01 - Kembali Memulai

928 Kata
 “Jadi ... meskipun kita ke negara bernama Grodilux ini, kita tidak akan mendapatkan hasilnya?” tanya Key yang baru mendengar penjelasan dari Zeth. Zeth menganggukkan kepalanya sedikit ragu. “Dia dan kelompoknya pernah sampai ke sana. Kemudian ia mengatakan suatu hal tentang kebenaran yang membuatmu merasa hidupmu tidak berarti.” Jura mengerutkan keningnya bingung. “Tetapi, selama ini kita menuju tempat yang bernama Grodilux itu, dan terdengar dari ceritanya bahwa ia pernah sampai di sana dan ternyata tujuan para The Oblivion bukan tempat itu …” Syville mengusap dagunya berpikir. “Apa mungkin … ‘Grodilux’ ini memang bukan tujuan para The Oblivion sebenarnya, tetapi hanya untuk pengalihan …” “Pengalihan?” potong Lucius sebelum Syville selesai menyimpulkan pemikirannya. “Bukankah kau diberitahu oleh Presiden atau entah siapalah sebenarnya dia bahwa tujuan kita memang tempat bernama ‘Grodilux’? Apa maksudmu … orang itu menipu kita?” “Tetapi kenapa? Bukankah kita dikirim ke masa ini untuk melenyapkan seseorang yang kemungkinan akan membahayakan banyak orang? Jika benar Presiden itu ingin menyelamatkan masa depan … kenapa ia berbohong pada kita?” tanya Key. “Apa mungkin Presiden juga belum tahu orang berbahaya itu?” jawab Jura. Lucius mendesah panjang. “Jika memang dia belum mengetahui sebenarnya siapa orang itu, berarti dia memang tidak bertanggung jawab, ‘kan? Mengirim kita yang tidak tahu apa-apa ke dunia yang bahkan belum mengenal kita.” “Aku merasa ada yang kita lewatkan … atau, setiap anggota The Oblivion sebelumnya,” gumam Syville pelan. “Apa maksudnya?” tanya Key bingung. Syville berdiri dari duduknya. “Aku masih belum memiliki gambaran yang jelas. Tetapi, kita tidak bisa diam di tempat ini terus, ‘kan?” Zeth ikut berdiri. “Syville benar. Meski kita tidak tahu apa yang menunggu kita di tempat yang bernama Grodilux ini … mungkin kita bisa mengetahui kebenarannya selama di perjalanan kita menuju tempat itu, ‘kan?” Lucius mengangkat kedua bahunya. “Yah, aku juga memilih untuk ikut menjalankan misi ini. Kalau begitu, apa kita melanjutkan perjalanan kita ke tenggara?” . . Masih dengan kompas yang diberikan oleh Hans, Syville dan yang lainnya kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju arah tenggara. Key tetap berjalan sendiri di depan kelompok itu sambil menebas-nebaskan pedangnya ke udara. Jura membaca sebuah buku kecil berwarna hitam dengan serius. Lucius memerhatikan luka bakar yang masih terlihat jelas di lengannya, sedangkan Zeth hanya bisa memandang sekitarnya sambil memikirkan apa yang dimaksud oleh raja itu. Setelah melewati kota Zoolius, jalan mereka mulai berbatu dan sedikit curam. Tidak jauh setelahnya mereka kembali memasuki kawasan hutan yang lebat. Mereka menemukan sungai yang berisi banyak ikan di dalam hutan tersebut, setelah melihat matahari yang mulai terbenam, akhirnya mereka memilih untuk beristirahat di dekatnya. Jura dan Key membangun tenda dengan susah payah, Zeth dan Lucius menangkap beberapa ikan untuk dijadikan makan malam, sedangkan Syville mengisi ulang botol minuman mereka. Dengan pandangannya yang serius, Syville memerhatikan ikan yang berenang di kolam kecil buatan Lucius. “Apa kira-kira jika aku memasukkan ikan hidup ini ke dalam tasku, mereka masih tetap hidup sampai aku kembali mengeluarkannya?” “Ide bagus, bagaimana jika kita mencobanya? Jika masih tetap hidup, aku dan Lucius akan menangkap ikan sebanyak-banyaknya. Kemudian bahan makan kita bisa lebih banyak, ‘kan?” usul Zeth. Lucius menyipitkan matanya ke sisi hutan yang lebih gelap. “Apa mungkin di dalam hutan ini ada sebuah desa?” “Kenapa kau berpikir seperti itu?” tanya Syville. “Dengan sungai dan banyak ikan yang hidup di dalamnya, mungkin memang ada sebuah desa di dekat sini?” Sambil mengangguk bangga melihat tendanya berdiri dengan kokoh meski sudah ia tendang beberapa kali, Key akhirnya duduk di dekat api unggun sambil membersihkan pedangnya. “Kita harus cepat-cepat mengisi ulang perbekalan kita, ‘kan?” “Kita butuh uang!” sahut Jura kencang. “Setelah bertemu dengan para Demolux bersaudara itu lagi, perlengkapan bertarung mereka saaaangat bagus, bahkan lebih bagus dari yang kita beli di kota Roldius!” Key mengangkat pedang miliknya. “Yah, meski pedang ini bisa dengan mudah memotong hewan buas dan semacamnya … sepertinya untuk melawan orang-orang itu tidak cukup.” “Aku tidak membawa belati yang biasa kugunakan untuk misi sehari-hari,” kata Lucius. “Kalau begitu, sudah diputuskan,” kata Syville sambil menepuk tangannya sekali. “Setelah matahari terbit, ayo kita cari sebuah desa atau kota. Mungkin ada beberapa perlengkapan yang bagus.” “Dan dengan apa kita membeli perlengkapan itu?” tanya Key. Syville menggaruk kepalanya bingung. “Untuk itu ... kita pikirkan setelah menemukannya. Sebaiknya kita mulai beristirahat.” “Untuk saat ini ikan yang kita tangkap sudah cukup. Jika ikan yang ada di dalam tas Syville masih hidup sampai besok, aku dan Lucius akan kembali menangkap ikan lebih banyak,” kata Zeth. Lucius mengangguk. “Setuju. Kalau begitu, aku yang akan berjaga pertama kali.” “Baiklah. Aku juga,” kata Jura dan Zeth bersama. Lucius mengangkat tangannya protes. “Kau harus istirahat, Jura. Biarkan aku dan Zeth yang berjaga. Kalian tidurlah.” Key memasukkan pedang miliknya ke dalam sarungnya. “Baiklah, jika kalian sudah mulai mengantuk, bangunkan aku,” katanya singkat sambil masuk ke dalam tenda. Setelah mengucapkan selamat malam, Jura dan Syville ikut masuk ke dalam tenda. . . Zeth menatap langit yang dipenuhi oleh bintang. Dia merasa bahwa malam ini lebih dingin dari pada malam sebelumnya. Lucius sedang berlatih dengan kuda-kudanya yang baru, dia bilang kalau kuda-kudanya yang kemarin tidak membantunya bergerak lebih cepat. Sekilas, Zeth melihat pergerakan pada semak-semak di seberang sungai dari tempatnya duduk. Ia menyipitkan matanya untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. Tiba-tiba saja sebuah anak panah melesat ke arah Zeth. Untung saja ia berhasil menghindarinya dengan menundukkan kepalanya. Lucius berhenti mengayunkan belatinya ketika sadar dengan p*********n itu. Dia langsung berlari ke arah anak panah itu ditembakkan. Seseorang berdiri dari balik semak-semak itu, kemudian ia langsung melompat ke atas pohon dan mulai menjauhi mereka. Zeth yang baru sadar dengan perbuatan Lucius langsung memanggil namanya. Tetapi, Lucius sudah menghilang di balik semak-semak untuk mengejar orang itu. “Serahkan semua hartamu, jika kau masih ingin hidup,” kata seseorang dari belakang Zeth. Ia memutar tubuhnya untuk menemukan beberapa orang dengan pakaian lusuh yang mengacungkan senjata ke arahnya. Entah kenapa, ada dorongan ingin tertawa dari dirinya. Ia dikepung oleh sekelompok bandit. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN