Ditrisya duduk tegak seperti patung dengan pandangan lurus pada cermin yang memantulkan tubuhnya sendiri dengan dua orang di belakang dan sebelah kanannya. Salah satunya sedang memulaskan riasan ke wajahnya, sementara satunya lagi tengah menata rambutnya. Ditrisya sama sekali tidak peduli wajah dan rambutnya akan diapakan, lagipula kedua orang ini bekerja sesuai perintah Imran. Sementara Ditrisya, duduk di sini pun lantaran tidak punya pilihan lebih baik selain menerima kesepakatan ‘damai’ yang Imran tawarkan, daripada Ahyar harus kembali dipermalukan sebagai anak haram. Selain akan menguak luka abadi Ahyar, hal itu juga akan merusak ‘perdamaian’ antara Ahyar dan ibu kandungnya yang kini tengah berjuang melawan penyakit kronis yang dideritanya. Malam ini Imran akan mengajaknya menghadir

