part 8 - Rekan rasa simpanan

858 Kata
Rabu sudah kembali datang, dan sekarang Feby sudah berada di rumah Elang lagi. Leindra Askara. Elang sudah makan? Fabiola S Sudah Leindra Askara Kalau kamu? Entah mengapa Feby jadi sering bertukar pesan dengan Leindra. Memang sih biasanya tentang Elang, tapi selama tiga hari kemarin walaupun Elang tidak bersama Feby, tapi Leindra tetap menanyakan keadaan Feby dengan alasan agar bisa mampir melihat anaknya sebentar, tapi Feby tetap saja merasa tidak enak. Maka itu Feby selalu menjawab pesan dari Leindra dengan singkat. Fabiola S Sudah Leindra Askara Besok saya pulang, bisa tidak kamu jangan makan dulu? Nah kan, Maksudnya apa coba? Feby disuruh ga boleh makan sampai besok setelah ini? Feby menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Sepersekian detik ada pesan baru lagi yang masuk. Leindra Askara Saya ingin makan malam dengan kamu, dan Elang. Feby bingung, jawaban apa yang harus ia berikan?  Dan lagi, apakah pesan dari Leindra ini merupakan pertanyaan? Feby rasa itu merupakan pemberitahuan. Apa tidak salah ya, makan malam dengan seorang pria yang sudah beristri, juga dengan anaknya. Tapi, ini kan sama anaknya, mungkin Feby saja yang terlalu berpikiran berlebihan. Padahal mungkin ini hanya rasa terimakasih? Bisa jadi bukan? Disisi lain, Leindra sendiri frustasi, bagaimana bisa ia mengirimi ajakan makan malam pada anak sekolahan yang menjadi guru private anaknya sendiri?  Jujur saja, Leindra suka dengan cara Feby peduli, dan menyayangi anaknya. Ia seperti merasakan sesuatu yang hangat bisa bertemu dengan orang yang seperti itu. Tapi ia sendiri pun masih gugup, bagaimana jika Feby menolak ajakannya? Leindra mendesah frustasi. Fabiola S Saya bisa, tapi setelah saya mengajar. Seketika bibirnya terbit melengkung ke atas. Leindra Askara Baik, mau saya jemput setelah kamu mengajar? Fabiola S Tidak perlu pak, saya bawa motor, saya langsung nyusul saja. Memangnya mau makan dimana? Akhirnya Feby membalas dengan pesan yang sedikit panjangan. Leindra bernafas lega, ia merasa ditolak mentah-mentah melihat respon Feby tadi.  Memangnya Feby harus menjaga jarak seperti itu terhadap wali murid yang ia ajar ya? Leindra Askara Kamu punya ide? Leindra hanya ingin mengetahui, apa sebenarnya yang Feby suka atau ke tempat seperti apa yang gadis ini kunjungi.  Tapi semua itu menggelap saat ia menerima balasan seperti ini. Fabiola S Saya ikut dengan yang mengajak saja. Ternyata gadis ini cukup jutek dan ketus. Leindra sebenarnya tak mengerti jalan pikirannya sendiri. Tapi, ia ingin mengenal Feby lebih jauh, hanya itu. Dan setelahnya, jika Leindra mengenal sosok Feby lebih jauh, ia juga belum tahu kelanjutan apa yang akan ia lakukan. Karena yang terpenting baginya adalah Elang. Anaknya  Jika memang Elang bisa menyukai seseorang yang berada di dekat Leindra, berarti hubungan itu sedang berjalan bersama orang yang baik. Leindra Askara Baik, kalau begitu kamu ke rumah saya saja dulu. Bahkan Leindra lupa, sejak kapan ia memakai kata saya-dan kamu kepada Feby dan bukan ibu dan saya?  Sejak kapan ia mulai mencoba untuk tidak formal kepada gadis ini. Bahkan ia meringis sendiri ketika mengecek balasan pesan dari Feby yang masih memakai kalimat baku dan formal. Sedangkan Feby, setelah ia membaca pesan dari Leindra, ia menyimpan ponselnya, lalu menatap Elang yang sedang bermain lego. Heh, memanglah mainan anak cerdas. Karena Feby sendiri pun walaupun ia pintar, ia tidak pernah bisa atau mencoba bermain lego. Karena ia tidak pernah mau mencoba sesuatu yang ia sendiri tak yakin bisa melakukannya. "El sayang, kakak pulang ya?" Sambil melihat jam yang melekat di pergelangan tangannya, menunjukkan sudah dua jam lebih ia menemani Elang setelah selesai mengajar anak itu. "Elang ga boleh ikut kak?"  Mulai lagi deh, Elang pasti akan menunjukkan puppy eyesnya jika ia menginginkan sesuatu. "Bukannya tidak boleh, tapi..."  Setelah Feby pikir-pikir, yasudahlah, ia akan membawa Elang pulang saja. Dan besok pagi akan ia kembalikan ke tempat semula. "Yasudah deh, ayo ikut kakak, kamu kemas barang yang mesti dibawa secepatnya ya,"  Elang langsung merubah raut wajahnya menjadi seterang matahari dan berlari ke kamarnya. Feby pun kembali mengambil ponselnya dan mengirimi pesan singkat kepada Leindra bahwa ia akan membawa Elang bersamanya malam ini. Feby terkadang bingung, katanya Omanya Elang akan menemaninya. Tapi nyatanya, Elang tetap saja sendirian. Apa lagi ibunya Elang? Apakah orang tua Elang sudah bercerai? Atau memang sekarang lagi pisah rumah? Berarti ranjangnya juga pisah donk? Boleh kali ya kalau Feby isi. Eh,eh,eh... Ngelantur. ... "Nah, ngapo b***k ni kau bawak balek lagi?"  Tanya Hotma kepada Feby, begitu melihat Elang yang menggenggam tangan Feby di depan pintu. "Eh, entahlah mak, dak kuat aku tuh nengok muko dio kalo lah merengut,"  Curhat Feby pada mamaknya. "Macak anak tu anak kau bae, mamaknyo kan ado, kasih kan be ke mamaknyo," Seketika setelah Hotma selesai berbicara, Elang menangis dan memeluk Feby. "Loh, El.. Kamu kenapa sayang?"  Feby langsung memeluk dan menggendong Elang dengan Erat. Lalu mencoba menenangkan anak itu pelan-pelan sambil menuju ke kamarnya. Dan membuka gerakan mulut kepada makanya dengan sinis. "Gegaro mamak lah ni,"  Setelah itu barulah ia benar-benar masuk ke kamarnya. "Udah ya sayang nangisnya, cerita dulu sama kakak, kamu kenapa?"  Tanya Feby yang langsung di jawab dengan gelengan lemah oleh Elang. Feby memeluk Elang dengan hangat, memikirkan apa yang bisa dipikirkan oleh anak sekecil tapi sepintar ini yang membuat anak ini bisa menangis. Apa anak ini merindukan ibunya? Tapi apakah Elang mengerti apa yang dikatakan mamaknya tadi? Feby jadi frustasi sendiri memikirkan itu. Lalu berkata dengan pelan di telinga Elang. "Kamu tahu kan, kalau sekarang kamu punya kakak, apa yang kamu bingung, apa yang kamu takut, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu pikirkan, kamu bisa bagikan hal itu kepada kakak." "Jadi, kalau Elang ingin ketemu mama, apa kakak juga bisa ngebantu Elang?"    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN