "Pulang dengan saya saja, tidak baik seorang perempuan pulang malam-malam sendirian."  Feby terperangah dengan ajakan Leindra,  Memang tidak baik seorang perempuan pulang sendirian, tapi lebih tidak baik jika seorang perempuan pulang berduaan dengan suami orang, pak. Batin Feby sambil menghela nafas. "Tidak apa-apa, pak. Saya sudah biasa pulang sendiri." Jawab perempuan itu sambil menggigit bibir bawahnya sendiri tanpa sadar. Dan hal itu membuat Leindra tidak fokus dan akhirnya berkata, "Baiklah, hati-hati. Hubungi saya jika sudah di rumah." Feby mengangguk-anggukan kepalanya lalu menyempatkan diri mencubit pipi Elang terlebih dahulu,  "Kakak pulang dulu ya, sayang,"  Leindra pun merasa miris sekarang, anaknya dipanggil sayang, sedangkan dirinya? Di panggil bapak? Memangnya Leindra pernah menikah dengan ibunya Feby apa? Setelah melihat Feby keluar dari gerbang rumahnya, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang salah. Dan entah mengapa ia malah kembali masuk ke mobil dan mengikuti gadis pengajar private anaknya itu. .... Feby sejujurnya sedikit khawatir, jalan yang akan ia lalui kali ini adalah jalan pintas untuk menuju ke rumahnya, tapi jalan ini juga yang kemarin masuk berita karena ada p********n. Dan lebih parahnya, Feby malah melewati jalan ini pada pukul hampir sepuluh malam. Feby baru ingat bahwa jalan ini menjadi rawan setelah baru memasuki jalur ini. Mau berputar baik juga tanggung, jadi Feby teruskan saja. Karena tak tahan dengan sepinya jalanan yang memiliki penerangan remang-remang ini, Feby menaikkan kecepatan motornya hingga 50 KM/Jam. Tapi tiba-tiba ada 3 sumber cahaya dari arah depan menusuk matanya. Silau sekali. Dan mengebut ke arah Feby, sehingga Feby harus membanting setir motornya ke arah kiri, dan membiarkan dirinya dan motornya menubruk dan masuk ke area penjalan yang sepi yang memiliki tiang dan tempat duduk. Motor Feby jadi tidak bisa teralih kan dan berhenti tiba-tiba karena menubruk tiang itu, Feby sendiri pun menjatuhkan diri sebelum motornya jalan lebih jauh menubruk tiang. Sakit sekali b****g Feby rasanya. Untung saja ia memakai celana, jika tidak ia memakai rok, pasti akan robek dari ujung ke ujung. "Wah, gadis rupanya bos!" Suara asing terdengar di telinga Feby, langsung saja ia tegak berdiri dan menatap para calon lawannya sebanyak empat orang. Feby melihat keadaan motornya yang setirnya bengkok ke kiri, dan sepertinya tidak ada kemungkinan memakai motornya sekarang untuk kabur. "Nak kemano, cantek? Samo kami-kami ni bae lah, udah malam ini ni,"  Salah satu dari empat orang itu mendekati Feby yang langsung mundur. "Tapi lebih baek, kalo nak aman, serahi dulu la tas samo hape, lebih baik kalo keluarin dompet, biak dak payah lagi kami ngorek-ngorek di dalam tas tu!" Langsung lah ke empat orang itu tertawa sampai terbahak-bahak. Sial! Feby benci di tertawakan. "Palak bapak kau lah! Nak makan? Cari duet! Nak punyo motor? Beli! Jangan sekendaknyo be begal-begal. Kamu kiro jalan ni punyo nenek moyang kau!!"  Ucap Feby dengan emosi. "Nah b***k ni! Berani pulak dengan kito boss!" Anak buah itu mengadu dengan atasannya membuat Feby muak. "Hajar be, dio be berani masa kito idak?" Saran salah satunya yang membuat Fehy geram. Mereka berbicara seakan-akan Feby tak ada disitu. "Payo lah! Sini kamu maju sikok-sikok! Jangan besak ngota be!" Teriak Feby langsung membuat gerakan tendangan kepala ke arah si penyaran ke atasan tadi. Empat pria lawan satu wanita, luar biasa bukan?  Feby bahkan sekarang di kelilingi oleh tiga orang pria itu, yang satu lagi memang sedang terduduk memegangi kepalanya, tapi yang tiga ini?  membuat Feby bepikir yang mana terlebih dahulu yang harus ia lawan. Akhirnya ia melawan dengan gerakan kaki yang menendang ke dua arah. Sehingga mengenai perut ke dua lawannya, sedangkan yang satu lagi ia menyentakkan kepalanya sendiri kepada kepala lawan itu. Tapi lawannya tak berhenti sampai disitu saja, mereka masih memiliki nyawa tujuh puluh persen. Yang membuat Feby cemas. Apakah ia mampu melawan orang-orang di depannya ini? Lalu ia pun mulai melawan satu orang di depannya dengan gerakkan meninju kepala serta d**a. Lalu selanjutnya lagi ia bisa melawan dengan gerakan menusuk perut lawannya, tapi ia tidak cukup melihat bahwa lawan yang saat pada pertama ia tinju sudah mulai kembali pulih dan menahannya, jadi saat ia menendang lawan terakhirnya kakinya ditahan dan ia terduduk karena lawannya menyeret Feby. Sehingga ia pun di dekati oleh ke empat pria itu walaupun ia sudah mencoba menjauh hingga mundur ke dekat motornya, ia pun sudah mulai pasrah, dan pusing. Ia kehabisan tenaga memukul semua pria di depannya, dan paling tidak ada satu orang yang benar-benar pulih. Ia membutuhkan tenaga baru untuk menghabisi semuanya. Baru saja Feby akan tegak dan ingin meninju lagi dengan kaki yang pincang tapi ada seseorang yang berteriak. "Sedang apa kalian disana!!!" Membuat para pembegal mengalihkan pandangan pada Feby dan memandang pria yang berteriak.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN