Ahyar pikir, Ditrisya pasti sibuk sekali sampai-sampai belum sempat menghubunginya balik sejak teleponnya siang tadi. Hampir musahil Ditrisya sengaja tidak meneleponnya balik lantaran belakangan justru Ditrisya lah yang selalu cari-cari cara supaya mereka tetap berkomunikasi. Selagi menunggu telepon Ditrisya, Ahyar menyibukkan diri di bengkel Bambang, perlahan-lahan kehidupan Ahyar kembali ‘normal’. Ahyar baru tiba di rumahnya, ketika akhirnya telepon yang ia tunggu-tunggu itu masuk ke ponselnya. Namun, Ahyar sengaja tidak lansung menjawabnya agar Ditrisya tidak besar kepala mengira Ahyar menunggu-nunggu, meski pada kenyataannya memang begitu. Entah pada deningan ke berapa, Ahyar mengangkatnya. “Ha—“ “Yar, tolong aku.” Seketika sejujur tubuh Ahyar membatu, ditambah suara Ditrisya yan

